Perempuan tidak bisa jauh yang namanya kaca makanya hati para kaum hawa diibaratkan dengan kaca. Mudah retak, tapi bisa disatukan. Jika difisinikan 'perempuan mudah memaafkan, tetapi tidak bisa melupakan.'
Selain kesedihan yang mengakibatkan tidak fokusnya belajar, kebahagian juga ada kalanya sebagai penghambat. Senyum Lisca tidak luntur sedari tadi—dari masuk kelas sampai MK selesai.
Ghea yang melihatnya menjadi kebingungan. Mulutnya terasa gatal ingin mengajukan pertanyaan. "Tuh, gigi emangnya gak kering?"
Lisca langsung mengatupkan bibirnya. Meraba bibirnya. "Gak kering, kok," jawabnya dengan begitu enteng.
Perempuan yang sama dengan umurnya hanya geleng-geleng kepala. Menyingkirkan beberapa buku tebal yang berada di tengah-tengah mereka. Saat ini mereka sedang berada di perpustakaan, memilih tempat paling pojok. Cuma Ghea yang ngambil buku academic sementara Lisca memilih novel romance.
Buku yang diambil sama Lisca bergenre romance—bercerita tentang CEO yang menikahi perempuan muda. "Lisca pikir cerita ini cuma ada di cerita fiksi saja. Gak nyangka aku ngalaminya sama Mas Arga." Hanya membaca sampai lima belas halaman. Tangannya menutup buku itu hingga menimbulkan suara namun untungnya tidak mengganggu pengunjung.
"Beruntunglah engkau bisa dapat spek cowok fiksi. Cocok juga dapat suami kayak gitu karena kamu pecinta berat cowok fiksi," komentar Ghea
Lisca hanya senyum-senyum kucing. "Biasa orang cantik. Jika aku tak cantik mana mungkin Mas Arga mau nikahi aku yang suka jajan ini." Meraih kaca dan melihat pantulan dirinya. Untung saja yang dikatakan barusan memang benar adanya, jika tidak maka ia berencana membuka bahan bullyan.
Di Indonesia dikatakan cantik apabila punya wajah glowing bagaikan artis Korea, memiliki tubuh langsing, hidung mancung, bola mata besar dan masih banyak lagi. Andaikan disebut semuanya maka sampai malam tidak kunjung selesai.
"Iya... iya kamu memang cantik. Tidak ada yang meragukan kecantikanmu kecuali kakakmu sendiri." Memperhatikan Lisca yang sibuk berkaca dan Ghea memakluminya sebab ia juga suka berkaca.
Perempuan tidak bisa jauh yang namanya kaca makanya hati para kaum hawa diibaratkan dengan kaca. Mudah retak, tapi bisa disatukan. Jika difisinikan 'perempuan mudah memaafkan, tetapi tidak bisa melupakan.'
Lisca meletakkan cerminnya di meja lalu menimpali ucapan Ghea. "Benar apa yang kau ucapkan, Ghea, kak Darren sering kali mengata-ngatai aku jelek. Tapi perasaan banyak pria yang memuji aku dan ingin menjadikanku sebagai kekasihnya. Karena adanya kak Darren jadi aku tak bisa berpacaran salah satu dari mereka." Mengingat ucapan Darren yang terus menjelek-jelekkan parasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERE I AM (TERBIT)
Fanfiction"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual! "Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga" "Perlu dicatat baik-baik di otak mesum Om itu! Om Arga tidak cocok jadi suami Li...