"Please don't talk bad about yourself. You're the best girl in the world, the most beautiful, the sweetest, the most wonderful. I love you so much, baby."
~ Arga Aldabaran
Panas matahari begitu terik menyinari bumi sampai-sampai pria yang berkulit putih wajahnya memerah, dan keringat panas menetes. Di setiap langkah, melewati pepohonan yang menjulang tinggi dan tumbuh subur di sisi kanan kiri. Saat angin menggoyangkan tumbuhan, Arga bisa merasakan angin menerpa kulitnya namun rasa gerah tetap menjalar di tubuhnya. Sepanjang perjalanan tenggorokannya belum dialiri air sehingga lehernya terasa kering.
Perempuan yang tidak menginjak tanah memejamkan mata, menikmati angin sepoi-sepoi. Jarak sampai ke rumah nenek masih membutuhkan langkah kaki yang banyak. Bunga-bunga tumbuh dengan liar, memanjakan mata siapa yang melihatnya. Warna-warninya begitu variasi yang lebih dominan warna ungu. Tampak mahal dan anggun.
Walaupun suasananya adem dan setia digendong, Lisca tidak sabar merebahkan tubuhnya di rumah kayu itu. Tangan yang memeluk leher pria itu merasakan setetes air mengenai tangannya. Tubuhnya condong ke depan untuk memeriksa wajah Arga. Rasa manusiawinya timbul, tidak enak dan merasa bersalah atas keegoisannya.
Mengusap peluh di wajah Arga. "Mmm... Mas Arga, Lisca mau turun," pintanya
Walaupun merasa kelelahan Arga menengok ke belakang dengan senyum terbit. "Jalannya licin nanti Lisca bisa terluka, biar Mas gendong, ya dan bentar lagi kita sampai."
Hatinya terasa tersentuh. Perlakuan Arga lebih hangat daripada papanya sendiri.
Tidak bisa menahan lagi untuk tidak bertanya. Pertanyaan ini sering kali hinggap di pikirannya yang membuatnya menjadi terpikirkan. "Kenapa Mas Arga memilih Lisca yang kekanakan dan sering kali marah-marah tanpa jelas. Mas Arga tampan, mapan tidak seharusnya bersanding perempuan tidak tahu apa-apa kayak aku ini. Di luar sana banyak yang lebih cantik dan dewasa, tapi kenapa Mas Arga tetap milih aku? Lisca tidak punya kelebihan selain merengek minta ini dan itu."
Punya suami tampan yang sukses itu kadang tak ada enaknya. Dirinya sadar diri bahwa ia dan Arga sangat jauh berbeda. Pangeran dan Cinderella seperti sangat cocok sebutan di hubungannya dengan Arga. Akhh... benar-benar insicure dan minder ini ingin dihilangkan!
Mendengar perkataan yang keluar dari mulut istrinya, langkahnya yang lebar lantas terhenti. Paling jengkel jika Lisca menganggap dirinya rendah. Menundukkan bokong wanitanya di batu yang besar. Tangannya yang kekar berada di kedua sisi paha Lisca. Mencondongkan tubuh ke depan—memperkecil jarak—bibirnya yang hampir menyentuh bibir mungil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERE I AM (TERBIT)
Fanfic"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual! "Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga" "Perlu dicatat baik-baik di otak mesum Om itu! Om Arga tidak cocok jadi suami Li...