32. Teman Hidup

6.5K 305 157
                                    

I love you so much baby. I don't need a perfect relationship, but I want we stay together forever!"

~ Arga Aldabaran


~ Arga Aldabaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kejadian semalam Lisca bawa sampai sekarang meskipun Arga sudah meminta maaf dan menjanjikannya setelah pulang dari kantor akan membelikannya sesuatu. Lisca pecinta makanan namun tidak semua disogok dengan makanan juga. Membuang wajah saat Arga ingin berbicara kepadanya. Harga dirinya terjatuh ke titik terendah. Ingin menjadi istri yang berbakti malah sang suami tidak mau menyentuh. Yaudah, Lisca bersumpah semalam adalah terakhirnya menawarkan diri.

Arga menekuk satu lututnya di lantai dengan Lisca yang duduk di pinggir ranjang. Memandangi Lisca yang tidak memberikan senyum manis dari bangun tidur sampai sekarang. Jika tetap membiarkan Lisca tidak mau berbicara kepadanya maka kerjaannya tidak akan berjalan lancar dan terus memikirkannya.

"Sayang." Walaupun Lisca tidak mengindahkan panggilannya, Arga akan tetap terus berujar lembut dengan mata yang menatap intens. Mengambil salah satu tangan istrinya yang ada dipangkuan kemudian menempelkan telapak tangan ditempelkan ke wajahnya yang tegas.

Menahan tangan itu agar tetap memegang sisi wajahnya. "Lisca boleh memukuli Mas atau gigit sampai puas, tapi jangan diamin Mas kayak gini, sayang." Membawa punggung tangan Lisca ke bibirnya.

"Mas mohon," ujarnya dengan penuh harap.

Lisca mengerutkan bibir dengan keras. Mengambil tangannya yang digenggam. Menggeser tempat duduk supaya Arga tidak bisa lagi meraihnya.

Hari ini Lisca tidak masuk kuliah lantaran dosen tidak bisa mengisi kelas. Dia bukanlah perempuan yang sangat mencintai kebersihan, jadi pagi ini ia tidak mandi. Kemeja Arga dipakai dari semalam masih melekat di tubuhnya.

"Kalau Mas Arga mau punya anak nanti jangan mintanya sama Lisca. Buat sama perempuan lain," lontarnya tanpa menatap lawan bicara. Dari dalam hati sangat tidak ikhlas andaikan Arga menyetujuinya. Bisa-bisa ia mati muda.

"Istri saya cuma kamu dan calon anak-anak saya harus lahir dari kamu juga," geramya

Menghentakkan kakinya di lantai dan kali ini ia membalas tatapan Arga dengan wajah merengut. "Lisca tidak akan pernah mau punya bayi dari Mas Arga. Tidak. Akan. Pernah!" tekannya

Ada kekecewaan dan kekesalan pada sorot matanya. Menegakkan tubuhnya, kedua tangannya masuk ke celana. "Meskipun kamu menolak keras, tapi saya jamin suatu saat nanti perutmu yang rata itu akan membesar... bukan cuma satu kali, tetapi beberapa kali." Tersenyum miring. Kakinya bergerak ke arah pintu tanpa mendaratkan ciuman pada kening Lisca. Suasana hatinya sedang buruk gara-gara ucapan istrinya.

HERE I AM (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang