"Did you really think being a tease was a good idea Little Girl?"
~Arga Aldabaran
Arga sudah memberikannya berupa makanan dan uang dalam jumlah yang banyak, tapi bukan berarti Lisca tidak resah. Tak mungkin juga Arga melepaskannya begitu saja. Menggigit kukunya dan berjalan mondar-mandir. Semuanya Arga tahu tentang dirinya yang berarti sebentar lagi menjemput dirinya.
"Ghea, apa yang harus aku lakukan!? Aku tidak mau dihukum!" Menggoyangkan kedua pundak perempuan itu yang tengah duduk di bangku panjang.
"Terima saja," jawab Ghea seadanya. "Berani bertindak berani juga menerima konsekuensinya," tambahnya. Kali ini biarkanlah dirinya tidak membantu sang sahabat supaya Lisca lebih ke depannya bisa menjaga attitude.
Karena Ghea tidak berniat membantu, terpaksa buru-buru pergi sebelum Arga menemukannya. Tidak berpamitan kepada Ghea dan Ghea tidak mencegahnya.
Berdiri di pinggir jalan untuk memesan taksi. Dewi keberuntungan berpihak kepadanya, tidak menunggu lama sudah mendapatkan tumpangan. Memberitahukan kepada sopir alamat yang ingin dituju.
™™™™™
Lisca masuk ke dalam dengan sembunyi-sembunyi persis seperti maling. Mungkin di rumah ini para keluarganya tidak berada di rumah dan Lisca sangat mensyukurinya. Saat akan menaiki anak tangga suara wanita paruh baya memanggilnya. Dugaannya salah!
"Lisca, di mana suamimu, kenapa datangnya sendirian?" tanya Leoni
Lisca segera menegakkan tubuhnya lalu berbalik badan. Memperlihatkan gigi putihnya, tersenyum canggung dan menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Mas Arga.... bilang... nanti ke sini belakangan. Ya, belakangan," jawab Lisca terbata-bata.
Leoni yang tak tahu anaknya berbohong hanya menganggukkan kepala. "Sini ikut Bunda ke dapur, Bunda sudah masak. Kayaknya kamu sudah habis pulang dari kampus."
Lisca menunjuk ke kamar lamanya. "Lisca sudah makan tadi sebelum ke sini. Tidak apa-apa, kan Lisca istirahat dulu... mau mandi sekalian." Tidak enak menolak, tetapi perutnya tidak muat dimasukkan makanan lagi, tapi untungnya Leoni paham.
Setelah pamit Lisca berlari masuk ke dalam—merindukan kamarnya yang bernuansa warna pink—merebahkan tubuhnya dengan kasar. Mengambil bonekanya lalu menciumnya berkali-kali. Ia benar-benar merindukannya kamar ini.
Saat melepas rindu dengan bantalnya, deringan terdengar dari ponsel. Dengan malas mengambil hpnya dari tas. Melihat nama Arga tertera di layar tidak langsung mengangkat. Tubuhnya terlentang di kasur sembari menunggu panggilan Arga berakhir. Merasa senang sebab Arga mematikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERE I AM (TERBIT)
Fanfiction"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual! "Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga" "Perlu dicatat baik-baik di otak mesum Om itu! Om Arga tidak cocok jadi suami Li...