4. Penyelamat

10.6K 332 7
                                    

"Di dalam hubungan penting yang namanya komunikasi. Tanpa komunikasi yang intens sama pasangan maka lambat laun tercipta jarak yang tak disadari."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Saat perjalanan mereka berdua mampir ke Sweet House yang menyediakan beberapa variasi camilan manis. Di sini ada buah, minuman, kue yang berbahan dasar strawberry. Persis keinginan istrinya. Namun itu semua tidak membuat Lisca merasa senang.

Duduk berhadapan di halangi meja kaca. Bibir dimayunkan dan tangan bersedakap dada bahkan tak ingin melihat ke arah Arga. Sebelum ke sini Arga memaksa Lisca turun untuk mampir ke Sweet House. Berpikir setelah mencicipi menu di sini rasa kesal Lisca langsung menghilang. Namun demikian Lisca tak menyentuhnya sama sekali.

"Masa kamu gak mau makan sedikit pun, ini benar-benar enak lohh. Nanti nyesal." Arga mendekatkan sendok kecil ke mulut perempuan itu, tapi tak direspon dengan baik.

Dengan perasaan jengkel Lisca menghempaskan sendok itu ke lantai hingga menimbulkan bunyi nyaring. Untung saja jam setengah sebelas sedikit pengunjung berdatangan. Jadinya, mereka tak jadi pusat perhatian.

"Lisca bilang Lisca pengin pulang! Kalau Om tidak mau pulang biar Lisca pulang sendiri." Lisca berdiri dari duduknya, berjalan tergesa-gesa tanpa memakai heels nya.

Arga buru-buru menyelipkan beberapa lembaran uang yang nominalnya melebihi harga dipesan. Langkah lebar ia miliki dipergunakan mengejar Lisca yang sedang menunggu taxi.

Menarik lengan Lisca hingga mereka berhadapan. "Saya berkata seperti itu karena saya benar-benar khawatir tentang kamu. Kalau saya tidak menegur mu kemungkinan kamu akan terluka cukup parah dan saya tidak menginginkannya. Lebih baik saya yang terluka." Arga berucap dengan nada lembut, tak ingin istrinya merasa sakit hati akibat dari ucapannya.

Lisca terdiam, bibirnya terasa kelu tak tahu harus ngomong apa. Mengenai rasa sakit hatinya dan perasaan jengkel belum hilang dari dirinya.

"Gak apa-apa kalau kau belum memaafkan saya, tapi bisa kan kita pulang bersama. Saya tak bisa tenang jika membiarkanmu pulang sendirian." Menampilkan senyum hangat.

Lisca melepaskan tangan Arga yang berada di lengannya. "Lisca mau pulang sama Om bukan berarti Om boleh memegang ku dengan secara bebas," ungkap Lisca serius. Memasang wajah garang, tapi ekspresinya membuat Arga merasa gemas.

"Iya-iya saya tidak akan menyentuh mu sebelum diijinkan." Arga tak menggeser dirinya ke samping.

"Sampai kapanpun Lisca tidak akan pernah mengijinkan Om menyentuh ku," kata Lisca tegas.

HERE I AM (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang