18. Perkembangan

9K 353 83
                                    

"Jangan hilangkan sikap childish ini, ya sayang. Kamu imut dan cocok memilikinya. Gemas saya lihat kamu."

~ Arga Aldabaran

~ Arga Aldabaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Baik Arga sama Lisca basah kuyup meskipun mengendarai mobil. Dengan keadaan basah Arga menggendongnya masuk ke dalam rumah, mengabaikan tetesan air mengenai lantai. Di rumah ini hanya satu kamar mandi yang terdapat di kamar tidur. Karena tidak ingin Lisca merasa kedinginan lebih lama, Arga menyuruhnya untuk terlebih dahulu masuk ke dalam.

Walaupun tubuh menggigil Lisca tetap kekeh tidak ingin ganti baju. Malah dengan keadaan yang kacau ia merebahkan tubuhnya di atas kasur alhasil seprai putih itu kotor dan basah.

Arga berdecak kesal. "Cepat ganti bajunya sebelum terkena flu," paksanya

Dalam keadaan terlentang Lisca bersedakap dada sembari menatap Arga dengan tatapan menantang. "Apa peduli, Om. Bukankah sebentar lagi kita akan bercerai... tinggal menghitung hari." Dengan suara imut Lisca bersin sehingga hidungnya mengeluarkan ingus. Tanpa merasa jijik Arga mendekat dan membersihkannya menggunakan tangannya.

"Bandel kamu sudah dibilangin malah ngeyel." Berhenti sejenak berbicara lalu tersenyum miring, "malam-malam begini ditambah dengan hujan deras sangat cocok untuk kita menghangat diri di air panas. Kayaknya membuat buah hati tidak begitu buruk." Tangannya ia selipkan di paha dan leher Lisca kemudian mengangkatnya masuk ke dalam kamar mandi.

Lisca terkejut dan takut secara bersamaan. Walaupun ada nama Arga di hatinya ia belum siap memberikan mahkotanya.

Arga memposisikan tubuh Lisca di bawah shower. Lisca berada di antara tembok dan Arga karena pria itu tengah mengurungnya. Rona merah timbul di wajahnya dikarenakan Arga begitu seksi berdiri di bawah shower dengan air yang mengalir. Arga sudah setengah telanjang, cuma mengenakan celana panjang.

"Jangan buat Lisca malu dan takut," katanya jujur

Ia paham apa yang tengah istrinya rasakan. Tangannya mengangkat dagu lancip Lisca supaya perempuannya tidak lagi melihat ke bawah. "Apa lantainya lebih mempesona daripada suamimu." Dengan mata yang polos Lisca menggeleng. Melihat kejujuran istrinya Arga melengkungkan bibirnya ke atas.

Lisca begitu pekat memperhatikan Arga yang tengah membasuh rambutnya. Tak lama shower itu kembali pada tempatnya. Sebelum beranjak Arga mencium kening Lisca dengan tempo yang lama. Mereka berdua memejamkan mata seakan-akan saling menyalurkan kehangatan.

Arga menyudahi menjauhkan bibirnya ke dahi Lisca tanpa membuat jarak. Tangannya tergulur mengelus pipi tembam yang memerah. "Saya pastikan tidak ada lagi yang namanya memaksa. Mengenai kebutuhan biologis saya tidak akan melakukannya sebelum kamu memberikannya secara sukarela...." Tersenyum hangat, "mandinya jangan lama-lama, gih saya rindu berada di dekatmu." Mengacak rambut Lisca lalu keluar guna membiarkan istrinya membersihkan diri.

HERE I AM (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang