14. Menggugat Cerai

8.8K 300 47
                                    

"Jika seorang laki-laki benar-benar cinta sama perempuan maka mereka tidak akan mengajak pacaran. Laki-laki jantan tidak ingin merusak dan menyakiti orang yang mereka cintai. Dan pacaran itu hanya penderitaan yang direncanakan, lebih baik fokus sama tujuan"

~Karvino Darren Ravangga


~Karvino Darren Ravangga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tak dibiarkan duduk di kursi kemudi, tubuh kecilnya berada di atas pangkuan dari lelaki itu. Arga tidak merasa terganggu walaupun Lisca terus memberontak supaya dilepaskan. Tangan satunya meremas pinggang Lisca yang berposisi duduk menyamping. Tak ada jarak sedikitpun di antara mereka.

"Om, tidak berhak mengatur aku! Ini kehidupanku dan aku berhak mau melakukan apapun yang aku inginkan." Memukuli dada Arga dan giginya terus menancap di bahu tegap Arga.

Arga meringis kesakitan, tetapi wajahnya tetap fokus ke depan. "Apa belum cukup pernikahan mengartikan bahwa kita berpotensi sudah memiliki satu sama lain. Saya adalah milik kamu dan saya juga sangat berhak membatasi pergaulanmu yang tak bisa membatasi diri dengan lawan jenis. Kamu itu udah punya suami, jangan pernah berniat dekat sama pria lain," perintahnya.

"Kalau begitu sekarang ini kita harus bercerai." Menarik dasi Arga hingga pria itu merasa kesulitan bernapas. Mulutnya terbuka lebar kemudian menggigit pipi Arga begitu keras.

Matanya melebar tidak siap menerima serangan Lisca yang tak bisa diprediksi. Tanpa disadari mobil truk melaju kencang, dengan hebatnya Arga menghindari truk yang nyaring merenggut nyawa. Menghentikan mobil ke pinggir jalan.

Kedua alisnya hampir menyatu, urat-urat diwajahnya tampak jelas. Tanpa dikendalikan ia meremas kuat pinggang Lisca yang masih ada di pangkuannya.

"Dikit-dikit minta cerai, ada masalah kecil minta cerai... tidak semua masalah kuncinya pisah. Sikap kekanakanmu tadi hampir kita mati, apa kamu tidak lihat, hahhh!" Menarik nafas kasar.

Menarik dagu Lisca kemudian mata mereka saling beradu. Bola mata Arga memerah dan melotot. Mulut Lisca terasa terkunci hanya dengan tatapan Arga yang menusuk.

"Jika saya mendengar mulut kecilmu ini mengatakan cerai lagi tanpa merasa ragu saya memaksa kamu untuk melayani saya di dalam mobil ini." Arga tak main-main dengan ucapannya.

Lisca geleng kepala. Wajahnya menegang, ancaman Arga membuat tubuhnya meremang seketika. Kilauan air terdapat di matanya dam5 terdengar isakan tangis.

Sedikit kasar Arga memindahkan Lisca di sebelahnya. Melirik Lisca yang pandangannya turun ke bawah dengan tangan memilin ujung baju

HERE I AM (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang