14. Kembalinya Sang Mantan

94 13 2
                                    

Setelah pertemuan yang membuat Uli lumayan kewalahan menghadapi ejekan dari jajaran paribannya, ia kembali ke kamar dan langsung mengganti bajunya menjadi baju tidur. Ponsel dengan wallpaper pohon tanpa daun itu menunjukkan peringatan baterai yang nyaris habis, tetapi ia mengabaikannya. Gadis bermata besar itu malah melihat buket bunga matahari yang ada di atas meja. Ia melakukan ritual skin care lebih dulu, barulah kemudian melihat ponselnya yang sudah nyaris tewas.

"Perasaan tadi masih banyak baterainya." Uli bergumam. Ia bicara dengan dirinya sendiri.

Gadis bermata besar itu langsung mengetahui alasan baterainya nyaris kosong begitu membuka layar. Ada puluhan panggilan tidak terjawab serta ratusan pesan masuk dari Pattar dan ada beberapa pesan dari Nael. Pesan dari Pattar pastilah berisi hal tidak penting, tetapi pesan dari laki-laki yang sejak dua tahun lalu sudah menyandang status sebagai mantan terindahnya Uli, pastilah berisi hal penting. Walaupun menurut orang lain isi pesan Nael tidak penting, bagi Uli, pesan laki-laki itu mutlak sangat penting.

Tanpa membuka pesan dari abang sepupunya, tangan Uli langsung bergerak ke gelembung pesan dari Nael. Begitu membaca pesan pertama, gadis bermata besar itu langsung membelalak.

Nathanael :
Hari ini, boleh gue minta waktu lo satu jam aja?

Pelan-pelan, Uli membaca kalimat selanjutnya. Ia langsung merasa bersalah. Ia terlalu sibuk dengan semua persiapan acara keluarga. Ia tidak lagi melihat ponselnya setelah tiba di rumah. Ia juga sengaja meninggalkan benda itu di kamar.

Nathanael :
Barusan gue dari kantor lo. Kata satpam, lo udah balik. Ada yang jemput. Kalo boleh gue tahu, itu bukan cowok lo, kan?
Biar gue tebak, pasti yang jemput Bang Petra. ;)

Uli merasa bersalah, tetapi ia langsung tersenyum begitu melihat emoji yang disematkan Nael di akhir kalimatnya. Ketika membaca kembali pesan itu, ia malah jadi salah tingkah begitu sadar kalau Nael menyatakan kecemburuannya dengan jelas.

Nathanael :
Gue ke rumah lo sekarang, ya. Kalo lo nggak bisa kasih waktu satu jam, boleh gue minta waktu sepuluh menit aja?

Rasa bersalah Uli dibuat semakin menjadi-jadi ketika membaca pesan berikutnya. Ia merutuki dirinya sendiri yang dengan bodohnya malah meninggalkan ponsel di kamar. Padahal kata Pattar, ponsel adalah salah satu bagian tubuh saking tidak bisa dipisahkan dari kehidupan Uli sehari-hari.

Nathanael:
Gue udah di depan, tapi kayaknya keluarga lo lagi pada ngumpul, ya? Gue liat mobil Bang Petra sama Bang Joshua di depan rumah lo.

Bisa keluar sebentar, nggak?

Uli melihat jam saat pesan terakhir dikirim, sekitar dua jam lalu. Ia tidak menduga kalau pesan Nael yang berikutnya akan masuk bersamaan dengan peringatan terakhir dari ponselnya yang hampir tewas.

Nathanael:
Akhirnya lo baca juga.

Uli buru-buru mencari charger dan mengisi daya ponselnya secepat yang ia bisa, tetapi gadis berbaju tidur itu bukanlah pahlawan super yang bisa bergerak secepat kilat. Gadis berponi itu langsung meniup poni begitu sadar kalau ia kalah cepat dengan ponselnya yang sudah mati karena kehabisan daya.

Uli ingin segera membaca pesan lanjutan dari Nael, tetapi ia harus sabar menunggu hingga ponsel terisi setidaknya tiga persen. Begitu ponselnya dinyalakan, Uli buru-buru membuka pesan dari mantannya itu.

SGM 27+ : Semua Gara-gara Marga ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang