3.

239 14 0
                                    

"dari seragamnya aja udah kelihatan mahal.. aku jadi semakin ga enak sama keluarga nyonya Tifa" ucap Kalila yang kini tengah berdiri didepan kaca setelah bersiap siap.

Kalila keluar sembari membawa tas usangnya, tas itu diberikan oleh Olla karna sudah tidak dipakai lagi, Kalila dengan senang hati menerimanya dan saat ia keluar tak sengaja berpapasan dengan Jarrel dan Malvin.

"Selamat pagi tuan.." ucap Kalila membungkuk.

"Pagi" balas Malvin tersenyum ramah, berbeda dengan Jarrel yang diam terlebih dahulu menatap Kalila dari atas hingga bawah kemudian tersenyum miring.

"Ja, lo berangkatnya bareng Kalila ya" ucap Malvin tiba tiba membuat Jarrel dan Kalila membulatkan matanya bersamaan.

"N-ngga perlu tuan.. saya bisa naik kendaraan umum kok" Kalila menggeleng.

"Gue ngga mau berangkat bareng dia" Jarrel baru saja ingin melangkahkan kakinya pergi tetapi tangan Malvin lebih dulu menarik kerah belakang bajunya.

"Jarrel, jangan lupa pesan mami.. bersikap baik sama Kalila dia anak sahabatnya mami, gue tau lo masih marah sama papi dan mami karna mereka ga pernah ngeluangin waktu buat kita tapi tolong dengerin ucapan mami kali ini" bisik Malvin pelan, bahu Jarrel melemas kemudian menghela nafas.

"Cuma hari ini aja, bawain tas gue" ucap Jarrel sembari melempar tasnya pada Kalila, beruntung gadis itu menangkapnya dengan cepat membuat Malvin yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Tapi tuan.." Kalila menunduk tak enak.

"Gapapa kal, sana berangkat" ucap Malvin lembut sembari tersenyum, hati Kalila sedikit menghangat melihatnya kemudian ia mengangguk kecil dan segera menyusul Jarrel yang sudah berada diluar dan terus membunyikan klaksonnya.

"Woi! Jangan duduk dibelakang, lo kira gue supir lo?!" ucap Jarrel yang melihat Kalila membuka pintu belakang, gadis yang mendengar omelan Jarrel itu pun kemudian menutup pintu itu kembali dan berjalan ke pintu depan dan masuk.

"Lama bgt sih!" ujarnya kesal.

"Maaf.." Kalila tak berani menatap Jarrel, tetapi jika ia pikir lagi lama lama kesal juga mendengar omelan Jarrel.

Mobil sport milik Jarrel tersebut pun akhirnya tancap gas dan meninggalkan kediaman tersebut, diperjalanan Jarrel dan Kalila hanya diam tetapi Kalila membulatkan matanya dikala saat ia melirik kearah Jarrel yang tengah menyalakan musik pada mobil tersebut dengan tangan kirinya ia melihat sebuah gelang berwarna biru dengan bentuk bunga Daisy seperti gelang yang diberikan El untuknya.

"Dia ngga mungkin el kan?.." batin Kalila menelan ludah.

"Ngapain lo ngeliatin tangan gue?" Tanya Jarrel tiba tiba membuat Kalila langsung mengalihkan pandangannya.

"Ditanya malah buang muka, gajelas" ucap Jarrel kesal.

Kalila tiba tiba terpikir untuk melepaskan gelangnya, ingin melihat reaksi Jarrel apakah benar dia El. Mata Jarrel melirik kearah Kalila yang tengah memegang gelang, matanya membulat kemudian mengerem mendadak membuat dahi Kalila terbentur dashboard lumayan kencang.

"aduh.." ringis Kalila sembari menyentuh dahinya,

"Lo.." Jarrel menoleh kearah Kalila.

"Darimana lo dapet gelang itu?.." sambungnya menatap tangan Kalila yang tengah menggenggam gelang tersebut, tiba tiba ia merebutnya.

Jarrel menatap gelang Kalila lekat lekat, memperhatikan setiap detail gelang itu sementara Kalila masih menahan nyeri pada keningnya.

"Jawab pertanyaan gue, Kalila" titah Jarrel kembali menatap Kalila.

Us and DifferencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang