23.

144 17 1
                                    

Diperjalanan, Kalila menoleh kearah Jarrel yang tengah menyetir. Tampak ragu saat akan mengatakan sesuatu.

"Jadi lo mau ngomong apa?" Tanya Jarrel melirik sekilas kearah Kalila.

Kalila buru buru membenarkan posisi duduknya menjadi tegak, menghela nafas sebelum bicara sembari memainkan jari jemarinya.

"gue mau jadi pacar lo" ucap Kalila tiba tiba membuat Jarrel terkejut dan reflek mengerem mendadak, begitu juga Kalila yang ikut terkejut.

"ulangi lagi coba, takut gue salah denger" Jarrel menoleh kearah Kalila, menatap gadis itu dengan serius.

Kalila menelan ludahnya, gugup sekali ditatap seperti itu oleh Jarrel bahkan ia rasa pipinya sangat panas.

"gue mau jadi pacar lo, el" ulang Kalila membuat Jarrel tersenyum tak percaya.

"lo ngga bercanda kan?" tanya Jarrel memastikan, jantungnya benar benar berdetak kencang.

Kalila menggeleng.

Tanpa aba aba, Jarrel langsung memeluk Kalila dengan erat. Membuat yang dipeluk terkejut bukan main hingga perlahan ia ikut memeluk Jarrel sembari tersenyum.

"Makasih kal, mulai hari ini kita pacaran kan??" Tanya Jarrel melepaskan pelukan tersebut dan kembali menatap Kalila.

"Iya" Kalila mengangguk kecil karna malu, ia tersenyum.

Lagi dan lagi, Jarrel tanpa aba aba langsung menyatukan bibirnya dengan bibir Kalila. Mata Kalila membulat sempurna, tangannya reflek mengalung pada leher Jarrel dan ikut menikmati sentuhan pada bibirnya.

Tak lama tautan bibir mereka terlepas, Kalila mengatur nafasnya yang tak beraturan sembari menatap sayu Jarrel dihadapannya.

Jarrel menyatukan keningnya ke kening Kalila, kemudian tersenyum.

Nathan dan yang lain sudah sampai, mereka juga sudah memarkirkan mobilnya. Jika kalian penasaran dimana mereka menaruh mobil sportnya apalagi ini adalah pasar, jawabannya mereka memarkirkan mobilnya disebuah gedung yang tak jauh dari pasar ini berada. Gedung itu adalah gedung perusahaan yang bekerjasama dengan perusahaan keluarga Raiveraz.

Mereka semua turun, menatap sekeliling mencari keberadaan mobil Jarrel yang tak kunjung datang sedari tadi.

"Panas bgt astaga" Nazeea menutupi wajahnya dengan sebelah tangan karna memang saat itu sedang tengah hari.

Nathan yang melihat hal itu langsung melepaskan topinya. Michelle berpikir kalau Nathan akan meminjamkan topinya pada Nazeea, tetapi tebakannya salah besar karna justru Nathan memakaikan topinya pada Michelle.

Michelle yang terkejut langsung mendongak dan menoleh kearah Nathan yang tengah tersenyum menatapnya.

"pake, nanti muka kamu kepanasan" ucap Nathan pada Michelle, laki laki itu kemudian melirik kearah pundak dan lengan Michelle yang memerah karna kepanasan.

Michelle memakai pakaian yang bagian ketiak dan tangannya terbuka jadi pantas saja kulitnya memerah, Michelle tak biasa kepanasan seperti ini. Dengan buru buru Nathan melepaskan jaketnya juga lalu menyuruh Michelle memakainya.

"pake juga nih, tangan kamu kepanasan juga sampe merah gitu"

Michelle menerima jaket tersebut lalu memakainya.

"kak Nathan ngga kepanasan?" Tanya Michelle setelah memakai jaket pemberian Nathan.

"ngga, kakak udah biasa" Nathan tersenyum sembari mengusap kepala Michelle.

"So sweet bgt kak Nathan, jadi pengen punya pacar deh gue" gumam Nazeea yang ternyata didengar oleh Raefan disampingnya.

Raefan melirik kearah Nazeea kemudian melipirkan jaket kulitnya dipundak Nazeea, membuat gadis itu menoleh kearah Raefan.

Us and DifferencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang