Kalila duduk kembali dimeja, kembali membaca buku di perpustakaan hingga Jarrel menyusul dan langsung duduk disampingnya.
Jarrel mengarahkan pandangannya pada gadis itu, ia melihat kalau cahaya matahari dari balik jendela mengenai wajah cantik gadis itu, membuat Jarrel menutupi cahaya itu menggunakan tangannya.
Kalila yang sadar kemudian menoleh menatap Jarrel, senyumnya terbit.
"lanjutin aja bacanya, daritadi gue liat lo kaya risih gara gara muka lo kena cahaya matahari" ucap Jarrel menatap Kalila.
"lo kaya bukan Jarrel yang biasa, aneh ngeliat lo yang kaya gini" kekeh Kalila kemudian kembali membaca bukunya.
Jarrel terdiam, ia tatap dalam wajah gadis itu dari samping, ia harap dirinya bisa melakukan permintaan gadis itu agar Kalila mau menerima nya.
Jarrel juga tidak tahu mengapa, semenjak ia menyadari perasaannya pada Kalila, rasanya ingin sekali melakukan apapun untuk gadis itu dan tidak memikirkan dirinya sendiri padahal dirinya adalah seorang pewaris keluarga Sebasta.
"ternyata bener kata orang orang, jatuh cinta bikin kita jadi bodoh tapi gue ngga masalah jadi bodoh kalau itu buat Kalila" batin Jarrel menatap Kalila sembari tersenyum tipis kemudian menghela nafas.
—
Di uks Michelle duduk diatas brankar uks, dihadapannya ada Nathan yang duduk dikursi sembari mengobati luka pada lutut gadis itu.
Michelle hanya diam tak mau menatap Nathan, ia lebih memilih menatap hal lain, Nathan sadar jika Michelle berusaha menghindari kontak mata dengannya.
"kenapa bisa luka gini? kalo Harvey tau, kamu bisa di omelin karna ga hati hati" ucap Nathan melirik kearah Michelle tetapi gadis itu memilih bungkam.
Nathan menghela nafas, masih tak percaya jika Michelle menyukainya, Melody pasti berbohong.
"kamu udah besar, harus bisa jaga diri kamu jangan sampai luka kaya gini" ujar Nathan lagi, tetapi Michelle masih diam.
"Jangan kaya anak kecil, Michelle" mata Michelle sedikit membulat mendengar ucapan Nathan.
"kak Nathan pikir, aku kaya gini karna siapa? karna kak Nathan, perasaan aku ke kakak yang bikin aku jadi orang bodoh dan ngga mikirin diri aku sendiri" balas Michelle turun dari brankar nya.
mata Nathan membulat kemudian menahan tangan Michelle yang ingin pergi, membuat gadis itu menoleh kearah Nathan dengan mata yang berkaca kaca.
Michelle melepaskan tangan Nathan dengan paksa.
"maaf, aku akan berusaha hilangin perasaan aku ke kakak, aku juga ngga akan ganggu kakak lagi.. maaf udah ngerepotin kakak dari dulu, aku mau berhenti nyakitin diri aku sendiri karna perasaan ini" ujar Michelle kemudian pergi.
Nathan menatap Michelle yang menjauh hingga kini tinggal seorang diri disana, ia menghela nafas.
"ini ngga mungkin.." gumam Nathan.
"apa yang ngga mungkin? lo udah denger pengakuan dia" suara seseorang membuat Nathan langsung menoleh kearah suara.
"Harvey?" Nathan membulatkan matanya.
"Michie udah dari dulu nyimpen perasaan buat lo, lo tau apa yang buat dia naruh perasaan ke lo? karna lo orang yang buat dia berubah, lo ngga tau kan kalau dulu Michie anti buat deket deket sama laki laki? tapi semenjak dia kenal sama lo, dia mulai lebih terbuka, gue mungkin protektif ke Michie tapi gue ngga akan ngelarang dia buat jatuh cinta" jelas Harvey, Nathan diam.
"awal gue tau kalau laki laki yang disukai sama adek gue itu lo, gue udah ngelarang dia karna gue tau perasaan lo ke Melody masih tetap sama dan gue ngga mau cinta pertama adek gue menyakitkan tapi ternyata mau gue lakuin apapun perasaan dia tetap ngga berubah, gue tetap ngeliat dia sakit, jadi setelah ini jangan pernah ngedeket ke adek gue lagi, gue tau lo anggap Michie sebagai adek lo juga tapi mulai sekarang anggap aja kalau Michie orang yang ngga ada hubungan apapun sama lo, jangan bikin adek gue sakit lagi meskipun lo sahabat gue tapi gue ngga akan maafin lo kalau nyakitin dia, tapi kali ini akan gue anggap ngga terjadi apa apa" sambung Harvey kemudian berbalik dan berjalan pergi.
"vey, bukan salah gue kalau adek lo jatuh cinta sama gue! dari awal gue cuma anggap dia sebagai adek gue karna gue tau dia adek lo, kenapa gue harus ngejauh? dari awal harus Michelle tau kalau perasaan gue cuma buat Melody" ucap Nathan sedikit berteriak, Harvey yang mendengar hal itu tentu langsung berbalik dan berlari kearah Nathan kemudian meninju wajahnya.
"jangan salahin adek gue, kalau aja lo ngga bersikap terlalu baik ke dia, ngga mungkin sekarang adek gue suka sama lo, sialan! kalau bukan karna bokap gue yang maksa gue buat tetap diluar negeri waktu itu ngga mungkin gue biarin lo jagain adek gue, mungkin sekarang dia ngga akan ngerasain sakit hati karna suka sama lo" baru saja Harvey akan memukul wajah Nathan lagi tapi tangannya ditahan oleh Raefan yang tiba tiba datang.
"cukup Harvey" ucap Raefan, Harvey kemudian bangkit.
Sebelum Harvey pergi, ia menunjuk kearah Nathan.
"inget ucapan gue tadi" setelahnya Harvey pergi meninggalkan Raefan dan Nathan disana.
Raefan mengulurkan tangannya membantu Nathan berdiri.
"lo denger semuanya?" tanya Nathan menatap Raefan.
"iya, gue disini saat lo bilang lo ngga salah kalau Michelle suka sama lo" jawab Raefan.
Nathan diam.
"nath, perasaan itu bisa dateng kapan aja, disini mau lo atau Michelle ngga ada yang salah tapi sifat lo yang terlalu baik itu yang bikin lo hancur" Raefan menunjuk dada Nathan berulang kali.
"karna sifat lo itu yang bikin Michelle suka sama lo" ucapnya. "dan Nathan, lo harus bisa move on dari Melody, sebentar lagi dia bakal nikah dan lo ngga boleh gini terus, lo boleh jatuh cinta tapi jangan terlalu bodoh" sambungnya menepuk pundak Nathan.
"gimana caranya gue move on? kalau setiap saat wajah dia terbayang dikepala gue, fan?" Nathan menatap Raefan, meminta saran laki laki itu.
"coba buat hapus satu satu sesuatu yang mengingatkan lo ke dia, salah satu nya bakar semua foto foto polaroid Melody" balas Raefan.
Nathan tampak diam, memikirkan saran dari Raefan.
"gue ngga maksa, tapi kalau lo emang mau move on dari Melody ya lo lakuin itu" ucap Raefan yang seolah tau isi pikiran Nathan.
"oke, bakal gue lakuin" ujar Nathan yakin.
"bagus, gue harap lo bisa move on dari Melody dan cari kebahagiaan lo sendiri, dunia itu luas dan gue yakin lo bisa menemukan perempuan yang bisa buat lo bahagia" jelas Raefan tersenyum bangga pada Nathan yang mengangguk.
"setelah ini, lo minta maaf ke Harvey, gue ngga mau persahabatan kita hancur cuma karna masalah cinta" sambungnya, Nathan mengangguk lagi sembari tersenyum.
"yaudah, ayo ke kelas" ajak Raefan, kemudian keduanya pergi dari sana.
Kalila menutup bukunya setelah ia selesai membaca, kemudian menoleh ke kiri dan menatap Jarrel yang tertidur.
Kalila tersenyum kemudian menatap lamat lama wajah tampan Jarrel yang tengah tertidur, Kalila ikut menyandarkan kepalanya diatas meja dengan sebelah tangan sebagai alas.
"kalau tidur gini, Jarrel keliatan lebih ganteng.." gumam Kalila, tangannya kemudian bergerak untuk mengelus pipi laki laki itu.
tetapi ia dikejutkan karna tangannya ditahan oleh Jarrel yang masih menutup matanya, tangan kalila ditarik oleh Jarrel kearah pipi laki laki itu.
"gue emang ganteng" ucap Jarrel tiba tiba.
pipi Kalila memerah padam hingga ke telinga, ia benar benar malu ternyata Jarrel mendengar ucapannya.
—
To be continued.
Jangan lupa vote, terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Us and Differences
RomanceJenrina / Bluesy Kalila seorang gadis yang terpaksa harus pergi ke Jakarta untuk mencari sahabat ibunya untuk meminta bantuan seperti surat yang ibunya tinggalkan sebelum meninggal, dengan sisa uang tabungan ibunya Kalila dengan berat hati pergi ke...