Part 8

3.9K 163 1
                                    

"Sya, berapa banyak karyawan yang ditugaskan untuk acara besok ya?" Salsa sedang melakukan review akhir sebelum acara dilaksanakan besok sore.

"Sekitar 75 karyawan bu. 20 akan ditugaskan di aula acara, 15 berada di luar aula, 25 membantu para koki di dapur, 15 lainnya akan berpencar di area parkir dan lobby." tasya menjawab dengan penuh rasa percaya diri. 

Hari ini beberapa karyawan akan menginap di Hotel demi persiapan acara yang maksimal pada besok sore. Salsa dan Tasya menginap dalam satu kamar yang sama dikarenakan hanya mereka berdua yang mengenakan hijab diantara karyawan wanita lainnya yang sedang ditugaskan.

"Bu, ini tidak apa-apa kalau saya satu kamar dengan Bu Salsa?" Tasya yang memiliki sifat  pemalu akan merasa canggung berada di dekat Salsa yang merupakan atasannya.

"Santai aja sya sama aku doang. Oh iya, panggil kakak aja ya kalau sudah di luar jam kerja gini."

"Tapi bu..eh...Kak Salsa"

"Gimana? lebih akrab kan sya di dengarnya. Lagian kita cuma beda 4 tahun kok jadi seperti kakak-adik aja ya hehe.." Salsa sangat kakak-able  memang. Mungkin karena dia juga sebagai seorang kakak dirumahnya.

Kini keduanya sedang mempersiapkan diri sebelum akan merebahkan diri di atas tempat tidur untuk beristirahat.

"Ya ampun aku lupa bawa parfumku ternyata" Salsa seketika panik melihat isi tas nya.

"Hmm aku bawa kak, tapi maaf punyaku mungkin tidak semahal punya kak Salsa"

"Boleh aku minta untuk acara besok sya?"

"Tentu saja boleh kak, pakai apapun yang kakak butuhkan" Tasya sejujurnya sangat senang apabila Salsa bersedia berbagi apapun bersamanya. Sudah lama dia merasa kagum dengan seorang Salsa yang memiliki pribadi yang begitu humble dan penyayang dengan semua karyawannya.

"Tidur yuk sya." Salsa sudah naik keatas kasur, namun lain halnya dengan Tasya yang masih membaca buku tentang masakan.

"Iya kak tapi nanggung banget ini."

"Kamu suka banget masak ya sya?" kini Salsa yang merasa kagum dengan Tasya.

"Iya kak, dulu cita-cita aku jadi koki profesional"

"Lho kenapa dulu? Emang sekarang udah berubah?" pertanyaan Salsa begitu terdengar polos.

"Masih pengen sebenarnya. Tapi aku punya adik yang masih sekolah dan orangtuaku sudah bercerai dari aku SD jadi sekarang aku menggantikan Ibuku untuk mencari nafkah. Tapi aku bersyukur kok kak masih bisa membayar kuliah di akademi perhotelan swasta." curhat Tasya yang sepertinya sudah mulai terbuka dengan Salsa.

"Kenapa gak coba beasiswa aja sya? Kalau dapat full itu ada uang sisa juga kok buat biayain adik kamu."

"Kalau beasiswa tidak bisa sambil kerja seperti ini kak." 

"Oh jadi kamu kerja magang disini bukan bagian dari menyelesaikan studi kamu ya?"

"Bukan kak, aku udah kerja seperti ini dari semester 1 masuk perkuliahan. Alhamdulillah karena pengalaman aku yang cukup banyak akhirnya aku bisa bekerja di Hotel bintang 5 seperti sekarang." Salsa sudah merasakan air matanya yang sulit sekali dibendung karena cerita Tasya yang begitu menyayat hatinya. 

"Kak Salsa kenapa nangis?" Tasya dikagetkan dengan air mata yang mengucur di pipi Salsa yang tidak diiringi suara tangis namun dengan tatapan yang dalam kepadanya.

"Aku gak papa kok sya. Ayok kita tidur sudah malam" Salsa segera mengusap pipinya secepat mungkin dan membalikkan tubuhnya membelakangi Tasya agar rasa sedihnya tidak lepas kendali seperti sebelumnya.

AKHIRNYA (after a long time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang