Part 43

3.2K 162 10
                                    

Kediaman Keluarga Aryatama

Ceklek

"Nak lagi ngapain?" Bunda Dena memasuki kamar tidur putra bungsunya yang masih berbaring memainkan ponsel. Pasha yang saat ini belum mengantuk langsung mendudukan diri pada sandaran kasurnya. 

"Eh iya bun. Pasha lagi tidur tiduran aja kok. Ada apa bun?"

"Bunda cuma mau ngobrol aja, boleh kan?"

Ya, waktu saat ini sudah menunjukkan hampir mendekati waktu awal pada hari berikutnya. 

"Sudah malam tapi bun. Bunda gak ngantuk memangnya?" Pasha mengetahui apa yang saat ini sang bunda pikirkan sehingga belum juga mengistirahatkan harinya.

"Sebentar saja nak." Pasha masih menatap lekat wajah bundanya yang sudah terlihat lelah.

"Bunda mau tanya. Pasha gak mau cerita soal Tasya?" Pasha terkejut dengan pertanyaan Bunda yang menurutnya sangat di luar dari prediksi awalnya.

"Hah?! Kok tiba tiba tanya Tasya bun?"

"Lho, kenapa sih? Anak bunda yang ini kan juga sudah dewasa. Masa di umur yang ke 27 tahun kamu belum ada wanita kesayangan yang mau dikenalkan ke bunda?" 

"Abang sama kakak aja belum ada yang nikah bun. Jadi, Pasha mah santai aja. Lagian kenapa bunda bisa mengira itu Tasya?" 

"Hey bunda kan gak cuma punya anak laki laki satu aja sha. Langusng dititipkan tiga lho. Sudah hafal lah wajah anak laki laki yang sedang kasmaran seperti apa" Pasha yang disindir pun mengulum senyumnya sedikit dan segera menetralkannya kembali agar bunda tidak menyadarinya.

"Ya tapi kan Pasha belum jadi dokter bun.  Masih awal tahun depan diangkatnya. Kalau abang dan kakak sudah sukses semua jadi wajar kalau udah bawa pasangan masing masing ke bunda" jawab Pasha apa adanya.

"Abang sama kakakmu itu gak bisa jadi contoh nak. Mereka terlambat. Sudah ketuaan kalau menurut bunda ya. Justru kalau kamu mau mencari wanita yang mau menerima kamu apa adanya ya cari dari sekarang. Itu saran bunda ya." Bunda membuat arahan.

"Tapi bun.." Pasha memang memiliki alasan dan pertimbangan lain mengenai hubungan percintaannya. Setelah dia mengetahui bahwa dirinya bukanlah dari keturunan keluarga Aryatama, ia tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Pikiran Pasha selalu mengarah pada asal usulnya yang tidak terlalu baik. Baginya, berpacaran apalagi menikah adalah sesuatu yang sangat mewah untuknya. 

"Nak..-" bunda menarik Pasha ke dalam pelukannya. Pasha yang di peluk pun menangis sejadi jadinya.

"Dengerin bunda ya. Tapi kamu harus kuat ya anak laki laki bunda"

"Hengss hiks hiks.. i-iya bu-unsda" 

"Kalau kamu mau cari tau orangtua asli kamu siapa. Bunda bisa bantu kemana kita harus bertanya" pernyataan Bunda membuat Pasha seketika berhenti terisak dan menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah bundanya dengan jelas"

"Siapa bun?"

"Kita bisa tanya adik papimu yang sekarang ada di London"

"Tante Prita?—"

"Iyaa. Orangtua kandungmu dulu menitipkan kamu ke tante nak. Karena disana biaya kehidupan begitu mahal tante Prita gak sanggup mengurus dan menyekolahkan kamu disana bersama sepupu kalian. Jadi, saat kamu berusia 1,5 tahun tante Prita pulang sebentar ke Indonesia untuk memberikan kamu ke Bunda dan Papi."

"Bun—? Maaf ya kalau kelahiran Pasha menjadi beban keluarga ini. Pasha tidak tahu kalau ternyata Pasha memiliki asal usul yang tidak jelas"

"Hussh! Gak boleh bicara seperti itu nak. Tante kamu sangat menyukai kamu makanya dulu orangtua kamu berani mempercayakan tante untuk mengurus kamu. Jadi kita semua sangat senang kamu hadir di keluarga ini. Ingat juga ya, kejadian itu sudah 26 tahun yang lalu. Jadi, bagi kami kamu benar benar anak yang berasal dari keluarga Aryatama sama seperti kakak dan juga abang" 

AKHIRNYA (after a long time)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang