Pada pagi hari, gara sudah terbangun, dengan laptop di pangkuannya, menunggu sang adik terbangun dari mimpi indahnya. Sengaja ia menahan diri untuk tidak membangunkan adiknya.
Irama langkah kaki yang mendekat menandakan kedatangan adiknya, kehadiran yang familiar.
"Selamat pagi, Abang," alsan menyapanya, gara mengangguk.
"Lapar?" Aku bertanya.
Alsan mengangguk, mendorongku untuk bangkit dari tempat dudukku dan menuju ke dapur.
Dengan lincah, aku mulai menumis bumbu harum di wajan, menciptakan aroma harum yang memikat di dapur.
"Wow, kelihatannya enak?" aku tersenyum. Menggabungkan nasi dengan bumbu yang beraroma, aku membuat sepiring nasi goreng yang lezat.
Kami Duduk bersama di meja makan, menikmati santapan pagi yang hangat dan lezat, dikelilingi oleh suasana hangat—awal yang sempurna untuk hari yang segar.
“bang, apa tidak apa-apa jika aku tinggal di apartemenmu. Gue khawatir akan merepotkan ,” aku melirik sekilas, mengungkapkan pikiranku.
"Boleh," jawabku singkat, mendapat dengusan tidak senang dari Alsan.
“Abang itu ibarat es batu lho,” aku bingung dengan analogi Alsan.
"Mengapa?"
“Sulit untuk mencairkannya,” aku tertawa mendengar perkataan Alsan, seolah terpesona melihat gara tertawa, membuat Alsan terdiam sesaat.
"Ehm..." seakan sadar, Alsan buru-buru menyelesaikan sarapannya.
"Pelan-pelan saja, nanti kamu akan tersedak," dan memang, setelah Gara memperingatkan, Alsan terbatuk-batuk, memicu respons gara dengan cepat memberikan air.
"Berhati-hatilah lain kali," dia mengangguk.
Tinit..tinit..
Dering ponsel mengubah suasana.
"Hm.."
"......"
"Bagus, lanjutkan," Gara berseri-seri mendengar kabar gembira dari anak buahnya.
"......"
"Hm," Gara mengakhiri panggilannya, lalu melirik ke arah Alsan.
"Siapa?"
"Tidak bukan siapa-siapa," kata Gara.
Sementara itu...
"Kenapa ini terjadi!! Aku membayar mereka dengan mahal, namun, mereka tidak bisa menangani gangguan seperti tikus kecil, ha!" Brama melampiaskan kekesalannya.
Gara tersenyum dan kemudian kembali fokus pada Alsan yang sudah pulih dari insiden tersedak. Mereka melanjutkan sarapan dalam suasana yang lebih santai.
"Enak?" Gara bertanya, berusaha mengembalikan suasana.
"Iya, bang. Enak sekali," Alsan tersenyum.
Gara berseri-seri bangga, senang melihat adiknya menikmati hidangan tersebut.
Vomen
VoteTbc
KAMU SEDANG MEMBACA
jadi adik protagonis
Jugendliteratursatria si dingin tingkat dewa,Dia hanya akan berbicara dengan keluarga nya. gara pemuda dengan julukan si cerewet,saking cerewet nya sampai di benci. bagaiman jika gara yang sudah tidak kuat dengan hidup nya,memberikan tubuh nya kepada satria yang s...