CHAPTER 9

13.9K 936 34
                                        

Gara berjalan melewati ruang tamu. Ternyata ada teman abangnya di sana. Dia baru saja belajar, tapi tenggorokannya haus, jadi ia ingin mengambil jus mangga kesukaannya.

“Hiks, Bang! Tangan Anya sakit, tadi Bang Gara dorong Anya!”
Aku tidak peduli, lagipula aku memang tidak salah.

“Diam!” Angga membentak.

“Hiks...” Anya menutup kedua telinganya, tangisannya sangat berisik dan jelas mengganggu mereka.

“Haha, kasian lo, bos,” ejek Andra sambil tertawa.

“Cih...” Angga kesal.

“Bisakah kau jangan menuduh Gara sembarangan?” sahut teman Angga, Azka.

“Tapi kan itu kenyataan.”

“Kau?!” Angga marah besar, ingin menampar Anya.

“Jangan, dia perempuan,” Gara datang membawa segelas jus mangga.

“Tapi kan—”

“Hum, mau ke kamar,” tanpa menunggu ucapan Angga, Gara pergi dan melanjutkan belajar yang tadi tertunda.

“Adek lo, ya?” tanya salah satu teman Angga.

“Iya, dia adek gue.”

“Baik banget, padahal udah difitnah,” komentar teman lain. Sebenarnya Gara tidak sesabar itu.

“Iya...”

---

Sekarang Gara tengah bersiap-siap bersekolah. Setelah siap, ia bergegas turun.

“Pagi, Dek!” sapa seseorang.

“Hm,” jawab Gara singkat.

“Sayang, gak makan dulu?” ajak Dina.

“Telat,” jawab Gara sambil pergi menuju garasi.

---

Brum... brum... brum...

“Wih, si Gara makin keren aja!”

“Mas anak kita nangis,” goda salah satu fans.

“Calon suami gue emang keren,” sahut yang lain.

“Halu lo,”

“Serah gue dong,”

“Mas Rahim ku anget...”

Dll.

“Gila, fansnya Gara memang gila,” ujar Septian heran.

“Iya dong, abang gue gitu,” kata Aldo bangga.

Gara membuka helmnya dan berjalan menuju geng Altara.

“Woy, bos!”

“Hm.”

“Tuh muka dingin amat,” tanya Juna heran.

“Hm.”

Prang!

Tak jauh dari tempat Gara duduk, gelas di meja geng Altara terjatuh dan mengenai Anya.

“Hiks, Bang, Bangang benci sama Anya? Anya gak salah apa-apa, hiks...”

Gara terdiam, menahan sesuatu.

“Ya, gue benci sama lo.”

Eh, kasian Anya ya...

Kayaknya dia di-bully deh sama mereka.

Dasar gak punya hati...

Kasian Anya...

Gara jahat ya...

Gak punya hati...

Dll.

“Hiks, kenapa Bang? Anya ada salah apa sama Bang? Hiks...” Gara memejamkan mata lalu membuka kembali. Semua terkejut karena mata Gara berubah jadi biru. Gara melempar meja yang ada di depannya.

Brak!

“Saya sudah cukup diam selama ini, Anya!” mereka tertegun. Baru kali ini melihat Gara semarah ini.

“Saya diam bukan berarti saya takut!” Anya sudah bergetar hebat dari tadi.

“Siap-siap saja, aku akan memberi hadiah kecil buatmu.”

Sebenarnya itu bukan Gara, melainkan alter ego Javier.

Gara alias Javier mengambil hp dari saku celananya.

“пришлите видео мне,” katanya pelan, lalu tersenyum mengerikan.

“Mari kita lihat, apakah kau masih bisa melihat dunia dan terus mengganggu aku. Bahkan daddy mu itu tidak akan bisa menyelamatkanmu, Anya Otskar Zivacta.”

Deg...

Bagaimana Gara tahu? Tentu saja dia kan mafia.

“Selamat menikmati permainanku.”

Semua yang ada di sana diam tak berkutik, seakan Gara adalah malaikat pencabut nyawa bagi mereka.

Mata Gara kembali normal, dan ia menenangkan diri.

“Dek, Otskar Zivacta itu marga apa?” tanya Angga yang menyaksikan kejadian itu.

“Aku akan beritahu kalian saat ulang tahun sekolah,” jawab Gara.

Ia memutuskan pergi ke kelas, mood-nya sudah hancur karena Anya, dan sepanjang perjalanan tidak ada yang berani menatapnya.

---

VOMEN
VOTE


TBC

jadi adik protagonis(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang