Bad Day

981 37 0
                                    

Stev menghampiri Gea yang bersandar sambil bersedekap di badan mobil black metalic-nya. Rambut curly-nya bergoyang seiring dia melangkah, Gea hanya tersenyum tipis melihat sahabatnya yang terlihat cantik seperti biasa. Tanpa bicara apapun, Stev langsung menempel di lengan Gea dan menyeretnya masuk ke kelas mereka pagi ini. Gea hanya melangkah dengan pasrah mengikuti kemana dia dibawa Stev. Jangan tanya jika orang lain yang menyeretnya, never!

Sampai di kelas, mereka langsung duduk di tempat mereka seperti biasa. Kalaupun sudah ada yang menempati, Gea akan dengan senang hati memberikan sarapan death glare gratis untuk pelakunya. Stev segera mengoceh mengenai sepupu-sepupunya sesaat setelah mereka duduk, dia tidak terlalu perduli bagaimana Gea memelototi mahasiswa lain di kelas itu saat mereka melirik ke arahnya. Stev menyukai saat Gea selalu memperhatikan dan mendengarkan ceritanya, dia merasa spesial.

Gea tidak perduli dengan apa yang dibicarakan Stev, dia hanya asyik sendiri memperhatikan ekpresi wajah Stev yang berubah-ubah saat dia bercerita. Gea menyukai sikap Stev yang ceria dan hanya manja kepadanya, dia benci jika Stev terlalu dekat dengan yang lain.

Cerita Stev terhenti saat dosen memasuki kelas, Stev segera membetulkan posisi duduknya dan sepenuhnya fokus ke materi yang diberikan. Stev termasuk mahasiswi yang rajin, sebaliknya dengan Gea. Dia tidak mendengarkan apa yang disampaikan dosen di depan kelas, dia sibuk mencoret-coret catatannya sambil menopang dagu. Dia benci mendengarkan orang lain bicara panjang lebar, pengecualian untuk Stev.

Saat kelas selesai dan dosen keluar, tiba-tiba kelas ribut dengan bisik-bisik mahasiswi. Gea yang masih sibuk mencari ponsel di dalam tasnya tak mau ambil pusing, sampai ada seseorang yang berdiri di samping mejanya. Gea mengangkat wajahnya dan merasa ingin mengumpat saat itu juga. Sialan! Untuk apa Niel datang ke kelasnya? Jika jawabannya adalah karena Stev, maka ia akan dengan senang hati menendang kakinya sekuat tenaga.

"Hei." Niel menyapa Stev dengan santai, meskipun ekor matanya mengarah pada Gea.

"Emm..Hei juga Niel." Stev hanya senyam-senyum grogi.

"Cih." Kalau decihan ini sudah jelas dari Gea.

"Ah, mau ke kantin bareng Stev? Aku yang traktir deh." Perkataan Niel membuat kelas makin heboh.

"Ehh? Aku? Eumm...Gea gimana?" Stev melempar pandangan bingung ke arah Gea.

"Ajak aja Stev, ayo!" Niel membalikkan tubuhnya hendak keluar kelas.

"Aku mau pulang." Terdengar Gea berkata datar dan melewati Niel begitu saja.

Niel hanya mengangkat bahunya dan menghela nafas pendek memandang Gea yang menjauh sambil menyampirkan tas punggung di sebelah bahunya. Dia menoleh dan mengajak Stev untuk bergegas ke kantin, dia sudah kelaparan karena tadi pagi sibuk membongkar isi lemarinya dan melewatkan sarapan.

Gea yang level keselnya udah sampe ubun-ubun langsung menuju parkiran. Dibukanya pintu mobil lalu melemparkan tasnya ke jok belakang, setelah dia duduk segera dibantingnya pintu mobil keras-keras dan menghasilkan tatapan kesal orang-orang yang berada di dekat mobilnya. Gea memukul stir dengan sengit, kemudian menghidupkan mobilnya. Dia ingin pulang dan tidur, masa bodoh dengan dua mata kuliahnya yang masih tersisa hari ini.

Sekitar tiga puluh menit, mobil Gea sudah memasuki pekarangan sebuah rumah mewah. Dia menghentikan mobilnya di depan pintu utama begitu saja, melenggang sambil menenteng tas punggungnya tanpa berniat mencabut kunci mobil. Benar saja, belum sampai Gea mencapai pintu sudah ada pekerja rumahnya mengurus mobil dan memasukkan ke garasi.

Saat masuk ke rumah, Gea hanya memberikan anggukan samar saat berpapasan dengan pelayan. Dia masih bisa menghargai orang lain meskipun cueknya minta ampun. Dia memutar bola matanya saat melihat ibunya duduk di ruang santai lengkap dengan majalah fashion di pangkuannya. Gea berniat melewatinya begitu saja dan naik ke kamar, sayang saat ia baru akan menginjak anak tangga suara ibunya terdengar.

"Semalam tidur dimana?" Pertanyaan itu meluncur dengan diikuti suara halaman majalah yang dibalik.

"Tenang mom, aku tidak tidur di teras toko." Gea menjawab datar tanpa menoleh.

"Tidak juga dengan teman laki-lakimu?" Nada sinis sedikit tersirat di pertanyaan itu, membuat Gea mendengus dan menolehkan kepalanya.

"Sayang aku kurang cantik untuk menarik hati laki-laki mom." Gea menarik salah satu ujung bibirnya saat melihat wanita yang dipanggilnya mom itu melotot.

"Ahh.....dan aku tidak begitu tertarik dengan makhluk bodoh yang kau sebut dengan laki-laki tadi mom. Jadi mom bisa tenang." Gea kembali melanjutkan langkahnya menaiki anak tangga.

"....." Ibu Gea hanya bisa memandang anaknya geram.

" Oh iya mom, jangan ganggu aku untuk makan malam. Aku mau tidur." Gea melanjutkan perkataannya saat sudah sampai di ujung tangga.

"Aku benci pulang ke rumah." Desis Gea pelan saat membuka pintu kamarnya.

Separuh Matahari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang