Menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa, Gea menyambar remote AC dan menurunkan suhunya. Siang ini udara di luar begitu panas, maklum lah jam satu siang. Hembusan nafas lega keluar dari mulut Gea, perkuliahan terakhir semester ini sudah dilaluinya. Saatnya mengucapkan selamat tinggal pada laptopnya tersayang, sampai bertemu saat tugas disemester berikutnya.
Sudah cukup puas mendinginkan badan, dia menghidupkan TV dan mencari chanel yang bagus. Nothing, acaranya jelek. Ah.....dia bosan di apartemen. Mau pulang ke rumah, makin malas saja. Dua minggu ini kuliahnya libur sebelum ujian semester. Belajar? Gea tidak tahu apa itu artinya. Libur sama dengan santai, hanya itu kamus di otaknya.
Dia mulai berpikir, tempat apa yang akan jadi destinasi liburannya? Ah, tentu dia tidak akan pergi sendiri seperti anak hilang. Yah, walaupun sebenarnya tidak masalah juga. Baiklah, mari mengajak Stev untuk liburan. Tujuannya akan dia tanyakan besok.
*****
Jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul sepuluh, dia melangkah memasuki sebuah kafe bergaya classic. Seorang gadis dengan rambut ikal menggantung melambai padanya. Cantik seperti biasa, gumamnya dalam hati. Dia balas tersenyum dan mempercepat langkahnya.
"Nggak pesen?" Gea menarik kursinya.
"Aku nunggu kamu." Stev tersenyum manis.
"Kenapa harus nunggu aku?" Gea menaikkan satu alisnya.
"Mau kamu yang mesenin." Stev nyengir.
"Sejak kapan kamu manja gitu?" Gea melambai ke seorang pelayan.
"Pesan apa mbak?" Sang pelayan laki-laki mendatangi meja mereka dengan ramah.
"Mocca sama vanilla late. Cheese cake-nya satu." Gea menutup buku menu dan mengangguk kecil.
"Silahkan ditunggu." Pelayan itu berlalu setelah melempar senyum ke Stevy.
"Nggak usah genit deh sama pelayan juga." Kesal Gea ke Stevy.
"Eh? Cuma senyum aja, itu namanya ramah Ge." Stevy kembali melihat layar smartphone-nya.
Gea mengernyitkan alis saat melihat Stev tersenyum membaca sesuatu di hpnya. Tak biasanya Stev mengacuhkannya saat keluar bersama.
"Ada yang lebih penting dari aku?" Gea melirik Stevy dingin.
"Heum? Ah....ini Niel mau ke sini katanya. Boleh kan?" Stev tersenyum menyebalkan di mata Gea.
"Nggak boleh." Gea melempar pandangan ke pelayan yang menuju meja mereka.
"Eh? Udah aku kasih tau tempatnya tadi. Abisnya kalo cuma berdua kan sepi." Stev mempoutkan bibirnya lucu.
"Haah....terserahmu saja lah." Gea sibuk dengan hpnya, membuka notifikasi yang masuk.
"Thanks Ge." Stevy kembali sibuk membalas chat.
Gea mengerutkan dahinya saat membaca chat yang baru dibukanya. Hembusan nafas berat dikeluarkannya, sepertinya dia tidak bisa liburan dengan tenang. Satu pengganggu lagi akan muncul.
"Ge, aku tau kamu lagi liburan semester kan? Aku pasti nemenin kamu di sana. Tunggu pangeranmu ini ya Ge. :-*" Begitu bunyi pesan di hpnya. Terserah. Hanya itu balasan yang dia kirimkan untuk orang gila di seberang sana.
Saat mengangkat wajahnya Gea dikagetkan dengan Niel yang sudah duduk di sampingnya. Sial, tempat duduk di samping Stev masih kosong, kenapa tidak duduk di sana saja? Gea berdiri berniat pindah di sebelah Stevy.
"Ge, mau kemana?" Niel bertanya.
"Pindah." Gea memasukkan lagi kursinya.
"Kenapa? Pengen bisa liat wajah gue dari depan?" Niel senyum charming ke Gea.
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Matahari Senja
RomanceGea, seorang mahasiswi tingkat 3 yang cueknya nggak ketulungan. Anak-anak cowok satu jurusan yang kenal dia lebih sering nyebut dia cewek jutek yang galak. Tapi jangan salah, dia itu termasuk cewek cantik di jurusannya. Yah, cuma sayang dia agak tom...