Hari ini Gea sedang pusing, dia datang ke kampus sambil membawa tas punggung yang cukup berat. Laptop dan buku bahan makalah. Kaos pollo biru dongker dan celana skiny hitam. Ah, jangan lupa rambutnya yang tidak diikat. Sepatu kets biru melekat manis di kakinya.
Gea rela berangkat pagi-pagi meskipun jadwal kuliahnya masih jam 11 siang. Dia mau mencari buku di perpustakaan. Bukunya terlalu tebal, malas untuk meminjamnya. Padahal dia tidak pulang dengan jalan kaki. Toh sebagai gantinya dia harus membawa laptopnya kesana-kemari. Ah....biarkan saja dia.
Sampai di perpustakaan Gea menuju rak tempat buku incarannya. Tersenyum mendapati buku yang ia inginkan masih diam dengan manis di tempatnya. Buku tebal harus menerima nasibnya untuk berdebu di perpustakaan. Gea membatin edan. Dia segera menuju kursi di pojokan agar tidak terganggu lalu lalang pengunjung.
Setengah jam sudah Gea terganggu oleh satu hal yang sama, rambutnya. Ah, tapi kepalanya agak sakit jika dia mengikat rambutnya. Efek pusing memikirkan tugas. Memutuskan mencari karet yang biasa ada di saku belakang celananya, dan dapat. Gea memilih untuk mengikat ke atas sebagian rambut yang menjuntai ke depan wajahnya.
Gea memandang puas layar laptopnya, pembahasan materi sudah selesai dibuatnya. Hanya perlu menambah beberapa bagian dan salah satu makalahnya selesai. Diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jam setengah sebelas. Ah, dia cukup lama berdiam di perpustakaan. Segera disimpan pekerjaannya dan mematikan laptop. Selesai mengembalikan buku, Gea segera meninggalkan perpustakaan menuju ke kelasnya yang akan segera di mulai.Ah, tapi Gea haus. Dia berniat membeli soft drink di kantin dulu.
Sepanjang perjalanan menuju ke kantin sampai ke kelas, Gea merasa aneh dengan anak-anak yang melihatnya. Pakaiannya normal, sopan, warna tidak mencolok. Apa yang salah?
"Ge?" Seseorang memanggil Gea saat dia sedang membalas chat.
"Ya Stev?" Gea masih fokus pada handphone-nya, tidak menyadari tatapan aneh Stev.
"Ge." Lagi Stev memanggilnya.
"Tsk. Iya Stev, apa?" Gea mengangkat wajahnya untuk memandang Stev.
"Rambut kamu kenapa?" Stev bertanya sambil menunjuk rambutnya sendiri.
"Rambut?" Gea mengangkat alisnya bingung.
"Itu." Stev menunjuk kuncir yang ada di atas kepala Gea.
"Huh?" Gea meraba kepalanya.
"....."
"Sial." Gea segera menarik lepas karet dari rambutnya.
"Lo bego' banget Ge." Gea mengatai dirinya dalam hati.
"Eh, kok dilepas?" Stev sudah duduk di kursinya.
"Kamu mau aku keliatan kayak orang gila rambut dikuncir segala?" Gea memasukkan handphone-nya ke tas, malas membalas chat.
"You're cute Ge." Stevy tersenyum manis pada Gea.
"Aku nggak perlu jadi cute. Cukup kamu aja Stev." Gea melirik dosen yang berjalan melewati pintu.
"Ehehehe." Stevy cengengesan dan segera menghadap ke depan mendengar deheman sang dosen.
For me you're the cutest, sweetest, adorable, and most beautiful girl I ever met.
![](https://img.wattpad.com/cover/33506788-288-k676271.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Separuh Matahari Senja
RomanceGea, seorang mahasiswi tingkat 3 yang cueknya nggak ketulungan. Anak-anak cowok satu jurusan yang kenal dia lebih sering nyebut dia cewek jutek yang galak. Tapi jangan salah, dia itu termasuk cewek cantik di jurusannya. Yah, cuma sayang dia agak tom...