I'm a stalker? Big NO

944 37 0
                                    

Gea menginjak gas mobilnya dalam-dalam, menyalip kendaraan lain yang melaju pelan. Dia sedang bosan, sialnya lagi Stev sedang tidak di dekatnya. Biasanya dia akan menginap di rumah Stevy saat suasana hatinya jelek seperti sekarang.
Mendengarkan ocehan Stev semalaman akan membuat dia kembali membaik besok paginya.

Niat untuk menyepinya pun gagal karena pangeran kuda yang kebetulan nongkrong di cafe yang dia datangi. Gea tidak habis pikir, apa salahnya di kehidupan yang lalu sampai harus sering bertemu dengan Niel, pangeran kuda Stev. Sebenarnya bukan urusannya juga jika Niel berprofesi sebagai playboy kelas paus, salahnya hanya satu, Stev menggilai Niel.

Mulai mengantuk karena dari tadi menyetir mobil hampir satu setengah jam tanpa tujuan, Gea memutuskan untuk menginap di apartemennya. Apartemennya sudah jarang dia datangi sejak kuliah, dia lebih memilih ngungsi tidur di rumah Stev tiap malas pulang ke rumah.

Gea memarkirkan mobil black metalic-nya di basement dan mencari kunci apartemennya di dashboard mobil. Bersamaan dengan Gea yang menutup pintu mobil datang sebuah mobil sport yang diparkir disamping mobilnya.

Melenggang santai, Gea menunggu lift terbuka. Mendengar seseorang melangkah ke arahnya, Gea melirik lewat sudut mata saat orang itu berdiri di sampingnya, ikut menunggu lift. Memutar bola matanya malas, Gea menekan-nekan tombol lift gemas. Dia cukup mengantuk dan masih harus bertemu pangeran kuda untuk yang kesekian kalinya hari ini. Astaga, mungkin dia telah membantai penduduk satu kota di kehidupan yang lalu.

"Aku nggak tau kalo kamu serius soal jadi stalkerku." Niel terkekeh sendiri mendengar ucapannya.

"....." Gea hanya diam dan segera masuk ketika pintu lift terbuka diikuti Niel.

"Darimana kamu tau apartemenku Ge?" Niel menoleh ke angka yang ditekan Gea.

"Wow....bahkan kamu tau lantainya." Niel makin cengengesan.

"Berisik. Diem bisa nggak?" Gea melotot kepada Niel.

Ting.....pintu lift terbuka, Gea melangkah lebar-lebar menuju kamarnya. Di belakang Gea, Niel berjalan santai sambil mengikuti kemana Gea berjalan. Sampai di depan kamarnya Gea segera mengeluarkan kunci dan membuka pintunya. Niel menggedikkan bahunya acuh, tapi sebenarnya penasaran sejak kapan Gea tinggal di apartemen yang tepat ada di sebelahnya. Malas berpikir dengan mata yang sudah mengantuk karena jam sudah menunjuk pukul setengah satu malam, Niel memilih segera masuk ke kamarnya sendiri.

Dan malam itu Niel tidur dengan senyum mengembang disertai mimpi yang indah.

......

Matahari belum benar-benar muncul tapi Niel sudah sibuk gedubrak-gedabruk di kamarnya, tempat tidurnya mirip daerah terdampak tsunami. Hampir seluruh pakaian yg tadinya terlipat rapi mengisi lemari, kini sudah seperti sarang entah makhluk apa di atas tempat tidur. Mau kemana sebenarnya Niel pagi-pagi begini?

Setelah hampir satu jam melakukan fitting baju, akhirnya pangeran kuda kita sudah nangkring di depan kamarnya. Tepat pukul tujuh apa yang ditunggunya muncul juga. Niel segera membenarkan posisi senderannya-biar terlihat keren-di dinding samping pintu kamar orang yang ditunggunya.

"Mornin' Ge."

"....." Gea hanya melirik lewat ekor matanya dan melenggang santai.

"Sialan! Juteknya ngegemesin!" Niel bergumam pelan, takut orang yang dibicarakannya mendengar.

Separuh Matahari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang