Terserah

286 10 0
                                    

"Dad mau apa?"

"...." laki-laki paruh baya itu hanya memasang wajah marah, belum mau berbicara.

"Ge, diem dulu." Dean berbisik pelan pada Gea, dia tidak mau Ayah Gea marah besar.

*******
Ge, gue ke apartemen lo sekarang.

Gue mau tidur.

Tadi gue ditelpon Om Sandi suruh bawa lo pulang.

Terserah.

Begitulah bagaimana akhirnya Gea dan Dean bisa ada di ruang keluarga rumah Gea. Gea yang baru saja mau menikmati tidurnya setelah lepas dari gangguan Niel justru harus diganggu oleh ayahnya sendiri. Apa lagi maunya kali ini?

"Dad, kalo masih diem aku balik ke apartemen."

"Tadi kamu sama siapa di apertemen?" Ayah Gea bicara dengan raut datar.

"Tetangga."

"Kamu punya tunangan Ge." Alis ayah Gea hampir bertaut melihat Gea memutar malas matanya.

"Dad, aku nggak bilang kalo aku lakuin yang aneh-aneh sama cowok di apartemen aku." Gea benar-benar lelah, ayahnya itu tidak akan berhenti mengomel tentang hal-hal tidak jelas.

"Dady nggak mau kamu malu-maluin keluarga kita. Kamu harusnya bersyukur punya tunangan seperti Dean." Mendengar kata-kata ayah Gea, Dean hanya menghela napas berat. Dia merasa ini akan menjadi panjang.

"Dad, aku emang seenaknya, tapi aku bukan jalang. Buat masalah pertunangan, aku nggak keberatan kalo Dean mau batalin." Gea sudah berancang-ancang untuk berdiri sebelum mendengar perkataan Dean yang sedari tadi diam.

"Ge, gue nggak akan mau batalin pertunangan kita. Dan buat Om, aku percaya sama Gea. Gea mungkin emang bukan anak yang baik, tapi dia masih cewek baik-baik." Dean berdiri dari duduknya dan menggandeng tangan Gea setelah selesai bicara.

"Dean, Om belum selesai bicara." Terdengar nada marah dari suara ayah Gea.

"Maaf Om, tapi Dean sama Gea udah selesai. Permisi." Dean benar-benar keluar tanpa menoleh lagi ke belakang.

Di dalam mobil, suasana masih kaku.

"Lo tidur aja, gue bangunin kalo udah sampe."

"Makasih." Gea yang tahu Dean masih marah memilih untuk diam dan berusaha memejamkan matanya.

Setelah sekitar dua puluh menit, Gea merasa bahunya diguncang pelan.

"Ge bangun, udan sampe." Gea melihat Dean turun dari mobil setelah membangunkannya, itu menandakan Dean akan ikut ke apartemennya.

*******

"......"

"......"

"......"

"Kalo lo masih mau diem, mending gue tidur. Kepala gue makin pusing abis denger omelan Dad."

"Yang dimaksud Om Sandi pasti Niel kan?" Dean melirik obat yang masih utuh tergeletak di atas meja.

"Emang siapa lagi yang tau apartemen gue selain lo berdua?" Gea begitu malas menjawab pertanyaan retorik dari Dean. Tidak memerlukan jawaban.

"Ge, gue ngerti lo cuek. Tapi pasti lo paham maksud perlakuan Niel ke lo." Dean mengacak rambutnya frustasi.

"Terus?"

"Lo ngerti nggak sih maksud omongan gue?" Dean menyandarkan punggungnya ke sofa.

"Gue nggak ada minat ke Niel."

Separuh Matahari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang