Stupid Boys

618 25 0
                                    

Ini sudah hari Kamis, itu artinya besok Gea akan berlibur ke Bandung. Sore ini dia memilih untuk bersantai saja, sungguh berbeda dengan Stev. Baru saja dia mengirim chat pada Stev untuk menanyakan sedang apa temannya itu, dan mendapat balasan berupa foto kamarnya yang seperti kapal pecah. Temannya itu sedang sibuk membongkar lemarinya untuk baju yang akan dibawanya selama 4 hari. Gea hanya mendengus saat mendapat jawaban mengapa temannya itu begitu repot memilih baju.

Aku ingin terlihat cantik di depan dua pria tampan.

Jawaban itu berhasil membuat alisnya terangkat tinggi-tinggi. Siapa yang dianggap temannya itu pria tampan? Dean dan Niel? Oh my God.

Ting.

Kepala Gea menoleh saat mendengar bunyi notifikasi di hpnya. Dilihatnya nama Mr. D muncul, di kotak notifikasi.

"Gue udah di basement baby"

"Cih." Gea mendecih jijik.

"Open the dor please." Gea bangkit dari duduknya dan berjalan menuju pintu.

Gea tidak mau repot-repot mempersilahkan tamunya masuk. Dia hanya membuka pintu dan kembali menuju sofanya yang nyaman. Toh tamunya akan masuk sendiri tanpa dipersilahkan. Tipe tamu tidak tahu diri.

Tamu Gea sampai di sampingnya dan menelitinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Gea hanya menatapnya tak acuh, dia tahu sebentar lagi mulut tamunya akan mengomel tak henti-henti.

"Ge-...." Tamunya baru saja membuka mulut saat Gea mengangkat telapak tangannya, mengisyaratkan tamunya untuk diam.

"Gue nggak mau denger omelan lo De." Gea menatap Dean malas.

"Tapi lo nggak pernah bisa dikasih tahu." Dean mendudukkan dirinya di samping Gea.

"Nggak ada yang bisa ngatur gue De."

Saat Dean akan membuka mulutnya, lagi-lagi bel apartemen Gea berbunyi. Gea akan berdiri, namun dicegah oleh Dean. Dean menggelengkan kepalanya pelan saat kembali melirik Gea.

"Untuk apa kemari?" Dean bertanya sengit kepada orang yang berada di depan pintu.

"Bertamu lah." Pintu apartemen didorong kuat, Dean yang tidak siap hampir terjepit di antara dinding dan pintu.

Dean segera berjalan cepat ke ruang TV, sayangnya dia kalah cepat dengan tamu tidak sopan yang hampir menjepitnya dengan pintu. Dia menggeram pelan saat mendapati tamu yang adalah saingannya, Niel, sedang menatap takjub ke arah Gea.

Shit. Dean mengumpat keras di dalam hati. Dia buru-buru masuk ke kamar Gea dan menyambar jaket yang tersampir di punggung kursi. Ditutupkannya jaket itu pada kaki Gea yang saat ini duduk bersila di sofa.

Sedari tadi yang membuat Dean uring-uringan adalah pakaian Gea. Dia lagi-lagi hanya memakai kemeja putih panjangnya yang tipis dan hot pants abunya yang tidak terlihat karena tertutupi bagian bawah kemeja. Lalu sekarang dia dengan santainya duduk bersila dengan pakaian seperti itu, memberi kesan seolah dia hanya memakai kemeja saja, tanpa bawahan. Gadis itu bersikap seolah penampilannya biasa saja di depan dua pria yang sekarang terperangah dengan sikapnya. Gea hanya memutar bola matanya saat melihat ekspresi marah Dean dan ekspresi bodoh milik Niel.

"Jangan mengomel lagi De." Sergah Gea saat Dean akan membuka mulutnya.

"Dan lo, bisa nggak mata lo ngedip?" Tunjuk Gea pada Niel.

Dean mendengus kasar dan menatap dingin ke arah Niel. Dia benci dengan sikap cuek Gea pada penampilannya sendiri. Tapi dia lebih benci pada saingannya itu. Niel sudah berani menatap miliknya dengan kurang ajar. Gea tunangannya dan hanya akan menjadi miliknya.

"Ada apa lo kemari?" Gea bertanya cuek.

"Ehem. Gue mau tanya, soal besok." Niel berusaha menetralkan suaranya.

Mata Niel mengikuti gerakan Gea yang berdiri dan menghempaskan jaketnya begitu saja di sofa. Menuju kulkas dan meneguk air langsung dari botolnya. Tindakan Gea hanya diikuti decakan Dean, yang  membuat Dean menyambar jaket dari sofa dan mengikatkannya di pinggang Gea.

"Cih. Jangan mraktekin drama romantis di depan mata gue." Niel mendecih, dia ingin menarik Dean dan menggantikan posisinya saat mengikatkan jaket ke pinggang Gea.

"Lo nggak perlu ikut ke Bandung besok, kalau nggak pengen lihat lebih banyak drama romantis." Dean tersenyum menang.

"Gue tanya sama Gea, bukan sama lo." Niel mendengus, matanya mengikuti langkah Gea yang kembali duduk. Jaket di pinggangnya tidak banyak membantu.

"Stev mau lo ikut, meskipun gue tolak. Gue nggak mau liat mukanya yang cemberut sepanjang liburan." Niel tersenyum menang ke arah Dean.

"Sial." Dean menggerutu.

"Dia memang sialan." Gea menyahut enteng.

"Cih. Jadi, besok jam berapa kita berangkat?" Niel muak melihat wajah kemenangan Dean.

"Kita? Hanya tiga orang yang akan berangkat bersama. Lo terserah mau berangkat kapanpun." Gea menjawab kemudian terkekeh menatap hpnya, chat dari Stev.

Gea tidak menyadari raut iri dari dua pria di hadapannya. Mereka berdua saling melirik dan seolah menemukan satu nama yang sama. Stevy.

Sepertinya kedua pria itu sepakat bahwa saingan terberat bukan orang yang sedang ada di hadapan mereka, tapi orang yang sedang membuat senyum muncul dengan mudah di wajah Gea. Gadis tidak peka yang membuat mereka seperti orang bodoh.

Separuh Matahari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang