Who is he?

842 34 0
                                    

"Bangun Ge."

"Heumm...." Gea hanya menggumam sambil berubah posisi memunggungi orang yang membangunkannya.

"Gue cium lo kalo nggak bangun." Suara itu terdengar datar.

"Hmmm...." Gea masih kekeuh tidur.

"Ok." Sosok itu nunduk deketin kepalanya ke Gea.

Cup

"Udah sana pergi, lo udah dapet ciuman pagi kan? Gue masih ngantuk." Gea menarik guling ke dekapannya.

"Tapi gue maunya di bibir." Sosok itu cengar-cengir.

"Mati aja lo!" Gea ngelempar gulingnya ke orang yang dari tadi gangguin tidurnya. Sayang pelakunya udah keburu kabur dari kamarnya.

Dengan malas akhirnya Gea bangun, duduk di kasur sambil ngumpulin nyawa. Tangannya ngegrepe-grepe nakas sebelah kanan buat ngambil hape. Dia senyum sekilas waktu liat ada notif whatsapp dari Stev di hapenya.

"Ge, maaf ya."
"Ge, jangan marah dong."
"Ge....kamu marah beneran ya?"
"Ge.....π_π."

Gea langsung berubah senyum kecut pas inget kejadian kemarin. Stev jelas-jelas lebih milih Niel daripada dia. Karena tidak mau lebih kesal lagi segera dilemparnya begitu saja hape ke atas kasur dan berjalan ke kamar mandi.

Jangan harap yang kalian lihat seorang gadis dengan piyama bergambar boneka. Gea hanya memakai kaos oblong yang panjangnya sampai pertengahan paha dan celana pendek yang sempurna tertutupi kaos kebesarannya itu. She is such a sexy and naughty girl.

Selesai mandi Gea langsung turun ke ruang makan, perutnya keroncongan karena melewatkan makan malam. Jangan pikir dia benar-benar tidur dari sore sampai pagi ini, dia sibuk 'lembur' surfing sampai jam 2.

"Hai princess."

"Ngapain lo disini pagi-pagi?" Gea menarik kursi di seberang orang yang bicara padanya. Matanya melirik bekas cangkir teh di meja ujung.

"Mom lo udah pergi tadi." Sahut seseorang yang melanjutkan acara minum kopinya.

"Lo udah jatuh miskin sampe ngopi aja musti numpang di rumah gue?" Gea mengambil selembar roti dan menggigitnya begitu saja.

"Yang gue cari bukan kopinya, tapi kesempatan buat minum kopi ditemani 'princess' dipagi hari." Sosok itu cengar-cengir liat tampang asem Gea.

"Please, don't make me throw up my breakfast in here." Gea memutar matanya jengah.

"You're always lovely my princess." Lawan bicara Gea hanya mengulum senyum.

"Sialan. Mau ikut ke kampus gue?" Gea meminum tehnya.

"Of course."

"Nggak usah sok Inggris, gue pulangin tau rasa lo." Gea menyambar tasnya dan berjalan cepat keluar rumah.

Sampai di depan pintu Gea celingukan, mana mobilnya yang biasa sudah terparkir di depan pintu? Sosok yang baru keluar dari dalam rumah hanya melewatinya santai, menekan tombol pada kunci mobil yang digenggamnya. Sebuah audy V8 berwarna baby blue dengan garis hitam disepanjang body mobil.

"Naik." Perintah pemilik audy itu pada Gea dengan diikuti isyarat kepala.

"Gue mau naik mobil gue sendiri." Gea berjalan menuju garasi.

"Ban mobil lo udah gue kempesin semua. Naik." Nada datar dan perintah terdengar dari suara itu.

"Damn. I'm not a baby anymore." Gea berjalan menghentakkan kaki lalu menyentak kasar pintu mobil yang akan dinaikinya.

"You're still cute no matter what happen princess." Mobil mulai berjalan.

"Shut your mouth up De."

Sepanjang perjalanan Gea masih tetap menekuk wajahnya. Ya ampun, beberapa hari belakangan banyak sekali yang membuatnya naik darah. Kehadiran orang yang sedang menyetir di sampingnya pasti akan menarik perhatian di kampus. Gea benci jadi pusat perhatian, dia punya banyak hal yang dibenci.

"Sampai."

"Nggak- " Belum selesai Gea bicara sosok itu sudah keluar mobil dan memutar untuk membukakan pintu untuknya.

"-usah turun." Gea hanya bisa menghela nafas, gagal nahan orang yang sekarang senyam senyum kayak orang gila.

Pasrah dihujani tatapan penasaran atau kelaparan dari mahasiswa atau mahasiswi di kampusnya. Sosok yang sekarang berjalan di sampingnya terlalu mencolok.

"Are you happy with this?" Gea berbisik sinis.

"Yes, absolutly yes." Lagi-lagi sosok itu tersenyum.

"Childish." Desis Gea sambil melirik sekitarnya tajam.

"I want the other know that you're mine, Gea Pradipta is Dean Saviro's."

"I'm not." Gea berjalan cepat menghiraukan sosok di belakangnya, Dean Saviro.

Separuh Matahari SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang