XIII

493 38 10
                                    












Haloo! Gimana kabar kalian??? Happy reading yhaa! ❤️❤️ Jangan lupa tap tap bintangnyaaa

Haloo! Gimana kabar kalian??? Happy reading yhaa! ❤️❤️ Jangan lupa tap tap bintangnyaaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Haruto duduk dengan kepala Jeongwoo yang bersender dibahunya, sejak tadi mereka hanya diam di rooftop setelah Haruto mengabarkan pada Yoshi kalau ia dan Jeongwoo sudah baik-baik saja.

Dari langit yang masih gelap sampai matahari yang sudah bersinar terang, Jeongwoo enggan untuk turun dan bertemu temannya berakhir ia hanya duduk bersandar pada tembok pembatas yang sempat ia naiki untuk mengakhiri hidupnya beberapa jam yang lalu.

Keduanya sama sama diam dengan ribuan pikiran yang memenuhi otak mereka, memikirkan beberapa hal yang mungkin terlalu berat untuk mereka.

"Kenapa lo balik kesini?" Jeongwoo yang pertama membuka suara, Haruto melirik melihat Jeongwoo yang masih bersandar dibahunya.

"Ada kerjaan disini."

Jeongwoo menghembuskan nafasnya dengan berat, ia mengangkat kepalanya untuk duduk dengan tegap. Haruto melirik ke arah Jeongwoo yang duduk disampingnya, Haruto baru menyadari tubuh Jeongwoo terlihat lebih besar dari sebelumnya saat mereka masih SMA. Lengan dan bahu yang kekar bukan tidak mungkin Jeongwoo menjadi orang kebanggaan di club yang Asahi bilang.

Merasa dirinya ditatap, Jeongwoo menoleh menatap Haruto. "Kenapa?" tanya Jeongwoo.

Haruto menggelengkan kepalanya, ia menunduk menghindari tatapan Jeongwoo yang sangat terlihat tidak baik baik saja. Semua hal yang ia ingat tentang Jeongwoo berbeda, senyum konyol Jeongwoo, lelucon bodoh, atau bahkan tingkah Jeongwoo yang selalu menghidupkan suasana disekitarnya.

"Mau turun gak? Kita harus makamin Ibu lo," ucap Haruto masih enggan menatap Jeongwoo.

"Gua gak sanggup liat mayat Ibu, ru." ucap Jeongwoo. "Obat itu, obat yang gua kasih ke ibu sebelum gua jalan sama Bang Jae." Jeongwoo menunduk, menarik nafas mencoba untuk melanjutkan kalimatnya.

Sebuah tangan yang lebih ramping menggenggam tangan Jeongwoo seolah memberi kekuatan untuk Jeongwoo mencurahkan hal hal yang terjadi padanya.

"Gua ga tau kalo sebelum itu ayah datang, dia nukar obat ibu, dia maksa ibu buat kasih semua sisa harta yang kita punya." Jeongwoo menggigit bibirnya.

Dengan tangannya yg lain, Haruto mengusap lengan Jeongwoo dengan lembut, "Jangan dilanjutin kalo lo belum siap."

Jeongwoo menggenggam tangan Haruto tanpa menatap Haruto karena ia malu dengan wajahnya sendiri sekarang. "Ayah selalu nganggep penyakit Ibu cuma nyusahin. Padahal gua yang cari uang buat ngobatin ibu, rumah yang Ibu beli sendiri pake uang tabungan juga dia ambil. Dia sengaja nukar obat ibu biar Ibu gua overdosis, ru. Dan begonya lagi gua yang ngasih obat itu buat Ibu."

SIDEs || JEONGHARU ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang