XX

349 28 5
                                    











Sebuah ruangan bernuansa hitam tanpa jendela satupun yang cukup pengap, ditambah keberadaan beberapa orang yang membuat Jeongwoo semakin muak untuk berada diruangan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.























Sebuah ruangan bernuansa hitam tanpa jendela satupun yang cukup pengap, ditambah keberadaan beberapa orang yang membuat Jeongwoo semakin muak untuk berada diruangan itu. Mereka tengah membicarakan tentang rencana mereka besok, rencana yang sudah mereka siapkan selama berbulan bulan lamanya.

Jeongwoo sebenarnya bukanlah orang ahli senjata atau berkelahi seperti orang orang suruhan lain yang ada diruangan ini. Kedekatannya dengan Haruto menjadi senjata yang dimanfaatkan dari Jeongwoo. Jeongwoo sangat sadar bahwa ia hanyalah sebagai tumbal, ia tidak mungkin bisa melawan Haruto seperti keinginan mereka yang ingin Jeongwoo membunuh Haruto, Ayah, atau Kakeknya. Jika Jeongwoo gagal, ia dan Ayahnya akan langsung terbunuh. Semua ini karena keserakahan Ayahnya yang selalu dibutakan oleh uang dan kekuasaan yang selalu diiming imingkan. Bahkan saat benda kematian itu melingkar ditangannya dan sang anak, Ayah Jeongwoo tetap saja tidak berubah.

Pertemuan memuakan itu akhirnya selesai, Jeongwoo lebih memilih menaiki taksi untuk pulang walaupun Soobin menawarkan ia untuk pulang bersamanya. Ia sampai dimansion keluarga Haruto sekitar pukul 8 malam. Jeongwoo diminta untuk memastikan formasi pengawal dan anak buah yang digunakan keluarga Haruto besok. Jadi, Jeongwoo berkeliling sebentar sebelum masuk ke kamarnya untuk memastikan keberadaan pemilik rumah. Namun tak seorang pun ada dimansion semegah ini, Jeongwoo berpikir mungkin mereka tengah bersiap untuk acara besok.

Jeongwoo melangkah ke kamarnya, ia membuka hpnya dan memasang headphone. Jari Jeongwoo bergerak ke aplikasi yang berisi beberapa rekaman suara. Jeongwoo memasang penyadap di kamar Haruto dan juga ruang kerja ayah Haruto untuk mencari tau segalanya. Dari rekaman yang Jeongwoo pilih, ia bisa memastikan kalau formasi pengawal yang akan ada besok masih sama dengan yang dilaporkan oleh anak buah orang orang yang menyuruhnya.

Setelah mengirimkan rekaman suara yang berisi rencana pengawalan. Jeongwoo memutuskan untuk tidur. Sebelum tidur ia sempat mengecek ponselnya kembali.

Karena Jeongwoo terlalu fokus dengan kegiatannya tadi, ia baru sadar kalau ada pesan yang masuk sejak tiga puluh  yang lalu.

Hanya beberapa pesan dari Haruto yang menanyakan keberadaannya dan meminta Jeongwoo untuk makan makanannya yang sudah disiapkan oleh pelayan dirumahnya untuk Jeongwoo.

Setelah membaca pesan itu, dadanya terasa sangat sesak. Jeongwoo menunduk, menyembunyikan wajahnya di antara lututnya dengan tangan yang meremas ponselnya sendiri.

Ia memejamkan matanya dengan sangat rapat, semua kenangan dan kebaikan Haruto yang diberikan kepadanya seakan memenuhi kepala Jeongwoo untuk membuatnya berhenti. Namun Jeongwoo tidak tau bagaimana harus menghentikan ini semua, ia sempat ingin meminta bantuan ayah Haruto saat ia keruangannya saat itu namun itu mungkin akan percuma.

"Hikss... maaf ru."

Jeongwoo menggigit bibirnya untuk menahan tangisnya namun itu justru semakin membuatnya ingin menangis dan berlari kepelukan sahabatnya. Jeongwoo meremas rambutnya sendiri dengan sangat keras untuk mengalihkan rasa sesak dan juga pusing dikepalanya.







SIDEs || JEONGHARU ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang