•
•
•London, G-ON Corporation.
Sebuah motor Ducati Diavel berwarna hitam baru saja memasuki halaman gedung suatu kantor perusahaan bernama G-ON Corp. Sang pemilik motor tersebut adalah seorang pemuda yang katanya merupakan CEO baru di kantor tersebut. Pemuda itu masih sangat muda, tapi kemampuannya dalam memimpin perusahaan jangan diragukan lagi.
Ya, dia adalah Afferozan Galarzo.
Fero baru saja sampai di London kemarin pagi, dan hari ini pemuda itu memutuskan untuk langsung pergi ke kantor guna mengurus beberapa hal. Dengan pakaian kasualnya, Fero dengan percaya dirinya memasuki gedung berlantai delapan itu seorang diri. Sesekali pemuda itu juga menjawab sapaan dari beberapa karyawan yang menyapanya. Fero dari dulu memang dikenal sangat ramah.
"Wah, aku tidak menyangka kalau Tuan Muda Fero sudah tumbuh menjadi sosok yang setampan ini."
"Kau benar! Aku ingat sekali dulu Tuan Besar membawanya kemari saat dia masih seorang bocah ingusan, haha."
"Sstt! Pelankan suaramu. Lagipula, sudah pasti dia tumbuh besar dan tampan sekarang. Secara bertahun-tahun sudah berlalu sejak Tuan Besar membawanya kemari, 'kan?."
"Ah, kau benar juga. Katanya dia akan mengurus perusahaan ini selama beberapa bulan ke depan."
"Dari kabar yang kudengar sih begitu."
Fero berdecak. Belum apa-apa, ia sudah jadi bahan perbincangan di kantor. Rumor tentangnya cepat sekali menyebar. Akan tetapi, apa yang mereka bilang ada benarnya juga. Sudah bertahun-tahun berlalu sejak ia menginjakkan kaki di bangunan ini. Dulu sang papa membawanya kemari untuk memperkenalkan dunia bisnis dana segala tetek-bengeknya itu. Kini ia kembali menginjakkan kaki di sini karena tanggung jawab yang diberikan padanya.
Dengan langkah tegap dan pasti, Fero meneruskan langkahnya menuju lantai teratas gedung. Ruangannya berada di lantai teratas memang, dan ia sudah mengklaim tempat itu sebagai wilayahnya. Siapapun yang berkunjung harus menghadap resepsionis dan sekretarisnya terlebih dahulu.
"Ohh iya ... sekretaris gue kayak gimana, ya? Awas aja kalo Papa pilih sekretaris yang nggak becus."
Fero mengangkat lengan kirinya dan memerhatikan jam tangan yang melingkar di sana. Masih pukul tujuh pagi, dan ia sudah merasa kelaparan.
"Mampir ke kantin dulu boleh kali ya?" Fero menimbang-nimbang sejenak, sebelum akhirnya berbelok dari tujuan awalnya. Ia ingin mengisi perut sejenak sebelum disibukkan dengan urusan kantor.
Kantin di kantor ini ada dua. Yang pertama di lantai satu, dan yang kedua di lantai empat. Sementara Fero memutuskan untuk pergi ke kantin lantai empat agar tidak terlalu jauh dari ruangannya. Hanya membutuhkan waktu 3 menit bagi Afferozan Galarzo untuk sampai di kantin. Ia tidak perlu bertanya ke sana-kemari soal letak kantin, karena ia masih hafal betul seluk-beluk kantor ini. Jangan ragukan kemampuan mengingat dan menghafal Fero. Karena ia adalah juaranya jika soal itu.
"Permisi, Pak Fero ya?"
Fero mengernyit dan memicingkan mata guna menatap laki-laki yang ia perkirakan seumuran dengannya itu. Rambut yang ditata menyamping menggunakan pomade, kacamata bening di pangkal hidung, dan berkas-berkas di tangan. Siapa orang cupu yang tampilannya macam sering jadi sasaran bullying ini?
"Ya, saya Fero. Ada apa?" Daripada dibuat penasaran, Fero lebih memilih untuk langsung meladeni laki-laki di depannya.
"Sa-saya adalah sekretaris Anda."
Hah? Yang benar saja?! Kenapa Papa memilihkan sekretaris yang ... argh, gue nggak bisa jelasin dengan kata-kata.
Fero spontan memijit pangkal hidungnya, ia benar-benar tidak habis pikir dengan sang papa. "Siapa namamu?"
"Lucius Levin."
Fero mengangguk. "Aku akan memanggilmu Levin. Peraturan pertama, gunakan bahasa informal denganku jika kita hanya berdua. Peraturan kedua, kau harus mengubah penampilanmu atau ... silakan cari pekerjaan lain." Fero langsung memotong perkataan Levin yang sepertinya hendak protes. "Aku tidak ingin orang-orang mengecapku memiliki sekretaris yang tidak bisa merawat diri dan berpenampilan menarik. Kau harus belajar soal fashion, Levin."
Levin yang tidak bisa membantah hanya menganggukkan kepalanya. Lebih baik ia menurut saja daripada dipecat. Sedikit info, Levin adalah sekretaris magang. Sementara sekretaris yang seharusnya menjadi partner Fero tiba-tiba saja mengundurkan diri dari kantor karena masalah kesehatan. Jadi ini adalah kesempatan baik buat Levin untuk menunjukkan kemampuannya.
"Kalau begitu, kau bisa kembali duluan ke ruanganmu. Aku masih ingin pergi ke kantin, perutku lapar."
Lagi-lagi, Lucius Levin hanya mengangguk mengerti. Pemuda berusia 19 tahun itu segera melanjutkan langkahnya ke lantai delapan. Sementara Fero menuju kantin, ada beberapa menu yang sudah ia pikirkan dan ingin ia pesan nanti. Ah, ia juga harus menghubungi Faro guna menanyakan kabar kekasih hatinya, Dyezra.
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFERO : The Secret of Galarzo ✔
Teen Fiction[𝐃𝐧𝐀 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟐] Genre : Teenfiction - Drama Tema : Slice of Life, Family, and Friendship ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅...