•
•
•"Aw! Pelan-pelan, Fer."
Aretta meringis kesakitan sepanjang Faro mengobati luka-luka di lengan dan lututnya. Luka itu ia dapatkan ketika dibully oleh cewek-cewek yang sering ia bully dulu. Akan tetapi ia rasa, pemuda di depannya ini salah paham dan menganggap ini adalah luka akibat kejadian di lapangan tadi.
Senyum miring seketika terbit di bibir Aretta tanpa Faro sadari.
"Gue nggak habis pikir, sumpah. Kenapa Dyezra bisa sejahat itu ya sama gue?" lirih Aretta dengan raut wajah menahan tangis. "Padahal gue cuma bicara soal fakta. Karena kuasa orang tuanya, perusahaan keluarga gue jadi bangkrut, dan gue jadi sering dibully sama anak-anak yang lain. Bahkan sahabat-sahabat gue juga ninggalin gue sendiri karena sekarang gue udah jatuh miskin."
Faro masih saja diam dengan tangan yang terus telaten mengobati luka-luka Aretta. Pemuda itu mendengarkan, dengan jelas malah. Akan tetapi, Faro bingung harus memberikan respon seperti apa. Karena ia pun juga tidak tahu bagaimana awal permasalahannya. Ia menyelamatkan gadis ini atas dasar kemanusiaan, tidak lebih. Apalagi kejadian di lapangan tadi sangat tidak adil menurutnya. Satu lawan dua puluh? Cih! Yang benar saja.
"Selesai." Faro berdiri dan hendak pergi keluar UKS.
Namun Aretta dengan cepat mencegahnya dengan menahan pergelangan tangan pemuda itu. "Lo nggak percaya sama perkataan gue?"
Faro terdiam dan lantas mengangkat kedua bahunya kemudian. "Entahlah. Gue buru-buru, jadi udahan ya. Mending lo juga balik ke kelas lo."
Setelah itu, Faro benar-benar pergi meninggalkan Aretta sendirian di UKS.
Sementara Aretta, gadis itu tengah mengepalkan kedua tangannya dengan ekspresi wajah menahan kesal.
"Ck, sial! Gue kira, gue udah berhasil ngehasut Fero."
𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓
Di sisi lain ...
"Fero bangsat! Bisa-bisanya dia ngebela Aretta di depan semua orang!"
... Viona dengan amarah yang masih menggebu-gebu itu tengah mengumpati sosok Faro yang telah membela Aretta di lapangan tadi.
"Sumpah ya, Dyezra. Kalo sekali lagi gue ketemu sama dia, gue hajar tuh cowok lo!" kata Viona penuh dendam.
Dyezra yang melihat sahabatnya dipenuhi amarah, jadi menghela napas dengan wajah muram. Ia tidak ingin percaya, tapi ia melihat sendiri kalau pacarnya tadi membela Aretta. Sungguh, ia merasa kalau ia tidak mengenal sosok Fero yang tadi. Karena Fero tidak mungkin membela Aretta seperti itu. Jikalau pun tidak tahu tentang permasalahannya, Fero pasti akan menjadi penengah dan bertanya terlebih dahulu di mana titik masalahnya. Bukan membela salah satu pihak dan menghakimi pihak lainnya.
"Udahlah, Vio. Nggak guna juga lo ngomel-ngomel kek gitu. Si Fero lagi kerasukan setan!" sahut Mira yang jadi ikutan kesal. "Emang ya, tuh anak akhir-akhir ini jadi aneh banget. Habis kerasukan jin ifrit kali, tuh! Makanya tingkahnya jadi aneh begitu."
Nindi yang tidak tahu harus berkomentar seperti apa, hanya mencoba menenangkan Dyezra yang masih tampak muram dengan menepuk-nepuk bahu saudara tirinya tersebut. Itupun setelah ia memberanikan diri untuk membantu menenangkan sang saudara tiri. Karena ia sangat tahu kalau Dyezra masih belum bisa menerima dirinya menjadi bagian dari Keluarga Wijaya seutuhnya. Akan tetapi ia bersyukur, karena kali ini Dyezra tampak tidak terlalu peduli dengan apa yang ia lakukan. Jadi ia bisa sedikit leluasa dalam bertindak.
Sementara Deon dan Fikri kini tengah memikirkan keanehan sikap Fero yang tadi sempat dijelaskan oleh Deon. Keenam sahabat itu memang tengah berkumpul di dalam ruang kelas XII MIPA-1 sekarang. Kelas Deon dan Fikri lebih tepatnya. Mengingat masih jam istirahat, dan kelas juga sedang kosong, jadi mereka bisa lebih leluasa untuk berdiskusi.
"Boleh gue utarain pendapat gue?" Deon mengangkat tangannya sembari menatap satu per satu netra sahabatnya, meminta persetujuan untuk berpendapat.
"Silakan, Yon." Dyezra yang sedari tadi bungkam, akhirnya membuka suara dan mempersilakan Deon untuk berpendapat.
"Thanks, Ra." Deon melempar senyum pada Dyezra sebelum melanjutkan perkataannya. "Gue udah ngungkapin pendapat gue tadi sama Fikri, Mira, dan Nindi. Jadi bakal gue ulangi secara singkat dan jelas."
Dyezra dan Viona yang memang tidak tahu apa-apa, menunjukkan ekspresi bingung dan penasarannya. "Soal apa emang?" tanya Viona.
"Soal sikap Fero di lapangan tadi," sahut Fikri cepat. "Menurut Deon, ada yang janggal. Karena di situ Fero kayak nggak kenal sama Aretta."
Kening Dyezra mengerut dalam. Dengan telunjuk di dagu, dan tangan yang bersedekap. Gadis itu tengah dalam mode berpikirnya sekarang. "Kalo gue inget-inget lagi, keknya emang aneh sih. Lo ada benernya juga, Yon. Sikap Fero tadi seolah-olah dia nggak tau kalo cewek yang dia belain itu Aretta."
"Tapi mana mungkin, lah! Udah jelas-jelas dia belain Aretta tadi karena kitanya dikira main keroyokan! Padahal kan tuh Nenek Sihir duluan yang mulai!" seru Viona.
"Ck! Bisa nggak lo turunin dulu emosi lo? Gue tau lo emosi, lo marah sama Fero. Gue juga marah dan kecewa sama dia. Cuma di sini ada yang aneh, dan Deon sadar akan hal itu. Kita dengerin dulu pendapatnya si Deon." Dyezra menegur sikap Viona yang ia rasa sedikit berlebihan. Ia tahu sahabatnya itu marah, ia pun juga marah. Namun lebih baik jika menyelesaikannya dengan kepala dingin bukan?
"Lo tuh ya, Ra. Gue cuma-"
"Diem dulu, Vio." Dyezra memberikan tatapan tajam dan ultimatumnya yang berhasil membuat Viona bungkam.
"Ck! Terserah!"
"Lanjutin, Yon!" titah Dyezra kemudian tanpa memedulikan Viona yang kini tengah dalam mode ngambeknya.
Deon mengangguk dan kembali melanjutkan penjelasannya. "Seperti apa yang gue bilang tadi, Ra. Gue rasa ada hal yang aneh di sini. Karena gue yakin banget, Fero tadi seolah nggak kenal sama orang yang ditolongnya, yaitu si Aretta."
"Jadi? Kita harus gimana sekarang? Mastiin teori Deon terbukti bener atau enggak?" tanya Mira.
"Boleh." Dyezra berdiri dari duduknya dan berjalan sedikit lebih dekat ke arah teman-temannya berada. "Kita memang harus mastiin itu. Kita harus tau apa yang sebenarnya terjadi sama Fero."
Keputusan final Dyezra itu akhirnya disetujui oleh mereka. Fero juga bagian dari persahabatan mereka. Maka jika ada hal yang terjadi pada pemuda itu, mereka wajib menolongnya. Bukankah persahabatan akan terasa indah jika saling tolong-menolong?
•
•
•Para sahabat sudah mulai curiga, nih! Kira-kira apa yang akan mereka lakukan setelah ini, ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFERO : The Secret of Galarzo ✔
Teen Fiction[𝐃𝐧𝐀 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟐] Genre : Teenfiction - Drama Tema : Slice of Life, Family, and Friendship ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅...