AFFERO 48 - The Frustrating Side of the MC

9 1 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Viona dibuat panik dan kebingungan saat Dyezra sampai di kelas mereka dalam keadaan menangis. Padahal gadis itu tadi izin pergi untuk mencari Fero atas perintah Bu Retno. Akan tetapi, apa yang sebenarnya terjadi?

"Heh! Lo kenapa, Ra?!"

"Datang-datang kok nangis, sih?!"

Dyezra menggeleng. Gadis itu masih sesenggukan dengan air mata yang terus saja mengalir dari kedua netra kecoklatannya. Bahkan kini Dyezra sudah menyembunyikan wajah kacaunya di balik lipatan tangan gadis itu di atas meja mereka berdua.

Eksistensi Dyezra yang tengah menangis juga menarik perhatian seisi kelas MIPA-3 yang dibuat khawatir dengan keadaan gadis itu. Beberapa teman perempuan juga turut mendekat dan bertanya pada Viona dengan kode mata mereka. Namun Viona yang juga tidak tahu penyebab di balik tangisan Dyezra ini jelas tak mampu menjawab. Ia hanya menggelengkan kepala sembari menepuk-nepuk punggung Dyezra.

Lima belas menit kemudian, isakan demi isakan yang tadinya keras, kini sudah memelan. Kelas mereka memang tidak ada guru. Karena sebagian besar para guru tengah rapat untuk menentukan tanggal ujian kelulusan mereka. Ya, ujian kelulusan mereka sudah dekat, dan saatnya untuk fokus pada ujian akhir supaya lulus dengan nilai memuaskan.

"Udah tenang?" Viona kembali bertanya saat sang sahabat sudah mendongakkan kepalanya dan menghapus jejak-jejak air mata yang tertinggal.

Dyezra mengangguk. Kedua mata gadis itu sembab, berikut juga dengan kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. "Gue belum bisa cerita sekarang, Vio. Gue masih menata hati gue."

Perkataan Dyezra membuat Viona mengernyit. Sebenarnya apa yang terjadi sehingga Dyezra sampai seperti ini? Ia tidak tahu, tapi ia sudah bisa menduga saat melihat sosok Fero berdiri di ambang pintu kelasnya dengan napas ngos-ngosan dan tatapan tertuju pada Dyezra.

"Dyezra!"

Panggilan itu membuat sang empunya nama menoleh. Melihat sosok Faro di sana, Dyezra malah membuang muka. Ia menatap Viona dengan tatapan memohon. Ia tidak ingin bertemu pemuda itu. Viona yang mengerti akan kode mata dari sahabatnya itu lantas mengangguk. Berdiri dari duduknya dan menarik Fero aka Faro untuk menjauh dari pintu kelas.

"Ck! Kenapa gue ditarik sih, Vio? Gue mau ketemu Dyezra. Ada sesuatu yang harus kita bicarain."

"Nanti."

Faro mengangkat sebelah alisnya. "Apa?"

"Gue bilang nanti. Lo nggak lihat sekacau apa Dyezra sekarang?" Viona berkata dengan ekspresi datarnya. "Gue nggak tau apa yang terjadi sama lo berdua, tapi lo berurusan sama gue kalo sampe lo nyakitin Dyezra, Fer."

Mendengar panggilan 'Fer' yang diucapkan oleh Viona, membuat Faro jadi paham kalau Dyezra masih tutup mulut soal identitasnya. Ia tahu kalau Dyezra bukanlah tipe cewek cepu ataupun pengadu. Jadi ia bisa sedikit tenang sekarang. Lagipula, ini masalah mereka bertiga, 'kan? Antara ia, Dyezra, dan Fero. Orang lain tidak perlu tahu dan ikut campur, bukan?

"Oke, gue ngalah. Bilang sama Dyezra buat tungguin gue di parkiran sekolah pas pulang nanti."

"Mau ngapain?" tanya Viona sinis.

Faro menghela napas lelah. "Gue perlu bicara empat mata sama dia, Vio. Please, jangan halangi gue."

"Awas aja kalo sampe lo sakitin dia. Habis lo sama gue." Viona berkata dengan penuh ancaman sebelum melengos pergi kembali ke dalam kelas. Meninggalkan Faro dengan segala rasa bersalah dalam dirinya.

Pemuda bernama lengkap Affarozan Galarzo itupun akhirnya beranjak pergi menuju kelasnya sendiri.

𓈓 𓈓 ◌ 𓈓 𓈓

Sementara di posisi Fero. Pemuda yang memiliki fisik begitu mirip dengan Faro itu tengah mendinginkan kepalanya di bawah guyuran air shower. Sudah hampir lima belas menit Fero berdiri di sana dengan bertelanjang dada dan hanya memakai boxer semata. Pikiran pemuda itu kacau. Dadanya juga terasa panas dan sesak saat memikirkan tentang hubungannya dan Dyezra yang diputuskan secara sepihak oleh gadis itu.

Kali ini Fero tengah berpikir. Ia jelas tidak akan membiarkan hubungannya berakhir begitu saja. Hei! Ia sangat mencintai Dyezra. Ia tidak ingin kehilangan gadis yang sudah ia sukai sejak kelas sepuluh.

Mungkin kalian merasa kalau ia terlalu lebay, tapi pengaruh seorang Dyezra Wijaya Alengka untuknya memang begitu besar. Dyezra tidak hanya sekadar kekasih, tapi juga sahabat, cinta, dan rumahnya. Ia tidak bisa membiarkan hubungannya dengan gadis itu berakhir seperti ini.

"Ck! Bangsat!" Fero memukul dinding kamar mandi di depannya dengan kuat. "Apa yang harus gue lakuin?" gumam Fero dengan suara lirih.

Pemuda tampan itu mematikan kran shower-nya. Tampak tetes-tetes air jatuh dari rambut dan pakaiannya yang basah. Fero meraih handuk yang tersampir di pintu kamar mandi dan lekas memakainya untuk mengeringkan badan. Ia butuh sesuatu yang bisa menghangatkan tubuh dan pikirannya.

"Bikin kopi aja kali, ya? Lumayan buat temen kerja."

Netra kelam Fero melirik ke arah tumpukan berkas kantor yang harus ia periksa di meja ruang tamu apartemennya. Secangkir kopi hitam dengan roti tawar isian selai cokelat sepertinya tidak terlalu buruk. Ia membutuhkan sedikit asupan untuk membantunya fokus. Masalah dengan Dyezra tadi sudah banyak menyita tenaganya.

Untuk sekarang, ia harus mengesampingkan masalah itu dulu dan segera menyelesaikan pekerjaan kantor yang memang sengaja ia bawa pulang kemarin. Sedari bangun tidur tadi pagi, perasaannya sudah memburuk. Ia bahkan melewatkan jam sarapan, dan berakhir izin tidak datang ke kantor.

Semua tugas di kantor sudah ia serahkan ke Lucius Levin selaku sekretarisnya. Sementara ia sendiri memilih untuk bekerja di rumah hari ini, dan kejadian saat video call bersama Faro tadi benar-benar di luar ekspektasinya. Ia tidak menduga kalau Dyezra akan mendengar percakapan mereka.

Mengingat itu semua membuat kepalanya jadi tambah pusing. Tiap langkah kaki yang membawa tubuh basah Fero ke arah lemari pakaian terasa berat. Meskipun sudah beberapa kali mencoba, tapi ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang wajah kecewa gadisnya.

Bagaimana netra kecoklatan itu berkaca-kaca dan kelopaknya berhasil menjatuhkan air mata. Dengan bibir gemetar dan napas memburu, Dyezra mengakhiri hubungan mereka begitu saja. Gadis itu bahkan tidak mau mendengar penjelasannya dan Faro.

"Maafin gue, Ra. Lo tenang aja, gue bakal jelasin semuanya dan memperbaiki hubungan kita."

"Gue sayang sama lo, Dyezra."

"Dan gue nggak mau hubungan kita berakhir seperti ini."



Hayolohh, Fero~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hayolohh, Fero~

Apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Fer?

AFFERO : The Secret of Galarzo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang