•
•
•Pagi ini, Dyezra terlihat ceria dengan setelan kasualnya. Bagaimana tidak? Ia baru saja mendapat ajakan kencan dari sang kekasih tercinta. Kebetulan ini hari Minggu, jadi sekolah juga libur. Sudah sejak setengah jam yang lalu ia berkutat dengan penampilannya di depan cermin. Gadis yang tengah kasmaran itu berusaha tampil secantik mungkin di depan kekasihnya nanti. Meskipun Dyezra masih tidak tahu Fero akan mengajaknya ke mana.
Pemuda itu juga menghubungi Dyezra secara mendadak sekali tadi pagi. Ia yang masih asik bergelung dengan selimut, langsung terbangun begitu mendapat notifikasi ajakan kencan dari Fero, dan pemuda itu akan menjemputnya sepuluh menit lagi.
"Okey, gue siap."
Setelah memastikan penampilannya sekali lagi di depan cermin, Dyezra pun bergegas meraih tas selempangnya dan memasukkan barang yang ia butuhkan saja ke dalam tas tersebut. Seperti ponsel, dompet, kartu identitas, tisu, juga minyak kayu putih serta obat-obatan pribadi yang selalu ia bawa ke mana-mana. Akhir-akhir ini cuaca sedang tidak bersahabat, jadi ia harus berjaga-jaga dan selalu siap sedia obat di dalam tas.
Ceklek!
Begitu membuka pintu dan keluar dari kamar, Dyezra bisa mencium aroma harum masakan dari arah dapur. Jika masih sepagi ini, biasanya ada Tante Mala dan Nindi yang tengah memasak memang, dan ia tidak ingin mereka menyadari kalau ia akan pergi keluar sepagi ini. Jadi Dyezra memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan keluar lewat jendela.
Kamar Dyezra memang terletak di lantai dua, tapi di luar ada tangga yang menghubungkan lantai atas dan lantai bawah. Biasanya tangga tersebut digunakan untuk membersihkan genteng atau memperbaiki antena televisi jika bermasalah. Kebetulannya juga, tangga itu biasa disimpan di dekat balkon jendela kamar Dyezra yang memudahkan gadis berusia 18 tahun itu bebas keluar-masuk kamar lewat jendela balkon.
Dengan catatan, jika malas keluar lewat pintu depan.
Tentu saja tidak ada yang mengetahui tingkah absurdnya ini selain dirinya sendiri. Dyezra tentunya tidak ingin orang rumah sampai mengetahui kalau ia sering keluar diam-diam seperti ini. Lagipula, ia pasti akan mengabari Diorza dan sang papa kalau memang ia akan pulang terlambat seperti biasanya.
Hup!
Telapak kaki Dyezra mendarat mulus di atas tanah setelah turun dari anak tangga terakhir. Dengan netra yang melirik ke kanan dan ke kiri, Dyezra mencoba memastikan kalau tidak ada yang melihat kegiatannya barusan. Bisa gawat kalau sampai Tante Mala atau Nindi memergokinya keluar rumah dengan cara mengendap-endap seperti maling begini.
"Fyuh! Kayaknya aman. Fero udah jemput gue belum, ya?" ucap Dyezra yang kini sudah berjalan ke arah halaman depan rumahnya untuk menunggu Fero.
Jam masih menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi Dyezra sudah rapi dengan sweater putih dan celana jeans abu-abunya. Sepatu kets hitam dengan bandana putih polos sebagai hiasan rambut juga berhasil menambah kesan dewasa dan imut bagi Dyezra. Tak lupa senyuman ceria yang terus saja terukir di bibir gadis manis tersebut.
Lalu kedatangan seseorang dengan motor sport berwarna hitam di depan gerbang rumahnya membuat senyuman Dyezra kian mengembang.
Itu dia!
Afferozan Galarzo–ups!
Bukan Afferozan Galarzo, tapi Affarozan Galarzo.
Gerakan melepas helm yang keren, rambut berantakan yang disisir dengan jari secara spontan, dan senyuman tipis dari sosok yang menyuguhkan pemandangan indah tanpa sadar itu berhasil membuat Dyezra tak bisa berpaling dan berkedip. Harus ia akui, pemuda yang berstatus sebagai pacarnya ini memang tampan!
"Hai! Sudah siap?" tanya Faro pada gadis di depannya. Faro sendiri juga mengakui, kalau Dyezra yang ia lihat biasanya memakai seragam sekolah, kini terlihat berbeda jika memakai pakaian santainya.
"Iya, udah siap kok. By the way, kita mau ke mana?" Dyezra bertanya karena ia sangat penasaran. Tidak biasanya Fero mengajaknya berkencan pagi-pagi seperti ini. Karena ia tahu, sang kekasih sangat sulit jika disuruh bangun pagi.
"Ada suatu tempat. Nanti lo juga bakalan tau," jawab Faro sembari mengisyaratkan Dyezra agar segera naik ke atas boncengan motornya.
Dyezra spontan cemberut, tapi hanya sebentar karena ia tidak ingin memulai pertengkaran dan menjadikan kencan paginya berantakan. Suasana hatinya sedang bagus hari ini, dan semoga tetap bertahan sampai acara kencannya selesai.
Yahh ... setidaknya itulah yang dipikirkan oleh Dyezra sekarang.
Pergi kencan, bersenang-senang, dan pulang dengan bahagia.
"Ya-ya, gue ngikut aja dah."
Faro terkekeh sebelum kembali memakai helmnya dan memberikan helm khusus untuk Dyezra yang memang sengaja dibawanya untuk dipakai oleh gadis itu. "Sorry sebelumnya karena ngajak lo keluar pagi-pagi gini," ujar Faro kemudian.
Dyezra menggeleng dengan cepat. "Nggak masalah, elah. Kayak sama siapa aja lo!" Dyezra mendaratkan pukulan kecil pada bahu Faro dan tertawa. "Lagian ya, gue justru malah heran. Lo kan biasanya masih ngebo jam segini, Fer. Bisa-bisanya malah ngajak gue kencan pagi-pagi."
Faro tersenyum tipis di balik helm full facenya. "Lagi gabut aja gue di rumah. Lagipula, ada tempat yang pengen gue tunjukin ke lo." Usai mengatakan kalimat tersebut, Faro segera saja menyalakan motornya dan tancap gas meninggalkan area rumah Keluarga Wijaya.
Brum! Brum! Brum!
Sementara Dyezra? Jangan ditanya. Gadis itu tengah mencoba menahan diri supaya tidak berteriak kegirangan karena saking senangnya terhadap perlakuan si bungsu Galarzo padanya.
Yahh, tentu saja Dyezra tidak tahu bahwa yang mengajaknya berkencan pagi ini adalah Faro, saudara kembar sang kekasih. Bukan Fero yang kini keberadaannya saja jauh di Kota London.
Wajah kedua saudara kembar itu memang sangat mirip! Sampai-sampai, Dyezra saja bisa terkecoh dan berhasil masuk dalam permainan keduanya.
Gadis yang malang ...
•
•
•Asli, Dyezra kalau tahu pasti bakalan kecewa banget sih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFERO : The Secret of Galarzo ✔
Teen Fiction[𝐃𝐧𝐀 𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 #𝟎𝟐] Genre : Teenfiction - Drama Tema : Slice of Life, Family, and Friendship ⚠ [𝗖𝗢𝗠𝗣𝗟𝗘𝗧𝗘𝗗] ⚠ Follow dulu dong! Hargai penulis dengan memberikan vote dan komentarmu. Selamat membaca❤ ˚☂︎࣪⋅ 。\ | /。˚☂︎࣪ 。\ | / 。˚☂︎࣪࣪⋅...