- 06

52 37 0
                                    

"Makanya ini saya bilang, kelas ini sudah benar benar keterlaluan!" ucap pak Andi, dengan nada yang sedikit tinggi.

Di dalam kelas itu, tak ada lagi yang berani bersuara, begitu juga dengan pak Dika, yang terlihat ikut terdiam.

Suasana kelas terlihat sangat tegang, tapi para murid tau, bahwa ini adalah rencana mereka, untuk memberikan surprise kepada wali kelas mereka yang sedang berulang tahun.

Pak Andi kemudian menunjuk ke arah murid yang duduk di kursi paling belakang.

"Kamu!"

Murid yang ditunjuk itu reflek menunduk takut.

"Ambil, sesuatu yang kamu sembunyikan di laci tadi, saat pelajaran saya"  ucap pak Andi memberikan kode kepada murid itu.

Murid tersebut kemudian menunduk dan mengambil sesuatu dari lacinya.

"HAPPY BIRTHDAY PAK DIKA!!" teriak mereka serempak saat kue itu di angkat keluar dari laci.

Suasana yang tegang kini berubah menjadi suasana yang begitu hangat, dan penuh tepuk tangan meriah.

Pak Dika pun yang tadinya sempat juga ingin terpaut emosi, kini mereda. Pak Andi pun kian ikut tersenyum ketika melihat ke kompakan kelas itu.

Mengerti bahwa ini adalah sebuah 'moment' bagi kelas mereka, pak Andi pun pamit keluar dari kelas itu, agar bisa membiarkan mereka merayakan hal ini dengan sebebas mungkin.

Pamitan pak Andi di iringi dengan senyuman hangat dan ucapan terimakasih oleh murid murid di kelas itu, atas partisipasi pak Andi dalam rencana besar ini.

Setelah pintu ditutup dari luar oleh pak Andi. Barulah kini pak Dika angkat bicara.

"Terimakasih anak anak, atas kejutannya, saya benar benar tidak menyangka bahwa kalian tahu dan ingat ulang tahun saya, AHAHAHA" ucap pak Dika sembari tertawa dan tersenyum bahagia.

Hal itu kemudian dilanjutkan dengan acara pemotongan kue, dan juga doa bersama.

Pak Dika kemudian menyuruh murid-muridnya untuk duduk membuat lingkaran saja, agar lebih mudah untuk membagikan kue.

"Gini aja, kita buat lingkaran, nanti kuenya di putar sesuai poros lingkaran" ucap pak Dika yang langsung disetujui semua murid yang ada disana.

Kelas itu kini menghadirkan suasana yang begitu hangat, terbentuk lingkaran dimana para murid duduk. 

Ketua kelas yang pada akhirnya bertugas untuk memotong kue, menjadi bagian bagian kecil, agar semuanya mendapatkan jatah mereka masing masing.

Piring berisi potongan kue itu, kemudian diputar mengikuti lingkaran.

Mulai dari murid yang satu ke murid yang lain, semuanya kompak menggeser piring ke arah samping setelah mereka mengambil potongan kue mereka masing-masing.

Nampak di kelas itu, semua murid mulai memakan potongan kue mereka sembari bercanda ria.

"Eh iya pak, kemarin saat saya izin ke luar kota, saya ada bawa oleh-oleh, berupa gantungan kunci, jadi saya rasa biar bapak saja yang bagikan ke teman teman secara satu persatu" ujar ketua kelas yang mengalihkan atensi semuanya di dalam acara makan makan itu.

Pak Dika selaku wali kelas, menyetujui hal tersebut, kemudian mengambil kotak yang berisi gantungan kunci dari Gatan, sang ketua kelas.

"Kalian tetap di tempat kalian yang seperti lingkaran ini, biar saya saja yang keliling memutar, nanti kalian langsung ambil, satu orang, satu ya, gantungan kuncinya"

Ujar pak Dika, memulai dari anak yang ada di awal lingkaran. Hingga memutar ke arah kiri. Terlihat, satu persatu murid mulai mengambil gantungan kunci itu, sesuai pilihan mereka.

Hingga akhirnya kotak itu sampai juga di hadapan Karin, yang sedang duduk, tepatnya di samping Nala sekarang.

"Nih Kar, sok ambil" ujar pak Dika pada Karin yang sibuk memilih.

"Cepetan Kar, lama amat, ga ada yang dari terbuat berlian juga" lanjut pak Dika sedikit kesal karna Karin begitu lama memilih, sudah seperti emak emak yang berbelanja di pasar, sehingga memperhatikan dan mempertimbangkan setiap hal hal detail dari suatu barang.

Sementara' Karin hanya tercengir sembari mengambil salah satu gantungan kunci yang ada pada kotak.

Ya, akhirnya gadis itu memantapkan pilihannya.

Kini kotak itu beralih pada Nala.

Sontak, saat Nala langsung ingin mengambil salah satu gantungan kunci tanpa harus memilih, toh semuanya sama aja kan?

Namun, saat Nala baru ingin mengarahkan tangan ke dalam kotak yang kini sedang di pegang pak Dika, tiba tiba saja pak Dika mengatakan sesuatu yang membuat Nala menghentikan tangannya sementara' untuk mendengarkan perkataan pak Dika.

"Nah ini Na, sok di ambil, buat yang pacarnya anak kuliahan" ujar pak Dika sembari tertawa.

Melihat hal itu, Karin yang tadinya diam, kini ikut tertawa.

Sungguh, nampaknya keputusan Nala salah, tentang bertanya pada pak Dika perihal nama guru PPL itu.

Bak mengutuk diri sendiri, Nala hanya bisa melotot dan mengisyaratkan dengan jari telunjuknya, agar Karin dan pak Dika berhenti membahas hal tersebut, sebelum murid murid yang lain memperhatikan hal ini.

Tak butuh waktu lama, Karin dan pak Dika sudah bisa mengkondisikan tingkah mereka masing masing.

Setelah terlihat bahwa keadaan baik baik saja, barulah Nala mengambil salah satu gantungan kunci yang ada pada kotak itu.

Kini pak Dika lanjut membawa kotak tersebut, ke arah murid lain yang ada di samping Nala.

Syukurlah, tidak ada yang menyadari percakapan tadi. Karna kondisi kelas yang cukup mendukung.

Para murid sibuk dengan percakapan mereka masing masing, sehingga seharusnya tidak ada yang memperhatikan apa yang dikatakan pak Dika tadi, ya Nala harap begitu.

Nala berusaha untuk bersikap seolah tidak terjadi apapun, karna jika hal itu sampai terdengar murid murid yang lain, maka akan terbitlah rumor baru, yang mungkin Nala sendiri akan sulit untuk mengatasi rumor itu, karna dia sendiri tidak begitu serius menanyakan hal tersebut.

Dengan ekspresi tenang, Nala kemudian mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas, melihat kondisi kelasnya saat ini yang terlihat sudah seperti keluarga sendiri.

Pada saat itu juga, pandangan mata Nala bertabrakan dengan seseorang yang juga sedang memandang Nala.

Ica !

Bestie Karin satu itu, ternyata sudah sedari tadi memandang Nala.

Namun Nala mengalihkan pandangannya lebih dulu, agar tidak eyecontact lebih lama dengan gadis itu.

Sontak hal tersebut, kembali membuat Nala berfikir, mengapa Ica menatap Nala seperti itu?

Apakah Ica mendengar percakapan Nala tadi?

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang