"Na, ini lu seriusan ga kenapa napa kan?" tanya Karin pada teman sebangkunya itu, karna Nala sedari tadi tampak sangat diam, tidak seperti biasanya.
Bukannya menjawab, Nala malah memandang Karin dengan tatapan tajam.
"Serius Na, lu kek orang lagi kesurupan, tapi setannya anteng" ucap Karin lagi.
Belum sempat Nala menjawab, seseorang malah memanggil namanya, sehingga dia mengurungkan niatnya untuk menjawab pertanyaan Karin.
"Nalaa.." ujar Lisa, sang wakil ketua kelas.
Gadis itu nampak menghampiri Nala dengan membawa sebuah buku.
" Maaf nih ganggu waktunya, boleh tolong temenin aku ke ruang guru, boleh ga?, Soalnya aku mau ngumpulin catatan sejarah yang kemarin, tapi ga berani sendirian hehe" lanjut gadis itu dengan senyumannya.
"Yodah ayo" balas Nala sembari berdiri dari tempat duduknya. Dan pergi bersama Lisa ke luar kelas.
Karin yang melihat hal itu hanya bisa mengedikkan bahu "aneh lu Na, hari ini" ucapnya sambil menghabiskan rotinya yang tinggal sepotong itu.
Sementara Nala dan Lisa, kini sudah sampai di ruang guru.
Saat ini, Lisa sedang berbicara dengan guru yang mengampu mata pelajaran sejarah tersebut, dan menjelaskan mengapa gadis itu bisa telat mengumpulkan catatan.
Nala yang tugasnya menemani, hanya bisa diam dan menyimak percakapan itu.
Posisi Gadis itu kini berdiri tepat di sebelah Lisa, dengan pandangan yang mengarah kedepan, melihat dialog antara Lisa dan gurunya.
Dari sudut matanya, jelas terlihat, seseorang sedang memandangnya dari jauh, dari kursi paling belakang tepatnya.
Guru PPL itu !
Nala tau betul, bahwa dia tidak mungkin salah orang. Meski hanya mengandalkan sudut mata saja, tapi itu bisa terlihat sangat jelas dimata Nala.
Namun saat ini, Nala tetap memperlihatkan wajah tenangnya, seolah-olah dia tidak mengetahui hal itu.
✦ ✦ ✦
"Wehh Rin, lu harus tau apa yang gue alami di ruang guru"
Kata kata Nala itu spontan membuat Karin menghentikan aktivitasnya, seolah menyiapkan diri untuk mendengarkan setiap kata perkata yang akan keluar dari mulut temannya itu.
"Apa? Apa?" tanya Karin berulang, tak sabar mendengarkan kabar terbaru Nala.
"Lu tau kan, tadi gue nemenin Lisa ke ruang guru, waktu Lisa lagi sibuk ngobrol dengan bu Nike, gue kan diem tuh, nyimak mereka. Nah, guru PPL yang vibes nya mirip Adit itu, lagi ada di ruang guru. Dan dia ngeliat ke arah, gue sama Lisa. Gue tau dari sudut mata gue, Rin." jelas Nala menceritakan apa yang terjadi tadi.
Karin yang mendengar hal itu, terdiam dalih mencoba mencerna dulu cerita Nala.
"Jadi intinya, dia tadi nge notice lu sama Lisa di ruang guru?"
"Iya, tapi emang sih, tadi itu ga ada murid lain disana, jadi mungkin gue sama si Lisa keliatan agak mencolok" jawab Nala.
Mendengar hal itu, Karin kemudian mengangguk paham.
"Mungkin emang karna itu, Na. Lu sama Lisa disana, dengan seragam murid, ngebuat perhatian emang musat ke kalian. Karna ga ada murid lain di ruangan itu" balas Karin.
Kini Nala yang dibuat terdiam, mencerna semua hal yang dikatakan oleh Karin.
"Gue udah ngomong berulang kali Na, tapi kali ini bakal gue ulangi lagi. Bahwa ga semua hal itu harus lu pikirin, termasuk hal hal kecil yang kayak gitu. Hanya karena dia mirip Adit, kesannya dia jadi sedikit istimewa di mata lu, sampe buat lu kepikiran tentang hal hal yang ga penting tentang dia, Na"
"Ya gue tau sih, mungkin itu emang efek dari rasa penasaran lu ke dia, cuma buat apa lu peduli tentang hal hal kecil yang bersangkutan dengan dia Na?. Kita ga pernah tahu kenapa dia mandang ke arah kalian, ntah emang cuma kebetulan kan?. Gue harap lu ga naruh harapan lebih ke dia Na"
Jujur saja, kalimat kalimat itu kini menghantui pikiran Nala.
Apa mungkin gue emang ga sekedar penasaran? - ujar batinnya
✦ ✦ ✦
"AA???"
"GUS" sambung adik Nala yang paling bungsu.
Jawaban itu spontan membuat seisi rumah tertawa terbahak bahak, termasuk Nala yang tadinya sedang menonton televisi.
Ya bagaimana tidak?, disuruh menyambung nama buah, adiknya satu itu malah menyebutkan nama orang yang sangat legend di negeri ini.
Ada ada saja.
Nala pun, mengalihkan lagi pandangannya yang sempat terkecoh kan itu, ke arah televisi kembali.
Baru saja ingin fokus pada layar itu, namun tiba tiba saja, sinetron favoritnya di potong oleh iklan.
"Tai, baru mau nonton jancuk" umpat gadis itu yang tentunya hanya bisa didengar oleh dia sendiri.
Jengkel akan hal tersebut, Nala kemudian mencari ponselnya, dan memainkannya sembari menunggu acaranya kembali dalam beberapa saat lagi.
Kini gadis itu memilih rebahan di sofa sembari menatapi layar ponselnya.
Gadis itu nampak membuka salah satu aplikasi publik, dan mulai menggulir beranda nya.
Saat dia melakukan hal itu, tiba tiba saja satu hal membuat dia terhenti.
Saat melihat saran pertemanan, gadis itu menemukan akun kumpulan PPL yang sedang bertugas di SMA nya saat ini.
Ntah karna gabut atau penasaran, Nala pun akhirnya memutuskan untuk meng - stalking akun tersebut.
Nampak disana terlihat beberapa postingan, dan highlight yang sudah terpasang rapih.
"Walau baru baru dibuat, Akun ini lumayan sering update juga ternyata." gumam Nala sembari terus melihat lihat.
Jari Nala terus bergerak lincah mengeksekusi akun tersebut, hingga gadis itu mulai siapa siapa saja followers yang mengikuti akun ini.
Jujur saja, daftar semua akun itu terlihat asing bagi Nala.
Ya bagaimana tidak?, toh dia tidak kenal siapa saja pemilik akun itu. Dan juga, kelasnya belum kedapatan diajari oleh guru guru PPL ini, sehingga mungkin dia tidak mengenal satu persatu wajah dan nama guru PPL itu.
Gadis itu kemudian menemukan salah satu akun dengan foto profil laki laki yang menjadi followers akun PPL tersebut.
"Apa ini ya, akun guru yang vibes nya mirip Adit itu"
"Sumpah walau udah liat beberapa kali disekolah, kenapa gue jadi ga inget spesifik wajahnya ya? Apalagi ini foto profil nya pakek kacamata lagi"
"Aelah, mana akunnya privat, ini aplikasi ga mau buat fitur foto profil nya bisa di zoom gitu? , Kalo bulet kek gini doang mah ga jelas anjir, gimana gue bisa memastikan"
Gumam gumaman Nala terus terucap bertubi tubi, ntah apa yang sedang gadis itu pikirkan sekarang.
Hanya karena dia mirip Adit, kesannya dia jadi sedikit istimewa di mata lu, sampe buat lu kepikiran tentang hal hal yang ga penting tentang dia, Na.
Darimana asalnya, Nala juga tidak tahu, tiba tiba saja, kata kata Karin tadi siang, berputar kembali di benak Nala.
Hal itu lantas membuat Nala berfikir, bahwa apa yang dikatakan Karin tadi siang benar adanya. Gadis itu kemudian mematikan ponselnya, dan menjadi pusing sendiri.
Ya, Mengapa dia harus penasaran tentang hal hal kecil yang bersangkutan dengan laki laki itu?
Lagi pula, sejak kapan dia menjadi begitu istimewa bagi Nala?
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Teen FictionMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...