- 43

39 32 1
                                    

Selesai akan cobaan hari Jum'at dimana tragedi perihal barisan terjadi, sungguh Nala akan selalu mengingat hal itu, dan menaruh dendam tersendiri kepada beberapa siswa yang mengintruksikan perpindahan barisan tadi.

Kini sudah waktu pulang, dan Nala mampir di koperasi terlebih dahulu untuk membeli teh kotak rasa lemon, tentunya, seperti yang dikatakan oleh Ica tempo hari.

"Sejak kapan lu suka lemon, yang asem asem gituan?" tanya Karin yang sangat mengenal Nala, tak biasanya gadis itu membeli sesuatu yang bersifat asam, karna Nala menyukai semua hal yang manis.

Tapi Karin salah sangka, Nala tidak membeli untuk dirinya sendiri.

"Ini bukan buat gue Rin, ini buat Elzan, nanti bakal gue selipin di kadonya nanti" ucap Nala sembari mengambil teh kotak lemon itu yang kini sudah disodorkan oleh ibu koperasi.

Setelah mengambil teh kotak itu, Nala langsung memasukkannya ke dalam tas. Sementara Karin masih mencerna ucapan Nala.

"Gajadi lu ngasih susu kotak, diganti dengan teh kotak?" tanya Karin kepada Nala yang kini sedang menutup tas nya kembali.

" Tetep jadi sih, gue taruh 22 nya ntar. Karna Elzan katanya sempat beli minuman itu" balas Nala.

Karin kemudian mengangguk paham mendengar perkataan Nala.

"Yodah, ayo pulang, papa gue pasti udah jemput" ujar Nala mengajak Karin keluar dari koperasi itu.

Sementara Karin hanya mengangguk dan mengikuti Nala yang sudah berjalan duluan.

"Eh Rin, ini lu ga mau ikut gue aja gitu pulangnya?" tanya Nala sambil membuka pintu mobilnya.

"Ga usah Na, soalnya gue dijemput, palingan bentar lagi juga nongol orangnya" ucap Karin membalas ucapan Nala.

Mendengar hal itu, Nala mengangguk paham kemudian langsung masuk ke dalam mobilnya, dan menutup pintu mobil itu.

Sosok ayahnya Nala itu kemudian memberikan klakson seolah menjadi isyarat pamit kepada Karin.

Sementara Karin hanya mengangguk sambil tersenyum, memandang mobil hitam itu yang kini mulai berlalu pergi.

Nala yang baru saja menyenderkan tubuhnya di kursi mobil, tiba tiba mengingat sesuatu.

"Oh ya pa, nanti mampir di fotocopy, Nala mau beli paper bag disana" ujar Nala sembari membuka laci mobil dan mengeluarkan beberapa lembar uang darisana.

Sementara ayahnya Nala mengangguk paham atas keinginan Nala.

Mobil itu kemudian berhenti tepat di depan fotocopy yang memang sudah menjadi langganan Nala.

Gadis itu nampak langsung keluar dari mobil sembari membawa uang yang dia ambil di laci mobil tadi.

Tak berlama lama, gadis itu membeli satu paper bag bermotif batik dan langsung kembali ke dalam mobilnya itu.

"Buat siapa Na?" tanya ayahnya sembari menjalankan kembali mobil mereka itu.

"Adalah" balas Nala singkat karna tidak ingin menjawab lebih lanjut.

Gadis itu sudah cukup lelah dengan banyak nya kejadian hari ini.

✦ ✦ ✦

Kini Sabtu tiba, menjadi hari terakhir sekolah dalam satu Minggu, tak terasa kini masa PPL Elzan tinggal tersisa satu Minggu lagi.

Ntahlah, Nala benar benar sangat sedih akan hal itu, juga merasa tidak tahu harus bagaimana.

Yang pasti adalah, dia akan memberikan kado itu di hari Senin nanti, sengaja Nala tidak memberikannya di saat-saat terakhir, karna gadis itu takut dia akan gagal karna kita tidak akan pernah tau apakah mereka punya kesempatan bertemu pada hari Sabtu nanti atau tidak.

Dengan nasihat dari Nathan tentunya, sehingga Nala bisa yakin untuk memberikan kado dari jauh jauh hari, guna menghindari hal hal yang bisa menggagalkan kado itu.

Kini gadis itu sedang berdiri di koridor atas, seperti biasanya. Dia memandang ke arah lapangan, sembari melamun.

Karin yang ada di sebelahnya, juga ikut melamun sedari tadi.

Ntah apa yang mereka berdua pikirkan, Karin mungkin sedang senang sekarang, karna dia berhasil mendekati Selro beberapa hari lalu dan ada di masa pdkt sekarang.

Sementara Nala? Gadis itu nampak sedih karna ternyata sebentar lagi dia akan melihat sekolah ini tanpa Elzan.

Tepat di tengah tengah saat mereka melamun, tiba tiba Elzan dan kak Ivan memasuki area gedung siswa.

Ya, terlihat dari atas sana, nampaknya mereka berdua baru saja keluar dari perpustakaan, dan nampaknya akan menuju meja piket yang ada di dekat tangga. Meja piket yang sama tempat dimana Nala berinteraksi pertama kali dengan Elzan untuk meminta fotbar hari itu, sungguh gila tingkah Nala jika di ingat sekarang.

Nampak saat Elzan dan kak Ivan berjalan melewati lapangan untuk menuju meja piket itu, saat mereka berdua melewati kelas Nala, terlihat Febi yang nampak sangat panik mencari cari Nala, mungkin untuk memberitahu bahwa Elzan sedang melewati kelas itu.

"Nala, Nala, mana Nala wehh" teriak Febi mencari cari Nala di kelas itu, untuk memberitahu bahwa guru PPL yang Nala sukai sedang lewat.

Febi tidak tahu, bahwa Nala sudah melihat semuanya dari koridor atas. Termasuk melihat Febi yang heboh sendiri mencari keberadaan Nala.

Elzan yang sedikit menoleh ke arah kelas Nala, saat Febi berteriak seperti itu.

Ntah apa yang dipikirkan Elzan, mengapa Febi berteriak sendiri memanggil nama Nala saat itu. Tapi laki laki itu tak terlalu mengindahkan teriakan itu, Elzan tetap melanjutkan langkahnya bersama kak Ivan untuk menuju meja piket.

Nala yang melihat kejadian itu dari lantai atas sontak tersenyum.

"Ada ada aja dah" komentar Karin yang juga melihat hal itu terjadi, sementara Nala hanya menggelengkan kepalanya heran.

Saat Elzan dan kak Ivan hampir menuju ke arah meja piket, ntah apa yang membuat Elzan menyadari bahwa Nala berdiri di lantai atas sambil memandang ke arah bawah.

Ke arah Elzan tepatnya.

Sekilas tatapan mereka sempat bertemu, hingga dimana Elzan kembali mengalihkan pandangannya dan fokus dengan langkahnya yang sudah mendekati meja piket.

Sementara Nala hanya tersenyum melihat hal itu.

Ntah harus senang ataupun sedih, perasaan Nala benar benar campur aduk.

"Seminggu lagi, dan gue ga bakal liat lu lagi kak" gumam Nala yang tentu saja didengar oleh Karin.

"Na, setiap pertemuan pasti ada perpisahan, kayak yang gue omongin dari awal, perihal Elzan yang udah pasti pergi nantinya saat masa PPL nya selesai dari sini" ucap Karin mengingatkan Nala akan perkataannya pada fase fase awal dia bertemu Elzan.

Nala yang mendengar hal itu spontan mengingat kembali beberapa kejadian di masalalu, lengkap dengan seluruh kata kata yang pernah Nala ucapkan tentang Elzan.

"Rin, lu tau ga? Gue dulu pernah berusaha mati matian buat ga jatuh dengan Elzan. Gue berusaha keras, agar gue ga jatuh cinta sama Elzan, karna gue tau kalo semisal masa PPL nya selesai, gue sendiri yang bakal sakit karna rindu" ujar Nala dengan tatapan yang tak beralih memandang Elzan yang kini sudah mengobrol di meja piket itu bersama guru guru PPL yang lain.

"Tapi ternyata gue ga bisa, Rin. Disini Tuhan seolah nunjukin kuasanya, kalo gue sama sekali ga berhak menentukan apapun termasuk mengatur perasaan. Karna itu gue jadi dibuat sejatuh ini sama Elzan" sambung Nala.

"Termasuk sakit yang bakal gue rasain setelah Elzan pergi, itu udah jadi resikonya" ucap Nala lagi.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang