Akibat ulah Karin yang heboh sendiri saat pelajaran kimia, kini Nala juga ikut terkena imbasnya.
Mereka berdua berakhir pada kesialan, yang membuat mereka ditegur oleh guru kimia itu. Untung saja tidak sampai di usir keluar kelas.
"Awas kalian ulangi lagi" ujar guru itu sembari menatap tajam ke bangku Nala dan Karin.
Sementara kedua gadis itu hanya bisa mengangguk.
Kelas kemudian kembali kondusif meskipun sempat terjadi sedikit kekacauan karna Karin. Tapi semua orang nampak fokus kembali kepada pelajaran itu.
Nanti ajalah kalo gitu, gue kabarin pas bel pergantian jam ajalah, tunggu guru ini keluar kelas - ucap Karin membatin.
Lima menit berlalu, dan benar saja, kini bel pergantian jam telah berdering.
Semua murid menghela nafas, termasuk Nala yang akhirnya bisa mengedarkan pandangannya lagi ke arah lain, tanpa harus memperhatikan papan tulis.
Tepat saat Nala mengedarkan pandangannya, gadis itu menoleh ke arah jendela, dan tatapannya bertemu dengan Elzan.
Kebetulan laki laki itu sedang melewati koridor sembari membawa laptop.
Saat laki laki itu melewati kelas Nala, ntah karna apa dia menoleh hingga pandangan mereka benar benar bertemu meski sekilas di jendela.
Ya, meski sekilas, itu cukup untuk membuat senyum seorang Nala terbit.
Anjirlah Cok, gimana kalau dia sadar gue di kelas ini, tertanda sudah muka gue kalo gini - ucap batin Nala sedikit mengeluh, namun disisi lain dia senang bisa melihat mata indah itu lagi di sela sela pergantian jam.
"HOI" teriak Karin yang langsung saja memecahkan pikiran Nala.
"Apasi apa, tadi lu mau bilang apa ha? sibuk amat waktu ada guru, cepetan bilang sekarang aja, mumpung guru lain belum masuk kelas" ucap Nala bertubi-tubi, karna jujur saja gadis itu penasaran apa yang membuat Karin segitu darurat nya untuk berbicara pada Nala.
"Hehe, jadi tadi gue mau bilang tentang kakak PPL itu" ucap Karin.
"Elzan?"
"Hah? Namanya Elzan kah?" tanya Karin heran.
Nala hanya mengangguk sebagai respon.
"Anjir, tau darimana lu?" tanya Karin lagi.
" Ya, waktu itu gue ada cari cari akun sosmed dia karna penasaran aja sih, dan gue follow pakai akun fake. Nah di akun sosmed nya itu, tertulis nama lengkapnya, dan gue cuma ambil sepotong namanya aja 'elzan', biar mudah disebut" jelas Nala panjang lebar.
Jawaban Nala benar benar membuat Karin terplongo akan hal itu, apakah mungkin Nala benar benar akan mengejar guru PPL nya satu ini?
Ntahlah, hanya Nala yang tahu.
"Terus gimana di akun sosmed nya, kak elzan ada ga ngepost tentang cewe gitu? Ya siapa tahu kan ternyata dia udah ada pacar" ujar Karin bertanya, karna jujur saja Karin sedikit was was jika tenyata temannya satu ini menyukai seseorang yang telah mempublikasikan pasangan.
"Sejauh gue nge stalker, ga ada sih. Cuma gue takut aja, ntar tau tau ada, tapi emang ga go public atau backstreet gitu" jawab Nala.
Karin kemudian mengangguk paham, syukurlah jika temannya masih ada rasa takut.
"Terus gimana Na?, Lu sadar kan lu suka sama orang yang jelas jelas ga bakal bertahan lama disini?, Maksud gue, PPL juga bakal ada perpisahannya nanti Na, ntah 1 atau 2 bulan kedepan"
"Gue tau, karna itu, gue mungkin bakal kasih ucapan perpisahan, yang bakal gue titip ke ibu kantin mungkin? Gataulah liat aja nanti"
"Ucapan gimana? Dalam bentuk kado gitu?" Tanya Karin lagi.
"Iya, tapi kado sederhana aja si. Palingan nanti bakal gue titipin susu kotak, di atas nya bakal gue kasih kertas dengan tulisan makasih" jawab Nala sambil tersenyum simpul.
"Karna jujur aja, gue bisa bisa aja buat kado yang lebih dari itu. Tapi gue takut aja, karna gue belum jauh tahu tentang dia. Takutnya emang bener dia udah ada cewe. Jadi gue kepikiran buat sebatas ngasih ucapan gitu doang, biar ga buat sakit hati pasangannya. Itu juga bakal gue titipin ke orang lain, biar dia gatau siapa yang ngasih. Jadi emang sebatas ucapan yang ga bakal buat sakit hati siapa siapa" sambung Nala panjang lebar, karna dia tahu hal ini lah yang akan ditanyakan oleh Karin.
Jujur saja, pernyataan Nala membuat Karin sedikit prihatin tentang seseorang yang sudah membuatnya jatuh cinta lagi, namun tidak bisa diperjuangkan terlalu jauh.
Tapi Karin tidak bisa berbuat apa-apa, dia hanya bisa mendukung keputusan Nala, karna bagaimana pun itu adalah keputusan yang benar dan masuk akal, untuk tidak terlalu mengejar laki laki itu, karna tidak pernah ada yang tahu apakah dia sudah mempunyai pasangan atau belum.
Karin kemudian mengangguk paham setelah mendengar ucapan Nala.
"Oh ya Na, pas pelajaran kimia tadi, gue cuma mau ngomong kalo si Elzan itu sempat ngeliatin kelas kita dari jendela, berdua Ama temennya" ucap Karin.
Mendengar hal itu Nala terdiam dan larut sendiri dalam pikirannya. Mengapa Elzan memperhatikan kelasnya dari luar? Apakah mungkin Elzan benar benar menandai wajah Nala, sebagai seorang murid yang tiba tiba saja mengajak guru PPL itu fotbar seminggu yang lalu?
"Dia berdiri dari luar kelas, terus ngeliatin dari jendela gimana kita belajar? Gitu?" tanya Nala mengulangi pernyataan Karin.
"Iya, berdua ama temennya guru PPL juga, lumayan lama gitu" balas Karin.
Kalimat Karin lagi lagi membuat Nala berfikir keras,
"Menurut lu ngapain dia kek gitu?" tanya Nala meminta pendapat Karin.
"Ya, bisa bisa aja sih sebenarnya kalo dia emang lagi random aja mau lihat gimana cara anak SMA ini belajar. Tapi Cui, itu lama, dan ada temennya juga. Cuma bisa jadi juga, dia mungkin mau memastikan lu beneran anak murid 10. A atau ngga, ya kan siapa tau gitu? Soalnya ada temennya juga yang nemenin." balas Karin sambil melihat lihat ke arah pintu, agar berjaga jaga apakah guru mereka sudah akan masuk ke kelas atau belum.
"Ya, bisa jadi" ucap Nala menerima opini opini Karin,
Bisa jadi laki laki itu memang sedang gabut dan ingin melihat salah satu kelas yang sedang belajar. Namun bisa jadi juga, laki laki itu memang benar ingin memastikan dimana kelas Nala.
Ntahlah, Nala hanya tidak mau menaruh harapan terlalu jauh.
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Teen FictionMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...