Sejak kejadian itu Nala masih tidak bisa berbuat apa apa tentang perasaannya, juga sampai saat ini gadis itu belum menemukan kepastian tentang kedekatan Elzan dengan miss Nindya.
Pertanyaan pertanyaan tentang hubungan mereka membuat Nala bingung harus berbuat apa.
Jika memang benar bahwa hubungan miss Nindya dan Elzan terbukti lebih dari sekedar teman, Nala sudah bersiap untuk melepaskan dan mengikhlaskan Elzan.
Karna bagaimanapun, dan se - cegil apapun seorang Nala, gadis itu tetap tidak mau jika harus menimbrung pada hubungan orang lain.
Namun jika teringat kejadian kemarin, Nala rasanya ingin berhenti menyukai Elzan saat ini juga tanpa harus menunggu waktu lebih lama lagi saat Nala sudah benar benar jatuh, maka disana dia akan kesulitan sendiri untuk berhenti menyukai.
Lebih baik dimulai dari sekarang kan? Pelan pelan mengikhlaskan tidak ada salahnya, mungkin memang Elzan bukanlah seseorang yang ditakdirkan untuk Nala.
Saat Nala berfikir tentang semua itu, tiba tiba saja Nathan datang menghampirinya yang sedang melamun di kursi meja makan.
"Oii" sapa Nathan sembari menarik kursi yang ada di sebelah Nala dan ikut duduk di meja itu.
Nala yang mendengar sapaan Nathan hanya menolehkan kepalanya.
"Kenapa lu anjir, kok diem?" tanya Nathan heran dengan sikap Nala yang terlihat lebih kalem hari ini.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Nala kemudian menghela nafas, kemudian mulai berbicara.
"Masalah Elzan" ucap Nala sembari menatap kosong meja makan yang ada di depannya sekarang.
"Kenapa dengan Elzan?" tanya Nathan dengan kursi yang kini di putar menghadap ke arah Nala.
"Dua hari lalu, gue liat dia duduk sama guru PPL cewe, cantik sih emang, gue curiga aja kalo itu pacarnya" ucap Nala tetap dengan mata kosong yang tidak memancarkan apapun.
Nathan yang mendengar hal itu menjadi sedikit prihatin, karna laki laki itu juga menjadi saksi bagaimana Nala yang awalnya tidak menyukai Elzan bisa jadi sejatuh ini.
Nathan juga menjadi saksi betapa indahnya kisah Nala dan Adit yang harus berakhir tragis.
"Na, dengerin gue, ga semua yang lu liat itu adalah hal yang sebenarnya terjadi. Bisa jadi mereka waktu itu emang ngobrol sebatas temen doang, gue berani beropini gini karna dari sisi pandang gue yang memang friendly itu hal yang biasa. Semua orang bisa ngobrol tanpa harus ada hubungan, Na"
"Tapi bisa jadi kalo emang mereka punya hubungan, cuma itu kemungkinannya kecil aja. Karna kalo dipikir-pikir lagi, mereka PPL disana masih kurang lebih satu bulan kan?, Kemungkinan cowo itu kecil banget buat jatuh cinta dalam waktu satu bulan dengan orang baru, Na. Kecuali mereka emang udah kenal sebelumnya, dan sekarang kebetulan satu tim PPL, bisa jadi."
Kalimat kalimat dari Nathan benar benar membuat Nala bingung tentang bagaimana dia harus bertindak saat ini, karna semua itu bukanlah hal yang pasti.
Melihat sepupunya yang hanya diam saja, Nathan kemudian bertanya lagi.
"Terus gimana sekarang? Lu mau uncrush si Elzan?"
"Rencananya sih gitu, gue mau pelan pelan ngejauh kalo emang mereka ada hubungan, ya buat apa cok" balas Nala dengan mata yang nampak sedikit merah.
"Saran gue, lu jangan ilangin semua perasaan lu sekaligus. Coba tunggu dulu kepastiannya, lagi pula mereka keliatan deket baru satu kali kan. Ya siapa tau emang itu kebetulan aja, dan mereka cuma sebatas teman. Tapi itu semua hak lu sih kalo emang mau berhenti suka sama Elzan, gue ga bisa ngelarang."
"Gue juga ga bakal kebayang sehancur apa hati lu ngeliat moment hari itu, ya ga ada salahnya sih lu ngebatasin dulu perasaan lu untuk beberapa waktu sementara belum ada kepastian lebih lanjut tentang hubungan mereka. Ga ada salahnya beristirahat dari cinta yang tak pasti"
Nala kembali terdiam atas kalimat kalimat yang diucapkan oleh Nathan.
Jujur saja, gadis itu tidak tahu harus berkata apa apa lagi, sehingga dia memilih larut dalam pikirannya hingga Nathan kembali berbicara nanti.
Nathan yang mengerti bahwa Nala selalu diam pada saat saat seperti ini.
Sontak laki laki itu kembali berbicara setelah membiarkan Nala larut dalam pikirannya selama beberapa waktu.
"Kalo lu mau uncrush dia, gimana dengan rencana ucapan perpisahan yang bakal lu titipin ke kak Ivan?" tanya Nathan penasaran.
Iya juga, Nala belum berfikir sampai kesana.
"Ya mungkin bakal gue batalin, karna kalo di posisi cewenya pasti jadi sakit banget, walaupun sebenarnya mungkin itu cuma sekedar ucapan terimakasih dari murid ke guru, cuma ya gue ga enakan aja, karna niat gue bukan tentang hal itu" ucap Nala yang mencoba memahami dua sisi.
Nathan yang mendengar hal itu sedikit terenyuh dan mengangguk paham.
"Na, kenapa lu ga tanya aja ke kak Ivan?, Ya pasti dia tau seenggaknya dikit banyak tentang hubungan Elzan, apalagi mereka sama sama laki laki. Seenggaknya kalo emang mereka cinlok, pasti kak Ivan tau. Walaupun gue paham, lu udah segitu diem diemnya suka sama Elzan sampe segitunya ga mau kasih tau Ivan. Tapi lu harus inget Na, cepet ataupun lambat, Ivan pasti bakal tahu tentang isu ini. Jadi sekalian aja lu tanyain ke dia tentang hubungan Elzan dengan cewe itu, daripada lu nyesel nantinya karna ga tau apa yang sebenarnya terjadi" jelas Nathan panjang lebar lagi, namun kali ini berisi solusi untuk Nala.
Ya, ide Nathan cukup logis untuk diterima masuk ke dalam pikiran Nala.
"Iya, nanti gue tanya Jum'at depan setelah p5, waktu dia ngajar olahraga kelas gue" ucap Nala menyetujui saran itu.
"Siplah, eh ya Na ngomong ngomong soal Elzan, gue dapetin beberapa riwayat SMA nya dia, sama kek yang lu minta waktu itu saat kita deeptalk direstoran" ujar Nathan yang baru ingat bahwa dia mendapatkan beberapa informasi tentang Elzan.
"Gimana?" tanya Nala penasaran langsung ke intinya.
"Ya dia anaknya baik sih, cuma ada beberapa skandal biasa anak SMA, yang masih wajar wajar aja" ucap Nathan memberi tahu Nala.
Mendengar hal itu Nala kemudian mengangguk paham.
"Walahh, ada Nathan" sapa ibunya Nala yang baru keluar dari kamar dan sadar bahwa Nathan ada di rumah ini.
Nathan yang mendengar hal itu spontan menyahut "iya Tantee" teriak laki laki itu dari kursi meja makan.
Nathan kemudian berdiri dari kursinya, kemudian sedikit menepuk bahu Nala seolah memberi semangat tentang masalah yang dihadapi Nala saat ini.
Kemudian laki laki itu beranjak dari sana menghampiri ibu Nala, dan memberi salam. Lalu mereka terlihat berbincang bincang dengan jarak yang lumayan jauh dari meja makan.
Sementara Nala masih terdiam duduk di kursi meja makan itu, sembari memikirkan kembali perkataan Nathan.
Ga ada salahnya beristirahat dari cinta yang tak pasti - ucap Nala membatin, mengulangi apa yang dikatakan oleh Nathan.
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Teen FictionMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...