- 22

36 29 0
                                    

Waktu berlalu, satu persatu kelas kini mulai selesai dengan acara buah buahan mereka itu.

Beberapa siswa mulai membereskan area lingkaran mereka masing masing. Termasuk lingkaran kelas Nala, juga melakukan hal itu.

Satu persatu kelas juga mulai memasuki kelasnya masing masing, karna evvent memang sudah selesai.

Namun pelajaran pada hari Jum'at dimulai jam 8.20, sedangkan kini masih jam 8.00, maka ada waktu sekitar 20 menit lagi bagi siswa untuk beristirahat sesuka mereka.

Awalnya Nala juga ingin begitu, dia ingin menghabiskan waktu itu untuk mengobrol santai saja, atau bahkan dengan duduk di kelas dan membuka materi bahasa Inggrisnya.

Namun ternyata lagi lagi, rencana terjadi tidaklah semudah kita merencanakan.

"Nala, Karin, ikut gue ke perpus yok, mau nyari buku buat bahan ppt kelompok" ajak Naura yang akhirnya mengurungkan niat Nala untuk tetap dikelas saja.

Ya, memang sih, yang satu kelompok dengan Naura hanyalah Karin. Namun apabila Karin ke perpustakaan, lalu Nala harus kemana lagi, dan harus berbicara dengan siapa? Jujur saja tidak ada yang se- frekuensi itu dengan Nala. Alhasil Nala menyetujui ajakan Naura untuk ikut ke perpustakaan saja.

Mereka bertiga akhirnya pergi ke perpustakaan bersama sama.

Saat ketiga gadis itu sampai di teras perpustakaan, Naura dan Karin sedang melepas sepatu di teras itu.

Sementara Nala yang tiba terakhir, berdiri dan niatnya juga ingin melepaskan sepatu.

Namun saat dia menegakkan kepalanya menghadap ke arah dalam perpustakaan, tatapan Nala malah bertemu lagi dengan tatapannya Elzan yang memang sedang duduk di perpustakaan itu, dengan meja yang se lurusan dari arah pintu perpustakaan.

Spontan Nala langsung masuk saja ke dalam perpustakaan itu, tanpa membuka sepatunya, karna itu adalah bentuk penghindaran Nala dengan mata tenang laki laki itu.

Saat Nala berhasil masuk ke dalam perpustakaan itu lebih dulu, dengan cepat Nala langsung berbelok ke arah rak buku, dimana dari titik itu, dia tidak akan terlihat dari kursinya Elzan.

Karin dan Naura yang menyadari bahwa Nala masuk dengan sepatu yang terpasang, spontan meneriaki Nala dari luar.

"Woi anjir bukak dulu sepatu lu Nala" ujar Naura.

"Iya anjir, dikira sekolah bapak lu apa" imbuh Karin sambil melepas sepatunya.

Mendengar teriakan itu, Nala baru sadar bahwa dia masuk menggunakan sepatu.

Namun gadis itu tidak mengindahkan perkataan Karin dan Naura. Toh bagaimana juga, Nala sudah masuk, jika dia keluar lagi untuk melepas sepatu, apa tidak malu?

Sudahlah, Nala hanya mencoba bersikap tidak peduli saja.

Oh iya, taeklah si Naura, manggil pake nama asli lagi, gimana kalo kak Elzan tau nama gue anjir - ucap Nala dalam batinnya karna mengingat kembali teriakan Naura tadi.

Sekarang gadis itu hanya bisa pasrah, dan berharap bahwa Elzan tidak menyadari teriakan itu. Ya bagaimanpun, jika dia selalu memperhatikan gerak gerik Nala, maka setidaknya Elzan sudah tau kelas dan nama Nala sekarang, dan Nala tidak menginginkan hal itu sampai dirinya sendiri yang menginginkannya.

"Oi, ada ga bukunya" ucap Naura menghampiri Nala, yang sedari tadi hanya diam di antara rak rak buku.

Sementara Karin sibuk mencari buku itu di arah rak yang lain.

"Ga ada, Ra" jawab Nala.

"Yahh, gimana ya" keluh Naura.

"Lu dapat ga, Rin??"

"Ga ada woii" teriak Karin dari jauh.

Ya, perpustakaan yang seharusnya sunyi, malah jadi sedikit berisik gara gara mereka bertiga.

Namun beruntung nya disana, petugas perpustakaan tidak ada yang berani menegur mereka, karna Nala berada di antara murid murid itu. Tentu saja gadis itu diam diam mempunyai power tersendiri di sekolah ini, dengan nama besar ayahnya, begitulah.

Karin kemudian menghampiri Naura dan Nala.

"Terus gimana?" tanya Naura sambil menatap Karin dan Nala.

"Yaudah coba tanya aja lah ke ibu penjaga perpustakaan itu, seharusnya kalo bukunya memang ada, pasti dia tahu letaknya" balas Nala.

"Lu aja deh Na, gue takut" ucap Naura denga cengirannya.

"Iya Na, lu aja, tolong Na, nasib kelompok gue tergantung dengan lu" imbuh Karin dengan mata memelas seperti Naura.

Sementara Nala hanya memutar bola matanya malas, sembari berjalan ke arah meja laporan yang ada di perpustakaan. 

"Permisi Bu, disini ada buku cetak fiqih yang tebal itu tidak?, yang untuk kelas 10" tanya Nala sambil berdiri di depan meja itu.

Dari sudut mata kirinya, dia bisa melihat dengan jelas, tak jauh dari sana, Elzan masih duduk di tempatnya sembari bermain handphone.

"Coba cari di Rak buku paling ujung sebelah kanan Na, jika tidak ada berarti sudah dipinjam oleh beberapa murid lain" ujar pengurus sekaligus penjaga perpustakaan itu.

Nala kemudian mengangguk paham, dan berjalan ke arah rak itu, sambil diikuti oleh Karin dan Naura yang juga ikut mencari cari buku cetak itu.

Namun hasilnya, nihil.

"Yasudahlah mau gimana lagi, nanti kita nyalin ppt kelas lain aja, sekalian cari cari materi dari internet ajalah Rin" ucap Naura memberi saran, karna bagaimana pun mereka sudah berusaha sebaik mungkin untuk mencari buku itu, namun hasilnya tetap tidak ada.

Karin kemudian mengangguk paham.

"Makasih Na, udah bantu tanyain, udah bantu nyari juga" ucap Naura sambil tersenyum kepada Nala.

Sementara gadis itu hanya berdeham pelan.

"Yodah gas lah balik ke kelas, ini dah hampir jam 8.20, nanti Miss Anin masuk ke kelas" ucap Naura yang memperingatkan Karin dan Nala bahwa bentar lagi pelajaran bahasa Inggris akan segera dimulai.

Mereka pun sepakat untuk kembali ke kelas, meskipun tidak mendapatkan buku itu.

"Makasih ya Bu" ucap Nala yang tetap mengucapkan terimakasih kepada penjaga perpustakaan itu, meskipun dia tidak menemukan bukunya.

Yasudah tidak apa apa,

Ibu perpustakaan itu membalas ucapan Nala.

"Sama sama" balasnya sembari dengan tersenyum manis.

Nala kemudian melewati meja perpustakaan itu, dan menuju keluar ruangan, mendapati Karin dan Naura yang kini sedang sibuk memasang sepatu mereka kembali.

Sembari menunggu Karin dan Naura, ingin rasanya Nala berbalik dan menoleh, untuk memandang Elzan sekali lagi saat ini.

Namun sayang sekali, di titik itu, gengsi Nala lebih besar daripada rasa penasarannya.

Alhasil gadis itu hanya memilih berlalu dari sana, meninggalkan Karin dan Naura yang masih sibuk mengikat tali sepatu mereka.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang