- 08

53 37 0
                                    

"Anjing lu, ngentod, ngapain lu disini??" umpat Nala setengah kaget.

Sementara gadis yang ada dihadapannya kini hanya tercengir, sembari merapikan rok nya yang sedikit kusut karna bertabrakan dengan Nala.

Ya, gadis itu Karin.

"Hehe, gue nyari lu, soalnya waktu gue sampai parkiran tadi, lu ga ada" jawab Karin.

Nala yang sudah lelah, dengan berbagai kejadian sial hari ini, hanya bisa menghela nafas menahan emosi, karna jujur saja selain membuat jantungan, tabrakan tadi juga membuat badan Nala terasa sedikit sakit.

"Hehe, maaf Na, soalnya tadi kan lu ngajak pulang bareng, jadi gue cari lu dulu" ucap Karin lagi sembari menjelaskan, seolah tau bahwa temannya satu itu sudah cukup emosi hari ini.

"Hm" balas Nala singkat seakan tak mau memperpanjang hal ini.

Nala kemudian beranjak dari depan ruang guru itu. Dengan Karin yang mengikuti, tentunya.

Mereka berdua kini berjalan menuju parkiran untuk segera pulang.

"Eh, by the way, Lu tadi ngapain di ruang guru?" tanya Karin sembari mensejajarkan langkahnya dengan Nala.

"Naruh peralatan bersih bersih" jawab Nala.

Mendengar hal itu Karin hanya mengangguk kemudian mengambil kunci motornya dari dalam kantong.

Gadis itu kemudian mengambil helm nya yang ada di motor, dan memakainya. Lalu dia memberikan helm satunya lagi kepada teman sebangkunya itu.

"Lu tau ga" ucap Nala sembari memakai helm yang diberi Karin.

"Naon?" balas Karin sembari menarik motornya dari barisan parkir.

"Ga sih, cuma gue tadi waktu di ruang guru ketemu guru PPL itu lagi, yang gue bilang kemarin mirip Adit." jelas Nala.

Mendengar hal itu, Karin kemudian menghentikan aktivitasnya sejenak, sembari duduk di atas motornya itu.

"Terus gimana, lu ada nyapa dia? Atau ada kejadian lain?" tanya Karin.

Nala hanya menggeleng sebagai jawaban, kemudian naik duduk di jok penumpang Karin.

"Yasudahlah, biarin aja Na, ga usah dipikirin. Mungkin emang kebetulan aja, dan ga ada yang spesial dari kebetulan ini" ucap Karin sembari menyalakan motornya, dan beranjak keluar bersama Nala dari parkiran itu.

✦ ✦ ✦

"Lo harus klarif sih dengan gue" ucap Ica yang menghampiri Nala sambil memegang piring berisi beberapa cireng dan juga botol minum.

Hari ini, kelas itu cukup beruntung karna diberkati jamkos.

Karna hal itulah, alhasil murid murid bebas untuk melalui apa saja, termasuk Ica yang membeli cireng, kemudian menghampiri bangku Nala dan Karin.

Ica kemudian menarik kursi kosong yang ada di dekat sana, dan duduk menyempil disamping meja Nala dan Karin, dengan posisi yang miring agar bisa menghadap ke arah meja.

"Klarif masalah apaan?" jawab Nala.

Nampak Ica masih mengunyah cireng nya, kemudian Karin pun mulai mengambil salah satu cireng punya Ica, untuk lebih seru dalam menyimak percakapan ini.

"Lu pacaran sama guru PPL?" tanya Ica dengan mulut penuh cireng.

Karin yang mendengar hal itu, reflek tersedak, dan memukul pelan dadanya sendiri, agar bisa menetralkan kondisinya.

"Yang bener aja anjir" sahut Karin dengan ekspresi yang masih tidak percaya.

Namun Nala terlihat tampak tenang.

"Siapa yang bilang?" tanya Nala kepada Ica yang sedang meminum air putih bawaannya.

"Ga ada sih, gue cuma kedengeran apa yang dibilang pak Dika kemarin" balas Ica sambil menutup kembali botol minumnya.

"Itumah jokes doang, dari pak Dika"

"Kok iso, pak Dika ngejokes sampe sono?" tanya Ica lagi.

"Ya ga ada sih, sebenarnya kemarin itu gue sempat nanya ke pak Dika tentang nama guru PPL itu, dan gara gara itu, gue jadi di juluki pakek jokes kek ginian." jelas Nala yang membuat Ica akhirnya mengangguk paham.

"Lu kenapa bisa sampe nanya in nama guru PPL itu, Na?" tanya Ica lagi dengan rasa penasarannya.

"Vibesnya mirip masalalu gue"

"Lhoh Adit ??" balas Ica dengan mata yang cukup melotot.

"Iya"

"Anjir cok, terus gimana, lu beneran suka apa sekedar penasaran doang?" tanya Ica kesekian kalinya.

Jujur saja , membahas hal ini berulang membuat Nala sedikit kesal. Ntah itu Karin ataupun Ica, pertanyaan mereka sama saja.

"Penasaran doang" balas Nala terpaksa, daripada temannya satu itu menyebarkan gosip tidak jelas, maka ada baiknya dijawab saja dengan jujur dan jelas.

Jawaban Nala sukses membuat Ica terplongo setelah mendengar hal itu. Karna tak biasanya, seorang Nala bisa penasaran terhadap seseorang, apalagi dengan motif yang hanya dikarenakan orang tersebut mirip dengan masalalu nya, ini sungguh langkah!

"Na, gue harap ini bukan awal satu hal buruk, melainkan satu hal yang baik" ujar Ica merasa sedikit khawatir dengan perasaan Nala, yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan, namun ini cukup untuk membuat Ica kepikiran, bagaimana jika nanti Nala kembali terjebak ke hal hal yang tidak baik untuk Nala dalam masalah percintaan.

Tentunya, Ica hanya bisa menjadi sebatas pendukung yang ikut memberi saran saat ini.

Mendengar harapan temannya itu, Nala hanya bisa mengangguk dan mengaminkan dalam hati, agar perkataan Ica benar adanya. Bahwa ini bukan awal yang akan memberi akhir buruk bagi perasaan Nala.

Toh, dia juga hanya sekedar penasaran sekarang, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan, setidaknya untuk saat ini.

Hening sesaat setelah deeptalk singkat itu, kini mereka berdua tersadar, bahwa ada sosok yang sedari tadi diam.

Ica dan Nala kemudian saling tatap, dan kompak menoleh ke arah Karin yang sudah senyap dari tadi.

Sementara' gadis itu, hanya bingung mengapa dia ditatap oleh Ica dan Nala.?

Tanpa rasa bersalah, Karin menghabiskan potongan cireng terakhir, saat ditatap oleh kedua temannya itu.

Ternyata, selama Ica dan Nala sibuk curhat, Karin juga sibuk memakan cirengnya Ica.

"Babi lu, pantesan diem" umpat Ica sembari memberikan tatapan sinis kepada Karin.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang