- 45

43 36 0
                                    

Kini jam terakhir di hari sabtu itu kosong. Dikarenakan guru mereka yang memang nampak tidak masuk hari ini, begitu juga dengan tugas yang tak kunjung datang.

Ya, benar benar menjadi kebebasan yang terulang bagi kelas Nala.

Begitu juga Nala yang masih berada di depan kelas. Tidak lagi berdiri, kini gadis itu sudah lebih mantap dengan sengaja menarik kursinya agar dia bisa duduk santai diluar dengan teman temannya yang lain.

Sembari memakan sebuah jajanan, mereka bergosip disana, di depan kelas itu. Seolah mereka sedang ada di pinggir pantai, bukan lagi area sekolah.

Sementara Elzan? Elzan sudah pulang beberapa waktu lalu, jadi kini Nala memang murni ingin mengobrol bersama teman temannya di depan kelas, bukan karna ingin melihat Elzan.

Namun meskipun laki laki itu sudah pulang, tapi bayangan laki laki itu tak pernah pulang dari sekitar Nala.

Baru saja tadi Nadia yang menanyakan perihal Elzan kepada Nala, kini Celsi juga ikut menanyakan Elzan.

"Na, lu suka sama salah satu guru PPL ya?" tanya Celsi yang kini duduk di salah satu bangku di sebelah Karin.

Sungguh, sepertinya sejak kejadian penilaian bu Henny itu, seisi kelas nampaknya tau perihal perasaan Nala ini.

"Iya, kok lu tau?" tanya Nala yang juga heran mengapa Celsi ikut menyadari hal ini.

"Taulah, gue kan Celsi. Eh ya guru PPL yang mana sih?" tanya Celsi lagi.

Ternyata temannya satu itu hanya mengetahuinya gosipnya saja, belum mengetahui orangnya.

"Yang olahraga itu kah?" sambung Celsi.

"Bukan Anjui, itu mah masih keluarga gua. Yang satunya" ucap Nala seolah klarifikasi disana.

"Oalahh, yang pernah ke kelas kita itu kah? Yang sibuk dokumentasi waktu bu Henny presentasi?" tanya Celsi memastikan.

Hal itu mendapat anggukan dari Nala.

Gadis itu cukup lelah menjawab pertanyaan hari ini, ntah kenapa seisi kelasnya mendadak tahu tentang perasaannya itu.

Tapi yasudahlah, itu juga bukanlah hal yang perlu ditutupi lagi bagi Nala.

Lagipula, tidak ada salahnya jika Nala memang mengatakan yang sebenarnya, tidak akan merugikan seorang Nala.

✦ ✦ ✦

Kini pendingin ruangan salah satu minimarket terasa sangat dingin bagi Nala yang sudah cukup lelah dengan tugas tugas rumah saat hari Minggu.

Dan kini dia sudah berada di minimarket karna menemani ibunya berbelanja disana, untuk beberapa keperluan rumah, dan juga cemilan yang akan ibunya bawa nantinya.

Karna hari Senin besok, ayah dan ibu Nala ada urusan penting di luar kota, jadi Nala harus tinggal sendiri di rumahnya bersama adiknya saja. Karna tidak mungkin bagi Nala untuk meninggalkan sekolah nya Senin besok, karna itu adalah hari dimana dia akan memberikan sebuah kado kepada Elzan.

Jadi hari itu dia harus menemani ibunya berbelanja untuk beberapa stok makanan di rumah sementara' mereka berdua pergi nantinya.

Nala yang menunggu ibunya memilih milih barang, kini ikut mengedarkan pandangannya ke arah rak jajanan.

Disana Nala melihat rak yang terdapat coklat Silverqueen.

Gadis itu spontan mengambil satu bungkus coklat itu dengan ukuran sedang, lalu menaruhnya di dalam keranjang belanja.

Ibunya yang menyadari hal itu langsung berkomentar "tumben mau beli Silverqueen, biasanya juga lebih peduli beli eskrim dari pada coklat coklat kek gitu"

Nala yang mendengar hal itu spontan hanya bisa tercengir.

Ya sebenarnya juga bukan buat Nala, tapi buat kado Elzan nanti. - ujar Nala dalam batinnya.

✦ ✦ ✦

Sepulangnya dari minimarket itu, kini Nala langsung mengambil coklat Silverqueen nya, dan menaruh barang itu di meja belajar, serta mengumpulkan barang barang lain yang akan dia beri ke Elzan esok hari.

"Oke, coklat, beng beng, teh kotak, pena, susu kotak, bunga origami.., nah dah, tinggal surat lagi berarti" ucap Nala mengabsen semuanya dan mulai menyusun barang itu satu persatu di dalam paper bag.

Sementara surat itu? Nala rasa akan membuatnya nanti malam saja.

Kini gadis itu harus mengabari Nathan dulu untuk meminta saran.

Nala kemudian mengambil handphonenya, lalu menelpon Nathan.

Tak diangkat, namun dering itu terdengar dari luar kamar Nala.

Spontan Gadis itu langsung keluar dari kamarnya, dan benar saja mendapati Nathan yang memang ada disana.

Nampak laki laki itu membiarkan handphonenya berdering sambil menatap layarnya dengan senyum lebar, seolah-olah tau bahwa sebentar lagi pasti Nala akan keluar dari kamarnya karna dering handphone Nathan ada di dekat sana.

"Hebat kan gue, di telpon langsung datang" ucap Nathan sembari membanggakan diri, seolah olah dia adalah superhero yang bisa teleportasi dalam sekejap.

Namun Nala bukanlah anak kecil. Spontan gadis itu langsung menjawab pernyataan Nathan dengan kata kata singkat andalannya yaitu "tai" .

Mendengar hal itu, Nathan kemudian tertawa keras karna respon Nala yang memang tampak se singkat itu setiap kali di ajak bercanda.

Setelah puas tertawa, Nathan kemudian baru menyadari, lalu laki laki itu mulai bertanya kepada Nala.

"Eh, lu tadi ngapain nelpon gue? Mau ngomongin apa?" tanya Nathan yang memang sudah hafal dengan kebiasaan Nala yang pasti menelpon karna ingin menanyakan atau membicarakan hal penting.

"Ya ga ada sih, cuma mau ngasih tau, kalo besok gue bakal kasih kado ke Elzan, kado perpisahan yang udah sering gue bahas itu" ujar Nala mengingatkan Nathan ke beberapa topik sebelumnya.

Nathan kemudian mengangguk paham dan mengingat semua itu.

"Lalu?" tanya Nathan lagi dimana letak masalah dari kado ini.

"Lalu, gue itu mau minta pendapat lu, kira kira besok gue harus datang sendiri ngasih kadonya, atau minta titipin ke kak Ivan aja?" tanya Nala.

"Ya datang, kasih sendiri dong" ucap Karin yang tiba tiba masuk ke ruang tengah, sembari menghampiri Nala dan Nathan yang nampak sedang mengobrol.

Nathan yang tadinya tengkurap santai, kini memperbaiki sikap tubuhnya, dengan duduk bersila saja.

Ya, cukup Nala yang tau sisi lain Nathan yang memang sedikit tidak masuk akal.

"Iya iya, gue setuju sama dia" ucap Nathan yang menyetujui ucapan Karin.

"Kalo lu anter sendiri, lu bakal tau gimana respon dia, terus kesannya juga lebih dapet Cui, dia juga bakal nginget wajah lu yang pernah ngasih kado ke dia. Lagian juga ini udah mau perpisahan Na, masa iya sampai detik detik terakhir lu sia sia in kesempatan kek gini cuma gara gara gengsi" ucap Nathan yang tampak mendukung mental Nala, jika sedari tadi sepupunya tidak ada mental memberikan kado itu sendiri.

Nathan berharap kata katanya itu bisa dipikirkan kembali oleh Nala.

Dan itu terjadi, Nala kemudian mengangguk setuju atas apa yang disarankan oleh Karin dan Nathan.

Dari sana mereka mulai mendiskusikan bagaimana cara memberikan kado besok. Dan kapan waktu yang tepat.

Nala pun ikut berlatih berulang kali, bagaimana dialognya besok untuk berbicara kepada seorang Elzan.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang