- 26

38 28 0
                                    

Pulang dari Caffe itu, Nala langsung masuk ke kamarnya tanpa memperdulikan apapun lagi, termasuk panggilan ibunya, juga ayahnya yang sedikit heran mengapa Nala begitu terburu buru untuk segera masuk ke kamarnya. Nathan yang juga kebetulan ada disana ikut terplongo dengan sikap Nala.

Sesampainya gadis itu di kamar. Dia langsung menutup pintu kamarnya, kemudian langsung terduduk lemas di lantai.

Kenapa harus sekarang, kenapa harus setelah gue jatuh cinta sama orang baru?

*Flashback on

Di hari itu hubungan Nala dan Adit untuk pertama kalinya diterpa lagi oleh masalah, setelah sekian lama berjalan baik baik saja, tentu dengan Nala yang meredam egonya sendiri.

Namun kali ini, nampak gadis itu sudah benar benar muak dengan tingkah laku Adit yang berulang kali menyakiti hatinya.

Bukan, bukan karna orang ketiga.

Ini hanyalah perihal waktu, dimana Adit yang memang sudah kelas 1 SMA waktu itu, sedangkan Nala masih ada dibangku kelas 3 SMP.

Terlihat jelas kesibukan mereka tentu berbeda. Namun Nala adalah Nala. Seorang wanita yang tidak pernah ingin dijadikan urutan kedua dalam skala prioritas. Sementara Adit yang memang mempunyai kesibukan tersendiri tidak bisa selalu mengutamakan Nala. Hal ini lah yang membuat mereka berdua bertengkar.

Ego Nala hari itu benar benar tidak bisa diredam lagi, hingga membuat perpecahan dalam hubungan mereka.

Enam hari sudah, Nala tidak bertegur sapa dengan Adit, mereka asing di tengah tengah hubungan.

Semua nampak memberi makan egonya masing masing, juga laman chat mereka yang sudah lama tidak terlihat pesan baru.

Nala dengan egonya, begitu juga Adit. Membuat enam hari berlalu tanpa ada yang mau mengalah terlebih dahulu. Semuanya nampak saling menggantung hubungan mereka.

Sehingga hari ke 7 tiba, tepat seminggu mereka bertengkar karna berbeda prinsip. Hari itu adalah hari dimana Nala harus pulang sore karna mengikuti kegiatan organisasi.

Awalnya gadis itu memang ingin pulang ke rumah terlebih dahulu karena ada jeda 30 menit antara jam pulang sekolah dengan jam dimulainya kegiatan organisasi.

Namun Nala mengurungkan niatnya, sehingga dia memutuskan untuk tidak pulang pada waktu kosong itu. Gadis itu lebih memilih untuk tetap di sekolah saja, dan pulang sekalian waktu sore nanti.

Ya, gadis itu memang biasanya menggunakan waktu jeda 30 menit itu terkadang untuk pulang ke rumah hanya untuk sekedar mengambil handphonenya dan mengabari kegiatannya kepada Adit yang waktu itu masih berstatus pacarnya.

Namun sekarang mereka masih bertengkar toh? Jadi untuk apa juga Nala pulang mengabari seperti biasanya, sementara mereka saja sudah 6 hari tidak ada yang berkabar.

Namun tanpa sepengetahuan Nala, saat jam pulang, ternyata Adit sempat berkunjung ke rumah Nala untuk sekedar membahas baik baik masalah mereka, namun Nala tak kunjung pulang karna masih mengikuti kegiatan organisasi.

Hingga jam setengah 6 sore, barulah Nala sampai ke rumah. Namun sayangnya Adit sudah tidak ada disana.

"Eh non Nala, tadi ada Adit kesini" ucap asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Nala itu.

"Oh ya? Ngapain dia?" tanya Nala sembari melepas sepatunya.

"Tadi awalnya  mau ketemu sama Nala, tapi non Nala ga kunjung pulang, jadi dia ninggalin kertas di atas meja ruang tamu, katanya pesan buat non Nala" ucap wanita paruh baya itu.

Mendengar hal tersebut Nala yang tadinya biasa biasa saja, kini langsung segera masuk ke ruang tamu dengan tergesa gesa dan mengambil sepucuk kertas putih yang dilipat, tertera di atas meja ruang tamu.

Tanpa berfikir panjang, Nala langsung membuka kertas itu. Terdapat tulisan disana.

Na, sebelumnya sorry, tapi gua izin ngilang dulu buat beberapa bulan kedepan, lo ga perlu tau alasan nya apa ya intinya gua lagi mau sendiri dalam waktu jangka panjang entah kenapa itu lebih baik kata hati gua, Lo mau nunggu gua terserah ataupun mau tinggalin gua sok, sekarang gua izinin lo buat cari orang lain selain gua yg lebih better n jauh lebih ngerhargain Lo dari segala hal, ga bikin Lo sakit sekecil apapun itu. sayang? makasi banyak atas rasa lo yang kasi ke gua , makasih udh mau jadi tempat ternyaman, fav untuk gua cerita. gua beruntung punya Lo.

Surat singkat itu seolah membuat hati Nala campur aduk, ntah apa yang dimaksud oleh Adit, tapi sore itu Nala menyimpulkan bahwa ini adalah cara Adit memutuskan hubungan mereka.

Dengan tangan yang masih memegang kertas berisi surat. Mata Nala mulai memanas, namun tak sanggup untuk menangis.

Setelah hari itu, Nala menganggap bahwa hubungan mereka mungkin memang telah selesai, karna tidak ada kabar apapun dari Adit setelah itu, nomornya terlihat tidak aktif lagi.

Sekolahnya Adit? Tidak. Nala tidak akan mencari lagi laki laki yang sudah meninggalkannya, apalagi hingga sejauh itu.

Sejak saat itu Nala hanya menganggap bahwa semuanya telah selesai, meskipun perasaannya tidak benar benar selesai. Begitu juga dengan semua kenangan yang mereka punya, masih tersimpan rapi di kamar Nala, termasuk surat terakhir yang Adit tinggalkan.

Sejak saat itu Nala tidak pernah mencari cari Adit lagi. Gadis itu hanya berharap suatu hari nanti, jika memang dia memiliki kesempatan untuk bertemu kembali dengan laki laki itu, Nala hanya ingin mengatakan bahwa dia sangat membenci laki laki itu. Karna mengakhiri hubungan mereka dengan cara seperti ini.

* Flashback off

Mengingat semua kejadian itu, Nala yang duduk di lantai kini menangis hingga air matanya melebur di atas lantai itu.

"Kenapa lu waktu itu ga bilang kalo emang lu sakit Dit, gue gabakal marah karna hal itu ataupun ninggalin lu cuma gara gara penyakit lu. Kalo udah jadi kek gini, gue alhasil kehilangan semuanya. Gue kehilangan lu, dan juga semua perasaan gue.  Seandainya lu jujur hari itu, ga mungkin gue bakal benci lu sedalam ini" gumam Nala sembari menangis.

"Tapi sekarang, semuanya udah terlambat, gue udah terlanjur jatuh suka dengan orang baru, dan ga mungkin gue ngehapus perasaan gue cuma gara gara denger kabar lu yang emang sakit sekarang. Maaf, mungkin disini gue yang terlihat brengsek, cuma ini jalan yang gue pilih" sambung gadis itu, sembari meraih handphonenya, kemudian menghapus semua jejak tentang Adit.

Laman chat mereka, foto foto mereka. Semuanya. Bahkan lagu yang mengingatkan dia pada Adit. Nala menghapus semuanya.

Dengan langkah lemas gadis itu meraih album, yang berisi kenangan mereka, juga surat terakhir dari Adit.

Nala kemudian merobek semuanya, lalu membakar kertas kertas itu di dalam tong sampah besi yang ada di kamarnya.

Nampak api itu membakar perlahan kertas kertas yang terkumpul disana, mengiringi air mata Nala yang kembali jatuh.

"Maafin gue" ucap Nala sembari melihat kertas kertas itu terbakar habis di dalam tong sampah besi.

Pintu kamar kemudian tiba tiba dibuka.

"na?" ucap Nathan yang melihat semua itu. Kemudian menghampiri Nala dan memeluk sepupunya yang sedang menangis di depan kertas kenangan yang dia bakar sendiri.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang