- 21

35 30 0
                                    

Diberitahukan kepada semua siswa, baik kelas X, XI, dan XII, bahwa besok Jum'at akan diadakan evvent 'one day one fruit', jadi diharapkan kepada semua siswa untuk membawa buah masing masing dari rumah.

Nala membaca pesan itu dalam hati, pesan yang masuk ke dalam WhatsApp Nala pada jam 7 malam.

"Tailah, kenapa baru sekarang ngumumin nya, kenapa ga dari siang, mana ada buah di rumah ini anjirr, ada nya buah naga, iww gue ga suka" ujar Nala terus mengumpat dan mengutuk pesan sialan itu yang baru dikirim pada malam hari.

"Dan sekarang gue males bener buat ke pasar, apalagi udah malem, mana jauh. Ya bisa bisa aja sih ke mall, lumayan deket juga, cuma masa gue masuk sana cuma buat beli buah si anjir?" gumam gadis itu sembari berfikir keras.

Nala kemudian berjalan ke arah kulkas untuk memeriksa apa saja yang ada di kulkas, ya siapa tau ada buah atau semacamnya, selain buah naga itu.

Namun Nala tidak menemukan apa apa, karna ibunya pun belum belanja bulanan untuk bulan depan, sedangkan stok buah bulan ini sudah habis Minggu lalu ketika keluarganya membuat sop buah.

"Bejir bejir, inilah yang dinamakan nasib sial" umpat Nala sembari menutup lagi pintu kulkasnya.

Namun, aktivitas gadis itu tiba tiba terhenti, lalu membuka pintu kulkas itu kembali.

Ada sekotak susu disana.

Sedikit berbeda dari yang lain tidak apa apa kan? - ucap Nala membatin, sembari tersenyum.

✦ ✦ ✦

"semua murid yang masih ada di dalam kelas tolong keluar sekarang juga, silahkan ambil tempat masing masing di lapangan, karna sebentar lagi evvent kita akan segera dimulai" itu suara bu Eva sebagai Waka kesiswaan memberikan pengumuman dan intruksi kepada siswa untuk berkumpul ke lapangan secepatnya sembari membawa buah mereka masing masing.

Mendengar hal itu semua siswa yang sedang berada di dalam kelas kemudian akhirnya keluar untuk mengambil tempat bersama kelas mereka masing masing. Begitu juga kelas Nala, satu persatu teman sekelasnya mulai keluar dari dalam kelas menuju lapangan.

Kini tinggal Karin yang menunggu Nala mengambil kotak bekalnya, di dalam loker bangku gadis itu.

"Cepetan Naa, itu yang lain udah pada ada di lapangan Cui" ujar Karin yang menunggu di ambang pintu kelas sembari menatap Nala yang sedang berjalan ke arahnya dengan membawa kotak bekalnya itu.

"Sabar anjir, yodah ayo" ujar Nala sambil mengajak Karin untuk keluar kelas.

Mereka berdua pun akhirnya menuju ke lapangan, dan mencari dimana posisi kelas mereka kini telah berkumpul.

Saat mereka mengedarkan pandangan, tiba tiba saja Elzan dan temannya, guru PPL lain, sedang mengobrol dan lewat di tengah lapangan.

Disana, tatapan Nala dan Elzan bertemu, tak ada yang ingin mengalihkan pandangan duluan, keduanya sama sama saling menatap dari jarak yang bisa dibilang cukup dekat.

Nampak seorang elzan hari ini memakai baju olahraga seragam universitasnya, tanpa almamater biru tua.

Disana bisa terlihat bahu tegap seorang Elzan terbentuk, saat dia melewati Nala sambil menatap gadis itu.

Begitupula Nala yang hanya terdiam dan terus memandangi Elzan yang sedang lewat sembari mengobrol dengan temannya, namun tak sedikitpun melepaskan pandangan dari Nala.

Hingga beberapa detik berlalu, begitu juga Elzan yang kini berlalu melewati Nala.

Sedikitpun gadis itu tidak ada niat untuk menoleh dan melihat kemana Elzan pergi, sebaliknya Nala hanya terdiam mematung di tempat itu dan larut dalam pikirannya.

Karin yang memperhatikan kejadian itu hanya ikut terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa, karna dia juga tidak tahu apa yang Nala pikirkan saat ini, apa gadis itu senang, sedih atau marah, eskpresi nya benar benar tidak berubah dan tidak menunjukkan apapun.

"Ekhem, yaudah lah Na, disana tuh keknya kelas kita kumpul, kesana yok" ajak Karin sambil menatap Nala yang masih diam memegang kotak bekalnya.

"Iya" balas Nala singkat sambil menoleh dan mengikuti Karin yang tersenyum simpul lalu menuju ke arah lingkaran kelas mereka.

"Duduk, Karin, Nala" ujar Lisa, sembari menepuk tempat kosong yang ada di sebelahnya.

Spontan, Karin dan Nala mengangguk dan duduk di sebelah Lisa.

"Eh ya, kamu bawa apa Na?" tanya Lisa yang nampaknya membuka topik dengan Nala, sementara Karin hanya menyimak percakapan itu sembari membuka kotak bekalnya sendiri.

"Sereal" balas Nala singkat sembari menatap Lisa dengan ekspresi datar seperti biasanya.

Mendengar hal itu, spontan Lisa dan Karin terplongo atas jawaban Nala.

Ya bagaimana tidak? Ini adalah evvent 'one day one fruit', tapi temannya satu itu malah membawa sereal sebagai pengganti buah.

"Tar Waka kesiswaan tau, terus lu kena marah gimana anjir" ujar Karin dengan mulut yang tak mengatup lagi.

"Tinggal panggil bapak gue" balas gadis itu dengan santainya.

"Baik, semua kelas sudah siap?"

Tiba tiba saja suara mic dari arah tengah, memotong percakapan yang ada di tengah lapangan, termasuk percakapan antara Nala, Karin dan Lisa.

"Siap Bu" ujar semua siswa kompak.

"Kita mulai ya, silahkan kepada ketua OSIS untuk memimpin doa" ujar Waka kesiswaan sembari memberikan mic kepada ketua OSIS.

Event itu pun dimulai, tepat setelah doa berakhir.

Semuanya fokus dengan buah masing masing, tidak ada lagi yang membuka topik dan membahas masalah sereal tadi.

Tampak setiap lingkaran lingkaran itu mengobrol satu sama lain, ada yang berbagi buah, juga ada yang berbagi gosip.

Apapun yang dibagi, tercipta kehangatan di antara mereka.

Nala pun kini fokus dengan sereal nya, yang sudah gadis itu siram dengan susu yang dia temukan tadi malam di kulkas.

Ya, itu lumayan, daripada harus memakan buah buahan yang kurang Nala sukai, sereal nampak lebih baik.

Toh tidak ada juga yang akan memarahi Nala?

Gadis itu terus memakan serealnya, sembari mengedarkan pandangannya,

Lagi lagi, pandangan gadis itu harus terhenti pada suatu titik, dimana Elzan sedang duduk disana.

Dari jauh laki laki itu nampak menatap ke arah lapangan, ntah titik fokusnya memang pada lingkaran kelas Nala atau tidak.

Ntahlah, sekali lagi, Nala tidak ingin menaruh harapan terlalu jauh.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, berusaha untuk tidak mengindahkan Elzan yang menatap dari jauh.

Dia bersikap acuh, dan terus memakan serealnya, walaupun hatinya kini ada di titik bahagia yang sudah tidak bisa dijelaskan.

Nala bisa menyembunyikan itu dalam ekspresi tenangnya.

✦ ✦ ✦

Perasaan Nala [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang