Kini hari Sabtu, semua orang nampak menjalankan tugas mereka seperti biasanya.
Jam istirahat kedua telah berlangsung, Nala kini merasa cukup bosan berada dikelas. Karna jujur saja, sejak dia menyukai Elzan, mata Nala seperti tak berhenti ingin mencari laki laki itu.
Setiap hari, pasti ada saja hal hal yang akan membuat Nala bertemu Elzan.
Namun hari ini, sejak pagi Nala belum sama sekali melihat Elzan, ntahlah laki laki itu tak menampakkan dirinya hari ini.
Gadis itu terpikir untuk pergi ke perpus saja, karna pasti Elzan sedang berada di ruangan itu. Apalagi ini adalah jam istirahat, jadi jika tidak ada di sekitar gedung murid, pasti dia berada di perpustakaan. Ya, Nala hafal kebiasaan itu.
Spontan Nala langsung mengajak Karin menuju perpustakaan, meskipun tidak tahu harus berbuat apa disana, tapi setidaknya bisa melihat sekilas Elzan hari ini, sudah cukup bagi Nala. Apalagi besok adalah hari Minggu, baru bisa bertemu kembali pada hari Senin.
Sesampainya di perpustakaan, Karin langsung duduk saja di teras perpustakaan, jujur saja gadis itu sudah lelah mengikuti Nala seharian ini.
"Na, lu masuk aja, gue tunggu disini dah, kaki gue pegel banget asli" ucap Karin sembari duduk manis di atas kursi yang ada di teras perpustakaan.
Sementara Nala hanya berdecak pelan sambil melihat ke arah dalam perpustakaan.
Di meja itu, ada Febi.
Teman sekelasnya, yang nampak fokus mengerjakan sesuatu disana. Mungkin tugas.
Ya, Nala bisa memanfaatkan hal itu, karna Elzan ada di dekat sana, tak jauh dari Febi, hanya berkelang beberapa orang saja.
Spontan Nala langsung menghampiri Febi yang sibuk mengerjakan tugasnya.
"Feb, ngerjain apaan lu?" tanya Nala berdiri di sebelah Febi sambil melihat ke arah kertasnya, sembari mencari topik juga.
"Fiqih Cok, kan setelah ini fiqih" balas Febi dengan pandangan yang tak lepas dari buku.
Nala kemudian mengangguk paham atas jawaban Febi.
Dari titik itu, Nala bisa melihat Elzan jelas dari samping mata kirinya.
Laki laki itu duduk tak jauh dari sana, dengan almamater biru yang dia taruh di kursi. Kini terlihat jelas laki laki itu memakai baju batik, dengan id card yang selalu mencantol di lehernya.
Ntah sadar Nala ada disana atau tidak. Tapi gadis itu sudah senang bisa melihat Elzan dari sedekat itu, meskipun tak bisa terang terangan menatap, namun ujung mata Nala sudah bisa menjelaskan semuanya.
Perpustakaan itu sangat tenang, semuanya diam. Termasuk Nala yang tidak menanggapi Febi lagi.
Berkat ketenangan itu, Nala bisa mendengar samar samar suara Elzan.
"Sekarang ya? Sekarang?" ucap Elzan yang nampaknya sedang berbicara dengan seseorang di telpon.
Suara itu, benar benar membuat Nala tercengang, karna setelah kejadian fotbar, sejak hari itu Nala tidak pernah lagi mendengar suara Elzan, dan hari ini Nala bisa mendengar suara lembut itu lagi. Sungguh menyenangkan.
Tak sia sia gadis itu pergi ke perpustakaan hari ini, ya setidaknya dia bisa mendengar suara Elzan lagi.
"Eh Na, duduk aja, apa ga cape berdiri mulu" ucap Febi yang sadar bahwa Nala masih berdiri di sampingnya.
Sementara Nala hanya tersenyum sembari menggeleng pelan "ga usahlah, bentar lagi juga istirahat selesai, gue mau balik ke kelas" ujar Nala.
Belum sempat Febi menjawab perkataan itu, Nala sudah memotongnya lagi "yasudahlah feb, gue duluan yaa" imbuh Nala sambil beranjak dari sana, dan keluar dari perpustakaan.
Sementara Febi hanya bisa menggelengkan kepala heran akan sikap Nala itu.
Bejirlah, katanya mau nunggu, ini malah ilang - ucap Nala membatin karna saat dia keluar dari perpustakaan itu tak mendapati lagi Karin disana.
✦ ✦ ✦
Minggu pun tiba, kini rumah Karin nampak sepi, karna ibu dan ayahnya yang masih bekerja mengurusi perusahaan meskipun hari Minggu.
Ya ayahnya Karin adalah seorang CEO di salah satu perusahaan besar kota itu. Keluarga mereka terkenal karna marga dari kakek mereka.
Karin yang kini sedang duduk diruang tamu, sambil memakan roti panggang yang dia siapkan tadi pagi.
Nala tentunya juga ada disana, karna mereka hari ini sudah berjanji untuk berdiskusi masalah p5 yang akan mulai berlangsung besok.
Nala tentunya senang karna jika p5 dilangsungkan maka dia tidak perlu belajar secara materi, terlebih lagi Nala bisa keluar kelas kapan saja biar bisa melihat Elzan. Gadis itu merasa bebas saat p5 berlangsung.
Sementara Karin ? Karin tidak peduli dengan acara acar seperti itu, karna bagi Karin mau p5 berlangsung ataupun tidak, tak akan ada bedanya, mereka harus tetap pergi ke sekolah. Kecuali hari libur, mungkin Karin baru akan merayakan hal itu.
Kini mereka sama sama larut dengan pikiran masing-masing, terdiam di ruang tamu, sembari memakan roti masing masing juga.
Permasalahan mereka hari ini hanyalah 1, kemana harus mencari tusuk sate?
Hal itu adalah sesuatu yang sangat penting, karna mereka ditugaskan oleh kelompok mereka untuk mencari benda itu yang akan dibawa demi memenuhi tugas p5 besok.
"Na, sepupu lu Nathan masih di kota ini?" tanya Karin yang nampaknya memang belum bisa move on dari ketampanan Nathan.
Bisa bisanya gadis itu menanyakan Nathan ketika mereka berdua sedang sibuk memikirkan dimana harus mencari tusuk sate.
"Ho'oh, dahlah, dia gabakal kemana mana juga, mending pikirin noh kemana kita bakal nyari tusuk sate" cerocos Nala yang menasihati Karin.
"Yeuu, kemana ya, emang ada Na benda itu di pasar?" tanya Karin kepada Nala yang sama sama tidak memilih pengetahuan tentang hal itu.
"Mana gue tau Cok, gue mana pernah nggeuh dimana orang jual tusuk sate, ini juga ngapain lah kelompok kita nugasin nyari tusuk sate, yang gampangan dikit kek" protes Nala yang kini merambat ke arah kelompoknya.
Sementara Karin hanya menatap Nala dengan eskpresi datar.
"Itu udah yang paling gampang Na, tolong lah ya" ucap Karin prustasi.
"Ayolah buruan kita kemana, duduk di disini juga ga bakalan buat tusuk satenya dateng" sambung Karin sembari berdiri dan meraih kunci motornya.
Nala yang melihat hal itu hanya mengangguk sembari menghabiskan roti panggangnya, lalu mengikuti Karin yang sudah berjalan duluan ke arah parkiran.
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Fiksi RemajaMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...