Kini cap 3 jari pun berlangsung, Nala dan Karin tidak telat menghadirinya, syukurlah.
Setelah cap 3 jari itu berlangsung, tentunya semua murid tidak langsung pulang, beberapa dari mereka mengajak foto wali kelas mereka sebelumnya, lalu menyalimi guru guru yang sempat mengajar mereka dulu, juga berkunjung ke kantin yang kini kabarnya sudah semakin mewah saja.
Dan yang paling penting adalah, bertemu teman teman lama mereka yang mungkin kini sudah berbeda SMA.
Ya kapan lagi, bisa bertemu seperti ini? Untuk itu banyak dari mereka yang berleha-leha dulu disana dengan mengingat kembali kenangan pada masa putih biru yang tentunya akan menjadi bagian penting dalam memori hidup mereka nantinya.
Begitu juga Nala dan Karin yang nampak sibuk berfoto dan bersua ria dengan teman teman lama mereka, hingga semuanya puas, barulah Nala kembali menghampiri Karin untuk kembali lagi ke SMA-nya, sebelum ya sebelum keburu pintu gerbang samping itu ditutup kembali.
Karin kemudian mengangguk setuju dan mulai berjalan bersama Nala ke arah gerbang itu.
Namun sayang sekali, gerbang itu nampak tidak bisa dibuka lagi karna dikunci dari dalam.
Nampak disana ada beberapa murid lain juga yang ingin masuk, namun tidak ada yang peduli untuk membuka pintu gerbang samping itu.
Terlebih lagi murid laki laki yang tadinya nongkrong disana kini sudah tak terlihat lagi, jadi tidak ada orang lain yang bisa diminta tolong untuk membuka kunci itu dari dalam.
Sementara guru PPL itu? Mereka melihat tapi mereka memilih untuk tidak peduli, alias berpura pura tida tahu bahwa beberapa dari murid SMA itu kini tidak bisa masuk lewat gerbang samping.
Ntah apa yang sudah merasuki guru-guru PPL itu, tidak ada satupun dari mereka yang tergerak hatinya untuk berdiri dan membuka pintu gerbang samping ini.
Mereka hanya melanjutkan topik obrolan mereka, seolah-olah kami tidak ada disana.
Murid murid yang lain tampak menyerah meminta bantuan kepada guru guru itu, karna mereka tidak akan mendengarkan.
Spontan murid murid itu langsung berputar balik saja lewat gerbang depan, ya sedikit memutar dan lebih jauh.
Nala dan Karin, yang awalnya ingin melewati gerbang samping saja, kini mau tidak mau juga harus melewati gerbang depan, karna nampaknya guru guru PPL itu tidak akan membukakan gerbang samping sekalipun Karin berubah menjadi harimau.
Mereka berdua pun memutuskan untuk melewati gerbang depan juga, dengan jalan yang memutar dan jarak yang sedikit jauh.
Hal itu sangat membuat Nala kesal, terlebih lagi cuaca hari itu sangat terik, benar benar cukup untuk membakar emosi Nala.
Dengan hati yang mengutuk dan mulut mengumpat, Nala benar benar kesal dengan apa yang dilakukan oleh guru PPL hari ini, ntahlah gadis itu nampak menaruh dendam tersendiri.
Sementara Karin ? Ya Karin mungkin juga ikut kesal, namun dia tidak terlalu menunjukkan ekspresinya, karna Karin tidak begitu peduli mau melewati gerbang samping ataupun gerbang depan, itu sama saja bagi Karin, asalkan mereka tetap sampai dengan selamat.
Saat mereka berdua berhasil memasuki gerbang depan, Karin yang berjalan lebih dulu tentu saja menjadi orang yang ditanya oleh satpam lebih dulu.
"Darimana?" tanya satpam itu yang melihat Karin masuk dari gerbang luar, mungkin satpamnya sedikit bingung karna mereka berdua tidak pernah izin lewat gerbang depan tiba tiba saja sudah kembali ntah darimana melewati gerbang depan.
"Cap 3 jari pak" balas Karin sembari menghentikan langkahnya.
"Ada buktinya?" Tanya satpam itu lagi nampak merasa was was.
Karin yang mendengar hal itu spontan langsung menunjukkan jarinya yang berbekas cap yang masih bewarna biru pekat.
Melihat hal itu, pak satpam pun percaya dan membiarkan Karin masuk.
Sementara Nala? Gadis itu yang memasang ekspresi datarnya seperti biasa, ditambah lagi dengan mood nya yang cukup menurun hari ini karna insiden tadi. Membuat wajah Nala nampak lebih beringas dari biasanya.
Hal itu lah yang membuat satpam tidak berani menanyakan sesuatu lagi kepada Nala darimana gadis itu, dan perihal apa dia keluar.
Satpam itu hanya menggunakan logika saja, apabila murid satu ini jaraknya berjalan tak jauh beda dari Karin, maka bisa dipastikan bahwa mereka dari tempat yang sama.
Ya, itu saja, daripada memperpanjang masalah, satpam itu hanya memilih diam, dan membiarkan Nala melewati gerbang itu tanpa ditanyai sepatah katapun.
Eskpresi Nala saat itu memang benar-benar tidak tertolong lagi, karna wajahnya sudah terlihat sangat kesal.
Kali ini tak butuh pakar ekspresi untuk melihat isi hati Nala, bahkan orang gila saja tahu bahwa Nala benar-benar sedang kesal saat itu.
Sesampainya di kelas, Nala langsung mencari dan menghampiri Ica.
"Siapa guru piket hari ini?" tanya Nala tanpa mau berbasa basi kepada Ica.
Ya, untuk informasi saja, perlu diketahui bahwa Ica adalah salah satu anak guru yang mengajar disana.
Nala juga beberapa kali mendengar Ica mengetahui beberapa jadwal piket para guru, jadi Nala juga berinisiatif untuk menanyakan jadwal piket guru hari ini.
Bukan tanpa alasan, Nala hanya ingin mengungkapkan kekesalannya hari ini mengenai guru PPL itu yang dibiarkan duduk di meja piket, sehingga menghambat Nala untuk kembali ke masuk ke SMA-nya.
"Gue kurang tau Na kalo untuk hari Selasa ini, tapi nanti gue liat lagi deh jadwalnya di hp bunda gue" ujar Ica, tanpa mau bertanya lebih lanjut mengapa Nala ingin mengetahui jadwal piket.
Nala yang mendengar hal itu hanya mengangguk sebagai respon, ya cepat ataupun lambat, Nala akan tetap melaporkan hal ini.
"Kenapa Na dengan jadwal piket?" ujar Lisa menghampiri Nala, nampaknya dia sedikit mendengar apa yang dikatakan oleh Ica barusan.
Ya, mental Lisa cukup besar ternyata, untuk bertanya kepada Nala, saat orang lain memilih untuk diam saja.
"Gue tadi cap 3 jari, pas mau pulang gerbang samping malah ga dibukain, padahal guru PPL yang cewe pada duduk di meja piket deket gerbang itu tapi tetep ga ada yang bantuin. Alhasil gue harus muter lewat gerbang depan, kesel banget anjing, mana cuaca panas, makanya gue tanya jadwal piket guru hari ini siapa, karna mau gue laporin tuh kelakuan" umpat Nala sembari menjelaskan karna saking kesalnya.
Lisa yang mendengar hal itu spontan tidak tahu ingin berkomentar apa apa. Sedikit rasa penyesalan Lisa telah bertanya, karna ternyata memang harusnya gadis itu diam saja sedari tadi, tanpa harus memancing emosi Nala lebih lanjut.
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Teen FictionMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...