Kini hari Kamis tiba, tidak ada yang begitu menarik di hari itu. Hanya saja, hujan turun dengan derasnya saat waktu pulang, dan kini Nala harus menunggu di depan gedung perpustakaan, agar tidak basah karna hujan.
Orang orang mengatakan, bahwa hujan adalah lambang perdamaian yang bisa membawa ketenangan.
Ya, Nala mendapatkannya hari itu, saat pagi tadi dia berbaikan dengan Karin tentang kesalahpahaman yang terjadi malam tadi.
Semuanya kini terasa hampa, karna Nala menunggu jemputan sendirian didepan gedung perpustakaan itu.
Sesekali gadis itu melihat ke arah dalam gedung perpustakaan, ke arah tempat Elzan duduk.
Ya, laki laki itu nampak belum pulang.
Dia meletakkan kepalanya di atas meja, seolah olah tidur di perpustakaan itu.
Ntahlah, hanya hal itu yang bisa Nala lihat dari luar sini.
Hujan deras itu berlalu lumayan lama, hingga kini jemputan Nala datang. Gadis itu langsung berlari ke arah mobil jemputannya yang kemudian menuju ke rumah untuk pulang.
Nala menyenderkan tubuhnya pada kursi mobil itu, kemudian berfikir ntah kenapa bahwa hidup nya beberapa hari ini terasa sangat kosong, meskipun di sekolah dia selalu melihat Elzan tapi kini tidak dengan perasaan bahagia melainkan perasaan sedih, karna sebentar lagi Nala tidak bisa melihat wajah tenang Elzan lagi.
"Besok Jum'at terakhir, lalu Sabtu acara perpisahan" gumam Nala sembari menghadap ke arah kaca mobil yang basah karna hujan.
Gue harus ngelakuin sesuatu besok - ujar Nala membatin.
✦ ✦ ✦
"COKK, MANA SUSU NYA INI??" teriak bendahara kelas yang kini sedang sibuk mencari susu sachet yang sudah dipersiapkan dari tadi.
"Hehe" ucap Ridho sambil tercengir,
Ridho adalah siswa laki laki kelas Nala yang nampak sudah menggunting duluan 1 susu sachet dan memakannya dalam bentuk kental manis.
Melihat hal itu, spontan semua siswa kelas Nala tertawa, tapi tidak dengan bendahara itu, dia menjadi sedikit kesal dengan kelakuan Ridho.
Nampak dengan berat hati da mengumpat, bendahara itu harus membuka kantong asoy yang lain, yang masih berisi beberapa bungkus susu sachet.
"Awas aja kalo ini ga cukup" ujar bendahara itu seolah menyindir ridho yang sudah memakan satu susu sachet nya. Sementara laki laki yang disindir itu, hanya bisa tercengir mendengarkan sindiran untuknya.
Ya, kini mereka sedang mengadakan kembali evvent 'one day one fruit' Jum'at ini. Namun nampaknya kali ini sedikit berbeda, karna buah akan diolah per-kelas, sehingga mereka akan menikmati olahan buah yang berbeda-beda sesuai dengan kreatifitas kelas masing masing.
Dan di hari itu, kelas Nala memutuskan untuk untuk membuat sop buah saja.
Bendahara lah yang nampak sangat sibuk di hari itu, sudah memotong semua buah, membuat kuahnya, bahkan menakar porsi anggota kelas itu satu persatu.
Sementara Nala? Gadis itu kini bersantai saja, dia memang tidak pernah ada niat untuk membantu siapapun di setiap evvent, termasuk hari ini, dia hanya duduk manis dan terima bersih segelas sop buah yang akhirnya disodorkan oleh bendahara kelasnya itu. Ya, Nala menerimanya, dan mulai memakan sop buah itu perlahan.
Nala yang duduk bersilang di dalam lingkaran kelasnya kini bisa melihat Elzan dari sana.
Mereka berkumpul di lapangan, dan ya, dari tempat duduk Nala, tentu saja gadis itu bisa melihat Elzan dengan jelas yang kini juga ikut berada di lapangan paling ujung.
Nampak laki laki itu kini sedang merekam moment Jum'at itu.
Sementara Nala, hanya bisa memandang dari jauh, dari lingkarannya, sembari memakan sop buah.
Pasti buat bahan story' akun, - ucap Nala membatin setelah melihat kelakuan Elzan yang mendokumentasikan evvent Jum'at itu.
Nala tidak terlalu mengindahkan hal itu, yang terpenting kini adalah Nala bisa melihat Elzan di lapangan itu.
Ya, Nala kembali fokus dengan sop buahnya, hingga isi cangkir itu habis dimakan oleh Nala.
Terlihat beberapa kelas yang juga sudah selesai dengan acara makan makan buahnya itu, nampak mulai membereskan beberapa sampah kulit buah yang sempat berserakan tadi.
Begitu juga kelas Nala, kini orang orang nampak memungut kulit buah yang berserakan akibat mengupasnya tadi.
Sementara beberapa siswa lain yang masih belum habis dengan sop buahnya, tetap melanjutkan menikmati hal itu.
Tapi sop buah Nala sudah habis, gadis itu tidak tahu harus melakukan apa lagi.
Nala kemudian mengedarkan pandangannya, dia melihat kak Ivan tak jauh dari lingkarannya.
Kak Ivan nampak berdiri seolah memantau satu persatu lingkaran kelas kelas yang ada, sambil bercanda dengan beberapa siswa disana.
Spontan Nala berdiri dari tempat duduknya, dan menghampiri kak Ivan.
"Kak Ivan" panggil Nala yang kini sudah ada di samping laki laki itu.
"Hah? Kenapa?" ucap kak Ivan menanggapi panggilan Nala itu.
"Nanti siang tetep olahraga? Maksud Nala, nanti siang itu kak Ivan masih tetep ngajar olahraga kan?" tanya Nala.
Laki laki itu tampak mengangguk sembari menjawab "iya, nanti itukan olahraga ada 2 jam, nah jam pertamanya kak Ivan mau nyampein pesan kesan dulu karna ini pertemuan terakhir dengan kelasmu kan ya? Soalnya besok udah perpisahan" ujar laki laki itu menjelaskan.
Nala yang mendengarkan itu kemudian mengerti,
"Lalu jam ke 2?" tanya Nala lagi.
"Jam ke 2 tetep ngelanjutin praktek tolak peluru Minggu kemarin" balas Ivan dengan santainya.
Sementara Nala, kini gadis itu hanya bisa memasang ekspresi datar. Terbesit sedikit rasa penyesalan karena bertanya pada seorag Ivan.
Nala kemudian mengangguk saja dan berkata "ya ya, okelah". Lalu gadis itu beranjak dari sana.
Sementara Ivan hanya bisa menggelengkan kepalanya heran karna tingkah laku Nala.
"Bisa bisa nya anjir, dia tetep semangat ngajar di pertemuan terakhir. Ya coba ikhlasin aja lah Jum'at ini, jamkos kek, ini malah praktek" protes Nala yang sudah berlalu jauh dari kak Ivan
Ya, tentu saja gadis itu protes dengan jarak yang jauh dari kak Ivan, karna jika dia protes di dekat sana, masih dihadapan kak Ivan itu.
Bisa bisa saja Ivan malah membuat 2 jam olahraga hari ini full praktek.
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Fiksi RemajaMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...