40 menit kini berlalu, dan mereka masih membahas seputar tentang Elzan juga pengalaman mereka yang ada di beberapa kisah cinta.
Disana Nala terlihat sangat nyaman mengobrol dengan bu Chintya seolah mereka adalah kakak-adik.
Nala nampak benar benar mendengarkan nasihat nasihat dari Bu Chintya seolah memberi 'wejangan' pada Nala tentang apa yang harus Nala lakukan jika mencintai seseorang yang seperti itu.
Bu Chintya juga meyakinkan Nala bahwa tidak ada yang tidak mungkin, apalagi hanya karna umur mereka yang terpaut jauh, itu bukanlah suatu penghalang.
Nala yang tadinya pesimis akan perasaannya, kini mulai menerima perlahan lahan secara logis, bahwa gadis itu tidak perlu terlalu pesimis atas perasaannya sendiri.
"Terus tentang kado hari perpisahan, Nala mau ngasih apa ke Elzan?" tanya bu Chintya.
Ah iya, Nala belum memikirkan hal itu, terakhir dia hanya berjanji jika memang Elzan dan miss Nindya mempunyai hubungan, Nala tidak akan memberikan kado apapun agar tidak menyakiti pasangan Elzan.
"Gatau sih, masih bingung juga, mungkin sekertas ucapan sederhana?" ucap Nala seadanya karena gadis itu benar benar sangat bingung saat ini perihal kado yang akan dia berikan di hari perpisahan nanti. Walaupun ya, jaraknya lumayan lama, namun kapan lagi jika tidak di persiapkan dari jauh jauh hari?
Mendengar jawaban Nala yang bingung, bu Chintya mencoba memahami, bahwa gadis itu memang terlihat sedang tidak ada persiapan, mungkin efek pikirannya yang pesimis masalah Elzan dan Nindya.
"Kalo saran ibu sih, selipin barang juga. Ga perlu mahal mewah, yang penting barang deh, yang bisa dia inget. Karna sesuai pengalaman ibu dulu, pernah dapet kado sebuah pena, yang buat ibu selalu inget sama orang yang ngasihnya." ujar bu Chintya seolah menjelaskan.
Nala yang mendengar hal itu perlahan mengangguk paham, dan mulai mendapat titik terang masalah kado itu.
Begitulah percakapan mereka yang cukup khidmat pagi itu. Pagi yang tidak akan Nala pernah lupakan, dimana dia mengetahui banyak tentang Elzan.
Begitu juga dengan bu Chintya yang menjadi salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam kisah cintanya kali ini.
Percakapan itu berlangsung hingga bel pelajaran ke empat dimulai, dimana bu Chintya harus mengajar matematika di kelas Nala, sehingga harus mengakhirinya percakapan itu.
✦ ✦ ✦
"Na, lu tadi ngomong apaan sama bu Chintya? serius amat" tanya Karin kini, yang lagi lagi menuju toilet saat jam istirahat.
Sementara Nala, lagi lagi menemani Karin yang akan menuju toilet itu.
"Ga ada sih sebenarnya, cuma nanya nanya tentang Elzan, terus kata bu Chintya, Elzan ga ada pacar. Kemaren waktu sama miss Nindya, itu sebatas temen doang, karna Elzan orangnya emang friendly ke semua orang" ujar Nala menjelaskan kepada Karin, sambil menghadap ke arah kaca yang ada di toilet itu.
Sementara Karin kini ada di bilik kamar mandi, sedang buang air kecil.
Ya, Karin mendengar apa yang diucapkan oleh Nala dari luar, namun Karin memilih untuk tidak merespon sekarang dengan cara berteriak dari dalam bilik kamar mandi.
Sementara Nala kini sibuk merapikan seragamnya di kaca.
Tak lama kemudian Karin keluar dari bilik itu dan ikut berkaca di sebelah Nala.
"Jadi Elzan beneran ga ada pacar?" tanya Karin dengan mata yang tak lepas dari kaca itu.
Sementara Nala hanya berdeham pelan merespon ucapan Karin.
"Siplah, berarti sekarang lu dah ada kepastian, kalo si Elzan ga ada pacar." ujar Karin sembari memberi isyarat kepada Nala untuk segera keluar dari lorong kamar mandi ini.
Nala kemudian mengangguk dan berjalan lebih dulu, hingga mereka sampai di koridor.
"Jadi gimana perasaan lu sekarang Na?" tanya Karin saat mereka kini berjalan ditengah tengah koridor kelas 12.
"Ya gitulah, makin suka gue" ucap Nala sembari tersenyum.
"Elahhh, giliran dah gini aja bilangnya makin suka. Pas kemaren bilangnya mau uncrush, dah pesimis duluan sama perasaan sendiri" ujar Karin seolah mencibir ucapan Nala itu.
"Ya kan beda anjir, itu belum ada kepastian kemaren. Sekarang gue dah tau cerita aslinya. Gianna sih lu" ujar Nala seolah mencibir balik Karin.
"Yeuu" pasrah Karin tak mau memperpanjang perdebatan dengan Nala.
Saat mereka berjalan di koridor itu nampak Nala mencuil sikut Karin seolah memberi isyarat bahwa ada sesuatu di dekat sana.
Ya, crush Karin, seorang kakak kelas yang bertemu dengannya, ketika Karin tidak sengaja menabrak temannya itu.
Ternyata laki laki itu kelas 12. MIPA 4, dikarenakan dia berdiri tepat di depan kelas itu sambil mengobrol dengan teman temannya, maka sudah dipastikan bahwa crush Karin adalah salah satu dari penghuni mipa 4 itu.
"Anjir cokk, ganteng amatt" ucap Karin sembari berbisik melewati rombongan itu.
"Astaga Na, astaga, ternyata dia anak MIPA, pinter dong berarti, akakaakakka" ucap Karin lagi yang nampaknya sudah mulai salting dikarenakan pesona kakak 12 MIPA 4 itu.
Ya memang sih, jika dideskripsikan, laki laki itu cukup menarik. Badannya yang tinggi tegap, dan berkulit putih. Wajahnya yang seperti cindo, terkesan seolah laki laki itu adalah seorang yang bersifat 'anak mama'.
Darisana pribadinya terlihat cukup lembut, dan sedikit usil.
Ya, itu yang bisa dibaca dari fisik kakak kelas itu, namun kita tidak pernah tau bagaimana sifat yang sebenernya.
Dengan bentukan yang seperti itu, maka tidak heran jika Karin sampai tergila gila, bahkan sebelum tahu namanya saja, Karin sudah bisa langsung menaruh perasaan.
Ntah apa yang teman sebangkunya itu pikirkan, karna seorang Karin memang hobi mencintai seseorang dengan gila, dalam artian mencintai siapa saja yang dia anggap tampan.
"Kalo gini gue jadi bingung, mau nikahin Nathan apa kakak 12 MIPA 4 itu" ujar Karin dengan saltingnya.
"Lha? Jancuk" balas Nala kaget.
Ternyata selama ini Karin masih belum bisa move on dari pesona Nathan, sepupunya. Dan bisa bisa nya gadis itu juga tetap terpesona dengan ketampanan kakak 12 MIPA 4.
Dunia ini sungguh gila - ujar Nala membatin setelah menyaksikan kejadian itu.
✦ ✦ ✦
KAMU SEDANG MEMBACA
Perasaan Nala [END]
Novela JuvenilMengisahkan tentang murid kelas 10, yang menyukai guru PPL nya. ✦ ✦ ✦ ❝ terkadang labirin luka itu harus kau tinggalkan, apakah tidak tertarik dengan rasa sembuh yang menunggu di depan? ❞ Perihal rasa yang kita punya, tak pernah ada yang bisa menge...