Note: lumayan full sama narasi, bacanya pas mood aja karena narasinya juga lumayan penting buat maju di setiap chapternya🙌
~Happy Reading~
***
"Ini buat Jungkook, ya. Mulai sekarang, semua makanan dan cemilannya Mama yang kontrol. Nggak boleh sembarangan lagi, kalau mau beli sesuatu diperhatikan lagi ingredient di kemasannya biar nggak kejadian kayak kemarin." Jira memasukkan kotak bekal ke dalam tas Jungkook sembari terus menekankan peringatan agar Jungkook lebih berhati-hati memilih makanannya.
Jungkook mengangguk paham sembari menengguk habis susu di gelasnya. Ia bersyukur tubuhnya membaik dengan cepat, jadi hari ini Daejun memberinya ijin untuk sekolah. Walau dengan banyaknya catatan yang harus ia patuhi karena dokter Jiwoon sebenarnya belum memperbolehkannya untuk beraktivitas terlalu banyak.
"Papa sama Mama berangkat tiga jam lagi. Tolong kamu ingat pesan Mama buat jangan ada apa-apa selama Papa sama Mama pergi," pandangan Jira terangkat menatap keempat anaknya yang lain yang tengah menikmati sarapannya. "Kalian berempat awasin Jungkook yang bener, kabari Mama atau Papa setiap tiga jam sekali."
Seokjin dan Namjoon mengangguk patuh, sementara Jihoon memilih tidak peduli dan fokus pada sarapannya. "Udah selesai sarapannya, Dek?" Taehyung yang sejak tadi hanya diam, akhirnya mengajukan pertanyaan. Matanya melirik sinis pada Jira yang kini mengusap pucuk kepala Jungkook. "Hyung tunggu di depan." ucapnya, lantas bergegas pergi dari ruang makan.
Daejun baru membuka mulut untuk menegur sikap kurang ajar Taehyung yang melenggang tanpa pamit. Namun, Jira sudah menahannya lebih dulu dengan isyarat gelengan kepala. "Jin, Papa beneran percayakan Jungkook. Papa nggak mau kejadian kemarin keulang lagi, cukup. Udah berkali-kali Papa ingetin ini."
Seokjin menunduk sebagai tanda menyesal karena lalai menjaga Jungkook sampai adiknya sempat drop dan membuat semua orang panik. "Maafin aku, Pa. Aku janji bakal jaga Jungkook lebih ketat." kata Seokjin pelan.
"Aku juga bakal usahain buat luangin waktu supaya bisa jemput Jungkook setiap pulang sekolah dan cek langsung kondisinya," timpal Namjoon.
Wajah Jungkook tertekuk, bibirnya mengerucut lucu, padahal niatnya ingin menunjukkan wajah kesal di hadapan orang tua dan kakaknya.
"Emang aku selemah itu? Aku udah gede loh, Pa, bisa jaga diri." Jungkook menatap Daejun kesal.
"Bisa jaga diri? Milih ciki aja kamu teledor."
"Ya itu kan..." kalimat Jungkook menggantung kala benaknya mengingat skenario palsu yang dia ucapkan di hadapan Seokjin. Tatapan menghunus Jihoon yang tertuju padanya, membuat bibirnya langsung terkatup rapat. Hampir saja keceplosan.
"Udah, pokoknya sekarang Adek harus lebih hati-hati lagi. Kemarin itu terakhir Papa denger kabar alergi kamu kambuh. Papa nggak mau denger lagi. Ngerti?"
Seokjin dan Namjoon kompak mengangguk paham akan peringatan keras yang diucapkan Daejun. Sebagai anak tertua, tentu saja Seokjin merasa paling bersalah. Walaupun, kejadian kemarin sama sekali bukan kesalahannya yang bahkan dirinya sendiri tidak tahu menahu perihal apa yang sebenarnya terjadi.
Acara sarapan itu selesai dengan Daejun yang mengakhiri topik pembahasan mereka mengenai Jungkook. Kini, Jungkook sudah duduk manis di kursi penumpang samping kemudi di mana Taehyung bertindak sebagai supir.
Lagu mengalun dari playlist tengah berusaha keras mengusir sunyi antara kakak adik yang seperti tengah perang dingin. Padahal, ini hanya karena Taehyung yang masih belum bisa mengendalikan sisa emosinya dan Jungkook yang terlalu takut untuk membuka suara atau sekedar bertanya hal random seperti yang biasa dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [TERBIT]
FanfictionDia si prioritas 3 kakak kandung dan 3 kakak sepupu. Dia yang selalu jadi pusat kebahagiaan dan kasih sayang keluarga besar. Dia yang sejak kecil sangat dijauhkan dari hal-hal yang bisa memicu timbulnya rasa sakit pada tubuh dan hatinya. Terlalu sem...