Semesta [30]

2.6K 231 146
                                    

~Happy Reading~

***

Hoseok mengunci kursi roda yang diduduki Jungkook ketika sampai di tengah taman rumah sakit yang luas. Ada beberapa pasien lain yang juga tengah menikmati waktu pagi untuk berjemur dan menjadi lebih segar. Bunga-bunga bermekaran indah dengan titik embun yang tampak seperti kristal cantik memanjakan mata.

Hoseok tersenyum lembut seraya menekuk lututnya agar sejajar dengan Jungkook yang masih tetap sama sejak kemarin. Jemarinya mengusak lembut surai yang menutupi kening adiknya, namun tetap tidak membuat perhatian Jungkook beralih padanya.

"Kamu liat apa?" tanya Hoseok.

Jungkook bergeming, menatap pada objek yang sejak tadi menjadi pusat pandangannya dan membuat pikirannya kembali pada masa lalu. Hoseok yang melihat itu lantas mengikuti arah tatapan Jungkook dan berhenti pada sekumpulan mawar yang tampak begitu segar karena baru saja mekar.

"Mama suka mawar," lirih suara itu membuat Hoseok kembali menatap ke arah Jungkook.

"Iya, Hyung tau." balas Hoseok. Ia juga teringat kalau dulu Arra senang sekali membeli buket bunga mawar untuk kemudian diletakkan pada berbagai vas yang ada di rumah. "Kamu mau bunganya?" tanya Hoseok.

Jungkook diam saja mendengar pertanyaan Hoseok, sebab dirinya lebih dulu jatuh pada kenangan masa lalu. Dulu, ibunya selalu mengisi vas bunga di kamarnya dengan setangkai mawar berwarna putih setiap pagi, namun mengisi vas pada kamar kakaknya yang lain dengan warna merah. Sempat timbul pertanyaan kenapa bunganya berbeda dari yang lain, tapi jawaban ibunya waktu itu membuatnya terdiam.

"Simbol kemurnian dan kedamaian. Kelahiran kamu adalah titik awal kebahagiaan sempurna keluarga. Banyak sekali kesulitan dan perjuangan yang harus Mama sama Papa lalui sebelum adanya kamu dan kehadiran kamu merubah semuanya. Semua yang sulit menjadi mudah, semua amarah menjadi tawa, semua hal-hal yang tadinya pamrih, berubah menjadi tulus."

Kalimat itu membekas di relung hati Jungkook. Kalimat lembut di pagi hari yang ia dengar dari bibir ibunya sembari meletakkan setangkai mawar putih segar ke dalam vas.

"Nih, buat Adek."

Pandangan Jungkook naik melihat setangkai mawar putih kini terulur di hadapannya. Senyum Hoseok lebar sekali ketika mata keduanya bertemu. Binar mata Jungkook masih sama, hanya saja sekarang tampak meredup karena kesedihan yang tidak bisa Hoseok dan yang lain cegah untuk hinggap.

Jungkook meraih tangkai bunga itu dari tangan Hoseok. Menciumnya dengan mata terpejam dan membiarkan wajah cantik sang ibu memenuhi ingatannya. Sesak sekali, tapi ia tidak bisa menangis.

Hoseok mengusap lembut pucuk kepala Jungkook, kemudian duduk di kursi tepat di samping Jungkook. "Kamu suka?" tanya Hoseok ketika Jungkook kembali membuka mata dan memandangi bunga di tangannya.

Jungkook mengangguk. "Makasih, Hyung." katanya lirih.

Hoseok senang mendengarnya. Setidaknya air wajah Jungkook kini sedikit membaik dibanding sebelumnya. Bahkan, bibir yang sejak kemarin terkatup rapat dengan rona pucat itu, kini sedikit memperlihatkan senyum tipis sembari memutar-mutar tangkai bunga.

"Mama secantik bunga ini," ujar Jungkook tiba-tiba.

Hoseok tidak menanggapi, hanya mengangguk sembari tersenyum sebagai jawaban setuju kalau bibi Arra-nya memang secantik mawar.

"Aku punya pertanyaan, Hyung. Tapi aku takut." Jungkook kembali bersuara. Suara yang pelan sekali sampai Hoseok hanya mendengar kata pertanyaan dan takut.

"Tanya semua yang mau Adek tanyakan. Hyung coba jawab sebisa dan setahu Hyung." balas Hoseok lembut.

Jungkook kembali melamun mendengar balasan Hoseok. Bimbang haruskah ia bertanya tentang ini atau tidak. Takut jika nanti jawabannya justru akan membuatnya semakin kesakitan. Tapi, ia tidak bisa memendam ini sendirian untuk waktu yang lama. Ia butuh kepastian dan kenyataan yang sesungguhnya.

Semesta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang