~Happy Reading~
***
Jungkook termenung di kamar hotel dengan dirinya yang sudah terbalut jas rapi. Suara gemericik air dari kamar mandi terdengar samar yang memandakan kalau Seokjin masih belum selesai. Jungkook menghela napas. Hatinya gundah melihat detik jam terus bergulir tanpa bisa dia cegah.
Hari ini, pernikahan ayahnya digelar. Hari bahagia yang harusnya juga menjadi hari bahagianya juga. Namun, pertengkaran kecil antara dirinya dan Jihoon malam itu masih terus terngiang di kepalanya sampai membuatnya sulit tidur.
"Ngelamunin apa, Dek?"
Jungkook tersentak ketika suara Seokjin masuk ke dalam rungunya dan membuat lamunannya buyar. Segera, bibirnya mengulum senyum manis yang seolah mengatakan kalau dirinya baik-baik saja.
Seokjin mengusap pipi Jungkook lembut. "Ditanya kok senyum-senyum aja?"
"Cuma kangen Mama," jawab Jungkook.
Seokjin mengangguk paham. Ia juga merasakan hal yang sama dengan yang Jungkook rasakan. Merindukan mendiang sang ibu setiap hari, terlebih hari ini ayahnya akan memulai hidup baru bersama wanita lain yang akan menggantikan peran mendiang ibu mereka.
"Hyung," Jungkook meremat jemarinya, gugup. "Kalau aku minta Papa buat berhenti ... kira-kira apa yang akan terjadi?" tanya Jungkook. Suaranya samar, karena jujur ada rasa takut yang hinggap hingga membuat dirinya bersuara sangat pelan.
Alis Seokjin berkerut mendengar pertanyaan Jungkook yang tiba-tiba ingin semuanya berhenti. Menekuk kedua lututnya agar sejajar dengan sang adik yang duduk di kasur, Seokjin menangkup kedua pipi Jungkook dan menemukan sebuah ketakutan yang memancar dari manik legam yang teduh.
"Apa yang bikin Adek takut? Pernikahan ini dilanjutkan sama Papa juga karena restu dari Adek. Lalu, apa yang bikin Adek tiba-tiba takut dan ragu?" Seokjin mengunci tatap dengan Jungkook. Meminta adiknya untuk menjawab lugas pertanyaannya dan jujur akan perasaannya yang sesungguhnya tentang pernikahan sang ayah.
Jungkook menelan salivanya. Tautan jemarinya menguat dengan sedikit rasa tercekat yang mengganggu di kerongkongan. Haruskah ia jujur tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Jihoon malam itu? Kalau ia jujur, bagaimana respon yang akan ditunjukan Seokjin?
Jungkook tidak bisa menjamin para kakaknya bisa menahan emosi kalau tahu apa yang Jihoon perbuat padanya. Jungkook rasa itu akan menimbulkan masalah baru yang membuat hubungan persaudaraannya akan semakin sulit dengan Jihoon.
Lagipula, apa yang Seokjin katakan itu benar. Pernikahan ini berlanjut salah satunya karena restu darinya. Ia juga yang meminta Taehyung untuk membuka hati dan menerima Jira sebagai sosok ibu baru di dalam keluarga.
"Mau bicara langsung sama Papa? Hyung bakal bantu kalau memang itu bisa bikin perasaan Adek lega." Seokjin mencoba memberi saran. Jujur, ia sedikit takut melihat murung yang kini menghiasi wajah adiknya. Hal kecil yang selama ini tidak pernah hadir di wajah adiknya, kecuali saat kematian Arra.
Jungkook menggeleng. "Nggak perlu, Hyung. Aku ... cuma terlalu kangen sama Mama, jadi bawaannya berat aja liat Papa sebentar lagi jadi suami dan ayah buat orang lain." balas Jungkook pelan.
Seokjin tersenyum tipis yang menandakan ia ragu dengan jawaban Jungkook. Jemarinya mengusap pelipis Jungkook dengan lembut yang membuat mata adiknya terpejam. Nyaman.
"Jangan pernah bohong buat nutupin perasaan Adek. Kalau ada apa-apa langsung ngomong sama Hyung. Kita semua mau yang terbaik buat Adek." kata Seokjin. Terdengar seperti peringatan tegas yang membuat jantung Jungkook berdetak tidak karuan.
![](https://img.wattpad.com/cover/354223859-288-k146336.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [TERBIT]
FanfictionDia si prioritas 3 kakak kandung dan 3 kakak sepupu. Dia yang selalu jadi pusat kebahagiaan dan kasih sayang keluarga besar. Dia yang sejak kecil sangat dijauhkan dari hal-hal yang bisa memicu timbulnya rasa sakit pada tubuh dan hatinya. Terlalu sem...