~Happy Reading~
***
Daejun membuka ruang perawatan Jihoon pelan-pelan agar tidak mengejutkan si penghuni. Yang pertama kali Daejun temukan adalah Jira yang tengah menyuapi Jihoon semangkuk bubur hangat dan terhenti karena kehadirannya.
"Papa tau aku dirawat di sini?" tanya Jihoon dengan mata berbinar. Hatinya bersorak riang karena berpikir Daejun secara khusus menjenguknya.
Daejun tersenyum tipis sembari mengusap pucuk kepala Jihoon. Pandangannya beralih pada Jira yang hanya diam saja tanpa menyambutnya seperti yang biasa wanita itu lakukan. Menimbulkan gelembung tanya di kepala Daejun, namun secepatnya ia singkirkan agar fokus dengan tujuannya datang menjenguk Jihoon.
"Gimana kondisi kamu? Baik-baik aja?" tanya Daejun lembut.
Jihoon mengangguk antusias. "Aku anak kuat, Pa. Begini doang mah kecil, dulu aku pernah sekarat lebih parah dari ini di tangan Papaku." jawabnya. Nadanya riang, membuat Daejun harus memaksakan secarik senyum untuk menutup luka batinnya. Rasanya, Jihoon seperti tengah menyindir Jungkook yang terlihat lebih lemah.
"Pa," Jira akhirnya membuka suara. Tatapannya lurus pada Daejun. "Jungkook gimana? Udah lebih baik? Aku semalam mau temenin dia tidur, tapi Jihoon nggak ada yang jaga." tanya Jira.
"Hmm," Daejun mengangguk. "Jungkook udah lebih baik, tadi pagi diajak jalan-jalan sama Hoseok."
Tidak ada suara lagi dari Jira. Wanita itu menunggu Daejun mengutarakan sebuah pertanyaan atau melempar topik untuk membuka percakapan selanjutnya. Tapi, yang terjadi hanya senyap.
Daejun memandangi wajah Jihoon dengan seksama. Memindai hasil karya anak ketiganya yang lepas kontrol dan hampir menjadi pembunuh. Lumayan parah sampai Daejun harus menelan salivanya, sebab rasa bersalah sedikit timbul dalam dadanya.
"Papa mau bicara sesuatu sama kamu. Bisa?" tanya Daejun. Sorot matanya lurus mengunci tatap pada Jihoon yang sukses membuat senyum bahagia di wajah Jihoon luntur perlahan.
Jihoon melirik Jira yang masih diam. Ada setitik kesal karena Jira banyak sekali diam sejak kemarin setelah mendengar kalau ia babak belur karena orang suruhan Jungkook. Jihoon tidak tahu apakah ibunya marah atau tengah memikirkan hal lain, tapi melihat ibunya tidak kembali ke kamar Jungkook dan hanya menanyakan kondisi Jungkook pada orang lain, membuatnya berpikir kalau ibunya memendam rasa marah.
Pandangan Jihoon kembali pada Daejun yang masih menunggu jawaban. Satu anggukan yang Jihoon tunjukkan menjadi sinyal bagi Daejun untuk memulai pembicaraan cukup serius mengenai apa yang baru saja ia ketahui.
"Kamu kenapa lakuin itu sama Jungkook?" tanya Daejun langsung.
Alis Jihoon berkerut bingung. "Lakuin apa, Pa?"
Daejun merogoh ponselnya, menekan tombol play pada video yang tadi ia minta dari Taehyung. Lalu menunjukkannya pada Jihoon.
Jihoon melihat video itu baik-baik. Memperhatikan setiap adegannya sampai tiba-tiba napasnya terhenti ketika video itu dengan sangat jelas memperlihatkan dirinya yang sengaja menginjak kaki Jungkook sampai membuat Jungkook memekik kesakitan.
Jihoon lantas memalingkan wajah. Daejun kembali menyimpan ponselnya diiringi hela napas berat yang terdengar sarat akan rasa kecewa. "Kamu ada masalah apa sama Jungkook? Kenapa kamu lakuin itu, Jihoon?" tanya Daejun lagi. Nada bicaranya masih lembut, namun kesan tegas begitu terasa sampai membuat tubuh Jihoon menegang.
"Bener kamu lakuin itu, Ji? Kamu nyakitin Jungkook duluan?" Jira yang semula diam, kini ikut angkat bicara. Melontarkan tanya yang membuat Jihoon seketika merasa terpojok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [TERBIT]
FanfictionDia si prioritas 3 kakak kandung dan 3 kakak sepupu. Dia yang selalu jadi pusat kebahagiaan dan kasih sayang keluarga besar. Dia yang sejak kecil sangat dijauhkan dari hal-hal yang bisa memicu timbulnya rasa sakit pada tubuh dan hatinya. Terlalu sem...