Note: siapkan batu buat nimpuk 'siapapun' yang ingin kalian timpuk di sini💪
~Happy Reading~
***
"Kamu yakin masih belum mau pulang?"
Jungkook menghentikkan pergerakannya sejenak ketika Yoongi bertanya tentang pulang. Jungkook menatap Yoongi dengan tatapan yang begitu mudah untuk Yoongi mengerti. "Sebentar lagi ya, Hyung," katanya pelan. Terdengar seperti permohonan agar Yoongi mau menampungnya untuk waktu yang sedikit lebih lama.
Yoongi menghela napas samar, kemudian mengangguk. Ini sudah hari kelima Jungkook tinggal di apartemennya dan selama itu pula kegiatan Jungkook hanya sekolah, lalu berdiam diri di kamar tanpa melakukan apapun dan dan hanya akan keluar ketika jam makan.
Yoongi sebenarnya sudah mencoba melakukan apa yang ia katakan pada Daejun waktu itu. Tapi, ketika ia mengetuk pintu dan mengajak Jungkook untuk jalan-jalan, adiknya itu selalu menolak dengan alasan ingin istirahat yang cukup.
Sepotong roti bakar Yoongi sodorkan ke hadapan Jungkook, membuat tatapan sendu mata indah itu beralih pada roti bakar selai cokelat yang hari ini menjadi menu sarapannya bersama segelas susu.
"Nanti Hyung pulang agak malam. Hyung udah telepon Jimin buat jemput kamu pulang sekolah nanti, Hyung juga bakal siapin makanan buat kamu makan malam dan Hyung taruh di kulkas. Jadi, nanti kalau kamu mau makan tinggal dipanasin sebentar aja biar hangat lagi." ujar Yoongi panjang lebar.
Jungkook tidak merespon kalimat panjang Yoongi. Matanya hanya menatap roti bakar di piringnya tanpa berminat untuk meraih roti itu dan mengisi perutnya sebelum berangkat sekolah. Pikirannya berkecamuk karena ternyata ini tidak terlalu sesuai dengan ekspektasinya.
Orang yang ia tunggu kehadirannya bahkan tidak pernah sekedar mengirim pesan. Tidak pernah meninggalkan jejak panggilan tak terjawab di ponselnya. Tidak juga berusaha menemuinya di sekolah atau berkunjung ke apartemen ini.
Pikiran Jungkook kembali pada masa lalu. Masa di mana semua orang tidak pernah berhenti mengirimkan pesan padanya, menanyakan hal-hal basa-basi hanya untuk mengetahui kabarnya, menelepon setidaknya sekali meskipun hanya untuk menanyakan, "Adek sudah makan?"
Jungkook ingat permintaannya sewaktu ia ulang tahun. Belum juga sampai ke ulang tahunnya lagi, hadiahnya sudah mulai menghilang. Seulas senyum miris terbit di bibirnya tanpa ia sadari.
"Dek, kamu ngelamun?" Suara Yoongi yang berat dan bernada cemas membuat lamunan Jungkook buyar seketika.
"Hyung," Jungkook meremas jemarinya. Kebiasaan yang ia lakukan setiap kali ia takut, gugup, ataupun cemas. "Nggak ada yang nyari aku, ya?" tanyanya lirih.
Yoongi terdiam. Paham tentang siapa saja yang Jungkook maksud. "Taehyung bukannya setiap hari ngajak kamu video call?" Yoongi mencoba mengusir gurat sedih di wajah adiknya dengan menanyakan Taehyung yang memang setiap hari selalu menghubungi dan cerewet menanyakan ini itu.
Wajah Jungkook menunduk menatap meja marmer yang kini masih terdapat roti bakar miliknya di atas piring. "Hyung tau,"
"Iya, Hyung paham. Tapi coba berpikir positif, ya, Dek, siapa tau emang lagi sibuk." ucap Yoongi, mencoba memberi sedikit pemahaman yang sekiranya bisa dimengerti Jungkook.
"Tujuanku pergi, kan, aku pengen liat masih sama atau enggak. Dua kali aku diginiin, Hyung, aku nggak mau lagi ada kejadian kayak gitu. Tapi ... kayaknya keputusanku salah." tutur Jungkook.
Yoongi menelan salivanya melihat kedua mata Jungkook berkaca-kaca. Selama lima hari tinggal bersamanya, Jungkook memang hanya menunggu seseorang. Menunggu untuk sekedar mencairkan suasana atau mengatakan permintaan maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [TERBIT]
FanfictionDia si prioritas 3 kakak kandung dan 3 kakak sepupu. Dia yang selalu jadi pusat kebahagiaan dan kasih sayang keluarga besar. Dia yang sejak kecil sangat dijauhkan dari hal-hal yang bisa memicu timbulnya rasa sakit pada tubuh dan hatinya. Terlalu sem...