~Happy Reading~
***
Taehyung baru pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tubuhnya ia regangkan sejenak sebab kaku karena banyaknya tugas yang harus ia selesaikan.
Taehyung tahu ayah dan ibunya sedang pergi ke luar negeri, tapi melihat suasana rumah yang sepi dan gelap membuat alisnya berkerut bingung. Harusnya, sudah ada kakak dan adiknya di rumah.
Kakinya melangkah memasuki rumah yang gelap total, menekan saklar lampu dan tidak mendapati keanehan apapun. "Pada kemana, sih? Nggak mungkin ada acara, kan? Kalau ada acara masa iya gue nggak dikasih tau?" gumamnya.
Baru saja kembali melangkah untuk menuju kamarnya dan membersihkan diri, lalu menghubungi yang lain, kakinya tiba-tiba berhenti. Darah dalam diri Taehyung berdesir melihat apa yang ia tangkap dengan mata kepalanya sendiri.
Darah di dekat ruang makan, lalu darah lain serta pecahan kaca di dekat meja ruang makan.
"Adek!!" Suaranya menggema dengan keras. Tidak ada sahutan dari Jungkook.
Tidak mau tertuju dengan pikiran buruknya, Taehyung berlari menuju kamar Jungkook untuk memastikan kalau darah itu bukan milik adiknya. Namun, ketika ia membuka kamar hanya sepi yang dia dapat. Taehyung mencoba memanggil Jungkook beberapa kali, hasilnya tetap nihil.
Taehyung langsung panik dan membiarkan tasnya jatuh begitu saja. Pikirannya kalut sembari mendekati sisa bercak darah yang terdekat. Tidak sebanyak di dekat meja makan, namun entah kenapa membuat jantung Taehyung seperti menggelinding jatuh ke tanah.
Di dekat bercak darah itu ada ponsel yang Taehyung ambil dengan cepat. Kepalanya menggeleng kuat agar pikiran buruknya enyah. Itu ponsel Jungkook, sedikit retak di ujungnya seperti habis terjatuh.
Ada apa? Kenapa ada darah dan ponsel Jungkook di sini? Taehyung ketakutan, tubuhnya langsung bergetar hebat membayangkan apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini sebelumnya. Banyak pikiran buruk yang hinggap di kepalanya dan coba Taehyung usir agar tidak membuatnya semakin gemetar.
Ponsel itu masih bisa menyala dengan sisa baterai satu persen. Buru-buru Taehyung membuka panggilan terakhir di ponsel itu dan mendapati nama Jimin sebagai orang terakhir yang di telepon Jungkook sekitar jam lima sore.
Sialnya, ponsel Jungkook langsung mati ketika Taehyung mencoba menekan nomor Jimin dan melakukan panggila. Taehyung panik, sulit berpikir, tapi akhirnya ia ingat dengan ponselnya sendiri dan segera mengirim pesan pada Jimin untuk menanyakan apa yang terjadi.
•••
Jira meletakkan gelas air itu kembali pada nakas setelah Jihoon mengatakan cukup. Kembali membantu Jihoon untuk berbaring dan menarik selimut sampai sebatas dada. "Tidur lagi, ya, biar cepat sembuh." katanya dengan suara yang lembut sekali.
Jihoon menatap setiap sudut ruangan. Tidak mendapati Daejun, Seokjin, dan Namjoon yang tadi menemaninya sebelum tidur. Jihoon meremas selimutnya ketika pemikirannya terasa mengganggu.
Mereka nggak tau Jungkook juga sakit. Nggak mungkin tau. Jihoon mencoba berpikir positif. Mungkin saja ketiganya pergi membeli kopi dan nanti akan kembali menemaninya di sini.
"Kamu kenapa? Ada yang dipikirin?" tanya Jira.
Jihoon beralih menatap Jira tepat di maniknya yang teduh. Bayangan ketika ia berhadapan dengan Juyeon kembali melintas.
Bukan, bukan tentang dirinya yang berhadapan dengan Juyeon yang kini memenuhi kepalanya. Namun, bayangan ketika ia melihat Jungkook berdiri tegak menatap Juyeon dan mengusir laki-laki itu dari rumah. Jihoon melihat jelas sorot tajam dan mengancam Juyeon pada Jungkook, bibirnya tersenyum samar dan penuh arti yang membuat jantungnya serasa lompat dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta [TERBIT]
FanfictionDia si prioritas 3 kakak kandung dan 3 kakak sepupu. Dia yang selalu jadi pusat kebahagiaan dan kasih sayang keluarga besar. Dia yang sejak kecil sangat dijauhkan dari hal-hal yang bisa memicu timbulnya rasa sakit pada tubuh dan hatinya. Terlalu sem...