Semesta [19]

2.1K 136 110
                                        

Note: bacanya pelan-pelan, jangan diskip, ini chapter panjang banget sampe 3,8k. Jadi bacanya pas mood aja ya, Nunaaa💐 maaf juga buat segala typo yang mungkin akan kalian temukan🥲🙏

~Happy Reading~

***

Beberapa hari sudah berlalu setelah hari itu. Jungkook juga sudah mendapat ijin untuk pergi sekolah tepat di hari jadwalnya latihan. Namun, suasana rumah masih tetap sama.

Langkahnya berhenti ketika mendengar suara langkah kaki dari atas tangga diselingi sedikit obrolan. Terlihat Seokjin dan Namjoon turun bersamaan dengan Jihoon yang sudah rapi mengenakan seragam seperti dirinya.

Mencoba untuk mencairkan suasana di antara mereka yang sejak hari itu memang tidak baik, Jungkook menarik sudut bibirnya sampai membentuk segaris senyum manis menyambut ketiga kakaknya yang tepat menginjak anak tangga terakhir.

Sayangnya, apa yang ia bayangkan dan inginkan tidak tercapai. Seokjin melenggang pergi sembari menarik tangan Jihoon. Menyisakan Namjoon yang kini beralih fokus pada ponselnya.

"Namjoon Hyung-" kalimat Jungkook sontak terhenti ketika Namjoon mengusap lembut pipinya sembari menempelkan ponsel di telinga kanan.

"Iya, halo. Ini udah mau jalan, gue sarapan dulu sebentar sama keluarga gue." Dan berlalu begitu saja dengan obrolan di telepon yang masih tersambung.

Jungkook menatap punggung tegap Namjoon. Dadanya sesak melihat dua kakak tersayangnya masih dingin padanya setelah cerita berlebihan yang keluar dari bibir Jihoon.

Kenapa tidak ada yang bertanya padanya secara langsung tentang kebenarannya? Kenapa orang-orang begitu mudah menyimpulkan segala hal hanya dengan prasangka yang didukung alur cerita dari orang lain yang belum tentu benar?

Jungkook semakin sesak kala ia ingat hubungannya dengan Seokjin baru saja membaik. Baru saja kakaknya itu meminta maaf, lalu dalam sekejap sikapnya kembali berubah. Lupa dengan janji-janjinya yang terucap hari itu bersamaan dengan kalimat maaf yang seperti terucap dengan sangat sungguh-sungguh.

Kepala Jungkook kembali menengadah ketika suara langkah di tangga kembali terdengar. Taehyung ... Jungkook menatapnya intens. Berharap kalau Taehyung akan menyapanya dengan sangat lembut dan ceria seperti biasanya.

Namun, itu hanya angan. Taehyung justru menunduk, mengepalkan tangannya, dan segera berlalu menuju ruang makan untuk bergabung dengan yang lain.

"Hyung," Jungkook mencoba memanggil. Benar, semua harapannya tinggal harapan. Taehyung seperti tidak mendengar suaranya dan terus berjalan menjauh.

Mungkin memang ia tidak bisa berbagi cerita pada mereka yang ia anggap paling terpercaya dan dekat sejak kecil. Padahal, ia sudah sudah punya niat untuk bertanya perihal benar atau tidaknya tentang status dirinya di keluarga ini.

Jungkook butuh bersandar. Butuh tempat untuk bercerita. Butuh pendengar yang nantinya akan mengusap kepalaya dengan sangat lembut sembari berkata, "Kamu kuat. Jangan menyerah untuk mengungkap apa yang seharusnya diungkap."

Jungkook butuh ... Mama Arra.

•••

Bola basket melambung tinggi setelah Jungkook melemparnya ke arah ring dan tepat sasaran. Teman-temannya bersorak, bergumam kagum pada skill Jungkook yang semakin hari semakin meningkat. Sang pelatih pun tersenyum. Bangga pada dirinya juga pada Jungkook yang mengalami peningkatan begitu pesat.

Yugyeom memberikan umpan pada Jungkook yang berlari mendekati area ring. Diterima dengan baik dan Jungkook langsung meneruskannya sesuai taktik. Sesi latihan itu berlansung hampir satu jam. Berbagai taktik dicoba, berbagai formasi juga dicoba agar bisa melalukan perubahan dengan lebih sigap.

Semesta [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang