Kepergian Ayah dan Bunda

5.7K 339 8
                                    

Jam pulang sekolah

POV ASHEL

"Kemana sih ini anak. Tumben tumbenan belum di mobil" aku melihat jam tangan ku sudah menunjukan pukul setengah 3.

"Telat kok gak nunggu nunggu. 15 menit astaga" aku berniat menelfonnya. Namun dari kejauhan aku melihat Adel sudah berjalan kemari.

"Tapi tunggu...siapa gadis di sebelahnya? Akrab sekali. Bahkan Adel terlihat tertawa lepas saat bersamanya. Kenapa aku jadi tidak suka? Harusnya aku senang. Dia bisa welcome pada orang lain"

"Gue duluan yaa... Hati hati di jalan"
Gadis itu pun melambaikan tangan kearah Adel. Kemudian tersenyum kearah ku. Aku pun membalas senyumannya. Adel pun demikian. Diabalas lambaian tangan nya dan tersenyum kearah nya.

"Cantik, Sopan, Manis juga. Apa ini yaa kriteria buat jadi teman Adel?"

"Sorry telat" dia kembali dingin namun tetap membukakan pintu untuk ku.

"Dari mana?" aku langsung menanyakan padanya setelah Adel mulai melajukan mobilnya.

"Ada urusan"

" Sama cewe tadi?"

" Greesel" Belum aku tanya lebih lanjut dia siapa, Adel sudah lebih dulu mengenalkannya.

"Teman mu?"

"Beda kelas"

"Akrab banget,padahal beda kelas"

"Dia nyatain cinta"

"APAA??? Gilaa. Itu anak sinting yaa?. Bisa bisanya padahal dia tau kamu cewe kan?" aku sedikit kaget dengan apa yang di ungkapkan adik ku ini.

"Gak cuma dia doang, udah banyak yang nyatain cinta ke Adel kaya gitu"

Lagi lagi aku tidak percaya jika adik ku di sukai sesama gander, dan ini nyata.

"Kenapa kamu nggak cerita ke kakak?" kakak kan bisa negur mereka"entah apa yang salah dengan ucapan ku. Tiba tiba Adel menepikan mobil di tempat yang kebetulan bisa di bilang sepi ini.

"Apa yang harus di tegur? Tidak ada cinta yang salah. Itu hak mereka mencintai siapa. Dan juga hak ku untuk menerima atau tidak nya" dia berbicara dengan menatap ke arah ku. Tatapan yang aku sendiri tidak tau apa maksudnya.

"Kamu marah?" aku mencoba menggenggam kembali tangannya.

"Adel nggak pernah marah sama kakak, Adel cuma nggak suka kakak menilai sebuah cinta dengan maksud yang salah" dia kini tersenyum kearah ku. Entah mengapa setiap aku melihatnya tersenyum seperti ini. Hatiku seolah langsung menghangat, senyum yang selalu kurindukan jika satu hari saja aku tidak melihatnya.

"Sering sering kaya gini yaa, kakak suka liat kamu senyum"

"Mahal" dia kembali fokus menyetir. "Mau makan di luar?" tanyanya kemudian.

"Hmm... Pulang aja deh. Kan ayah sama bunda mau terbang sore ini".

"Adel lupa"

Setelah beberapa menit akhirnya kami tiba di sebuah rumah besar yang identik dengan bangunan nuansa abu putih ini.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Keluarga Tidak SedarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang